Letak astronomis
Indonesia yang berada di wilayah
tropis membuat Indonesia beriklim tropis. Ciri iklim
tropis adalah suhu udara yang tinggi sepanjang tahun, yaitu
sekitar 27O
C.
Di daerah tropis, tidak ada
perbedaan yang jauh atau berarti antara suhu pada musim hujan
dan suhu pada musim kemarau. Kondisi ini berbeda dengan daerah
lintang sedang
yang suhunya
berbeda sangat jauh antara musim dingin dan musim
panas. Suhu pada musim dingin dapat mencapai sekitar -20O C, sedangkan pada
saat musim panas dapat mencapai sekitar 40O C. Secara umum,
keadaan iklim di Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis iklim, yaitu iklim musim,
iklim laut, dan iklim panas. Gambaran tentang ketiga jenis iklim tersebut
adalah seperti
berikut.
1. Iklim musim, dipengaruhi
oleh angin musim yang berubah-ubah setiap periode waktu
tertentu.
Biasanya satu periode perubahan adalah enam bulan.
2. Iklim laut, terjadi karena
Indonesia memiliki wilayah laut yang luas sehingga banyak
menimbulkan
penguapan dan akhirnya mengakibatkan terjadinya hujan.
3. Iklim panas, terjadi karena
Indonesia berada di daerah tropis. Suhu yang tinggi mengakibatkan
penguapan yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya hujan. Ketiga
jenis iklim tersebut berdampak pada tingginya curah hujan di Indonesia. Curah hujan
di Indonesia bervariasi antarwilayah, tetapi umumnya sekitar 2.500 mm/tahun.
Walaupun angka
curah hujan bervariasi antarwilyah di Indonesia, tetapi pada umumnya curah
hujan tergolong
besar. Kondisi curah hujan yang besar ditunjang dengan penyinaran matahari yang
cukup membuat Indonesia sangat cocok untuk kegiatan pertanian sehingga mampu
memenuhi
kebutuhan penduduk akan pangan.
Hal yang menarik
bagi Indonesia adalah terjadinya angin muson. Angin muson adalah
angin yang
terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara samudra dan benua.
Pada saat samudra
menerima penyinaran matahari, diperlukan waktu yang lebih lama
untuk memanaskan
samudra. Sementara itu, benua lebih cepat menerima panas. Akibatnya, samudra
bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan benua, maka bergeraklah udara dari samudra
ke benua. Pada
saat musim hujan di Indonesia (Oktober
sampai April),
angin muson yang bergerak dari Samudra Pasifik menuju wilayah
Indonesia dibelokkan
oleh gaya coriolis sehingga berubah arahnya
menjadi angin barat atau disebut angin muson barat. Pada
saat bergerak menuju wilayah Indonesia, angin muson dari
Samudra Pasifik telah membawa
banyak uap air sehingga diturunkan sebagai hujan di
Indonesia.
Peristiwa
sebaliknya terjadi pada saat musim kemarau (Mei
sampai September). Pada saat itu, angin muson dari Benua
Australia atau disebut
angin timur yang bertekanan maksimun bergerak menuju
Benua Asia yang bertekanan minimum melalui wilayah Indonesia.
Karena Benua
Australia sekitar 2/3 wilayahnya berupa gurun, udara yang
bergerak tadi relatif sedikit uap air yang dikandungnya. Selain
itu, udara tadi hanya
melewati wilayah lautan yang sempit antara Australia dan
Indonesia sehingga sedikit pula uap yang
dikandungnya. Pada saat itu, di Indonesia terjadi musim
kemarau.
Pada musim hujan,
petani Indonesia mulai mengerjakan lahannya untuk bercocok tanam.
Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang membutuhkan air pada awal pertumbuhannya,
contohnya padi. Sementara itu, nelayan Indonesia justru mengurangi kegiatan melaut
karena biasanya pada musim hujan sering terjadi cuaca buruk dan gelombang laut cukup
besar sehingga membahayakan mereka. Ikan juga lebih sulit ditangkap sehingga terjadi
kelangkaan pasokan ikan dan akibatnya harga ikan lebih mahal daripada biasanya. Musim
hujan tentu tidak banyak berpengaruh pada aktivitas masyarakat Indonesia yang pekerjaannya
tidak berhubungan langsung dengan alam, misalnya pegawai atau karyawan.
Pada saat musim
kemarau, sebagian petani terpaksa membiarkan lahannya tidak ditanami karena
tidak ada pasokan air. Sebagian lainnya masih dapat bercocok tanam dengan memanfaatkan
air dari sungai, saluran irigasi atau memanfaatkan sumber buatan. Ada pula petani
yang berupaya bercocok tanam walaupun tidak ada air yang cukup dengan memilih jenis
tanaman atau varietas yang tidak memerlukan banyak air. Pada saat musim
kemarau, nelayan
dapat mencari ikan di laut tanpa banyak terganggu oleh cuaca buruk. Hasil
tangkapan ikan
juga biasanya lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan pada musim hujan sehingga
pasokan ikan juga cukup berlimpah.
Pola angin muson
yang bergerak menuju wilayah Indonesia pada saat angin barat dimanfaatkan
oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk melakukan perpindahan atau migrasi
dari Asia ke berbagai wilayah di Indonesia. Perahu yang digunakan untuk
melakukan migrasi
tersebut masih sangat sederhana dan pada saat itu masih mengandalkan kekuatan angin
sehingga arah gerakannya mengikuti arah gerakan angin muson.
Pada sekitar
2.000 tahun sebelum Masehi, terjadi gelombang perpindahan rumpun bangsa yang
berbahasa Melayu-Austronesia (Melayu Kepulauan Selatan). Melayu-Austronesia
ialah suatu
ras Mongoloid yang berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Dari tempat itu, mereka
menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di Teluk Tonkin. Pada sekitar
tahun 200
SM (Sebelum Masehi), mereka pindah menyebar ke daerah-daerah Semenanjung Malaya,
Indonesia, Filipina, Formosa, pulau-pulau di Lautan Teduh sampai ke Madagaskar. Kelompok
migrasi dari Yunan ke Indonesia inilah yang dianggap sebagai asal mula nenek moyang
bangsa Indonesia.
Keadaan iklim
pada saat nenek moyang datang ke Indonesia tidak berbeda dengan
keadaan iklim
saat ini. Secara umum, keadaan curah hujan saat ini tergolong tinggi, tetapi
tidak merata. Ada
wilayah dengan curah hujan yang tinggi, tetapi juga ada yang sebaliknya.
Thanks gan, sangat membantu
BalasHapusKelar dah ni tugas...
Makasih gan πππ
BalasHapus