WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Pembabakan atau periodisasi masa prasejarah

Sejarah alam semesta jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan sejarah kehidupan manusia di muka bumi. Manusia pertama kali muncul di muka bumi ini kira-kira 3.000.000 tahun yang lalu, tepatnya pada zaman plestosin. Dalam keseluruhan sejarah bumi, zaman plestosin ini merupakan bagian dari masa geologi yang paling singkat. Sebaliknya, bagi sejarah umat manusia zaman plestosin merupakan zaman yang paling tua. Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya di muka bumi atau sejak zaman prasejarah, kita perlu mempelajari terlebih dahulu periodisasi atau pembabakan zaman prasejarah dan sejarah di muka bumi. Pembabakan itu dapat dilakukan secara geologis, arkeologis, dan sosial-ekonomi. Ketiga pembabakan atau periodisasi tersebut akan diuraikan secara singkat berikut ini.
a. Pembabakan zaman secara geologis
Dengan pembabakan zaman secara geologis kita hendak memahami proses pembentukan bumi. Kita mau menjawab pertanyaan kapankah dunia mulai ada, muncul atau terjadi? Dengan bantuan geologi (dan para ahli geologi atau geologist) kita dapat menentukan bahwa bumi kita sudah berusia 2.500 juta tahun. Pada saat awal terciptanya, bumi
sangat panas sehingga tidak ada satu mahkluk hidup yang mampu hidup. Mahkluk hidup mulai ada sejalan dengan semakin mendinginnya bumi. Menurut para ahli geologi, sejarah perkem-bangan bumi dapat dibagi menjadi 4 babakan pokok (periode), yakni zaman archaeikum, paleozoikum, mezozoikum, dan neozoikum (disebut juga kaenozoikum).
1. Archaeikum (tertua)
Zaman paling tua, berlangsung kira-kira sejak 2.500 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan di atasnya.
2. Palaeozoikum
Zaman kehidupan tua, berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini sudah ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya binatang- binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan, amfibi dan reptil. Zaman ini juga disebut zaman pertama (zaman primer).
3. Mesozoikum
Zaman kehidupan pertengahan, berlangsung sejak kira-kira 140 juta tahun lalu. Kehidupan pada masa ini sudah sangat beragam, terutama untuk jenis-jenis binatang reptil. Jenis reptil raksasa mulai muncul (dinosaurus yang panjangnya mencapai 12 meter atau pun atlantosaurus yang panjangnya bisa mencapai 30 meter). Juga telah mulai muncul berbagai jenis burung purba dan binatang-bina-tang menyusui yang hidup di laut. Selain disebut zaman kedua (zaman sekunder), zaman ini juga disebut zaman reptilia.
4. Neozoikum atau kenozoikum
Zaman kehidupan baru, berlangsung sejak kira- kira 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman tertier dan zaman kuarter.
􀂐 Zaman tertier
Pada zaman tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi umumnya dikuasai oleh hewanhewan raksasa yang menyusui. Hewan menyusui ini hidup dengan menyusu pada induknya, dikandung dalam rahim selama beberapa lama, berdarah hangat, dan berbulu tebal. Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus) yang pernah hidup di Amerika Utara dan Eropa Utara. Pada hewan ini timbul beberapa hal baru yang penting dalam proses evolusi hewan, yaitu mengunyah dan bersuara. Dalam hewan menyusui ini terdapat satu golongan hewan yang disebut Primata, yang meli-puti hewan sebangsa monyet (kungkang), monyet, kera, dan kera manusia. Primata hidup di pepohon-an,
memiliki kemampuan menggenggam dahan dan ranting serta menggerak-gerakkan lengan dengan lebih leluasa.
􀂐 Zaman kuarter
Zaman kuarter berlangsung sejak kira-kira 3.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini sangat penting
bagi kita, karena merupakan awal kehidupan manusia pertama kali di muka bumi. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman plestosin (dilluvium) dan zaman holosin (alluvium).
􀀵 Zaman plestosin atau zaman dilluvium
Zaman ini berlangsung kira-kira antara 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini panas bumi tidak tetap, sehingga terjadi berulang kali pengesan (glasiasi). Pada waktu glasiasi, suhu di bumi menurun dan gletser (salju abadi) yang biasanya hanya terdapat di daerah-daerah kutub dan puncak-puncak gunung atau pegunungan tinggi me-luas. Akibatnya adalah terjadinya penutupan es. Misalnya di bagian utara Amerika, Eropa dan Asia. Dari tempat-tempat tersebut es terus menyebar ke daerah-daerah sekelilingnya. Masa pelebaran gletser tersebut disebut masa gla-sial (zaman es). Peristiwa pengesan di zaman plestosin ini terjadi beberapa kali diselingi oleh masa-masa antarglasial, yaitu waktu suhu bu-mi naik dan es mencair kembali dan gletser-gletser menarik diri ke tempat-tempat semula.
Pada saat pengesan, daerah tropik seperti wilayah Asia Tenggara dan Indonesia (sekarang) yang tidak terkena pelebaran es, keadaan lembab dan mengalami saat yang disebut masa pluvial (masa hujan). Akibat meluasnya es pada waktu itu, permukaan air laut turun sampai 100-150 meter. Akibat selanjutnya, laut dangkal berubah menjadi daratan. Daratan-daratan baru ini kemudian menjadi jembatan bagi hewan dan manusia untuk berpindah-pindah dalam usaha mereka mencari makan atau menghindari bencana alam. Pada masa plestosin, bagian barat kepulauan Indonesia menyatu dengan daratan Asia Tenggara. Sementara kepulauan Indonesia bagian timur menyatu dengan daratan Australia. Daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia Tenggara disebut Paparan Sunda. Daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul. Itulah sebabnya terjadi perbedaan antara fauna Indonesia di bagian barat dan timur. Fauna Indonesia bagian barat lebih mirip dengan yang ada di benua Asia, yaitu berbadan besar. Sedangkan fauna Indonesia ba-gian timur lebih mirip dengan yang ada di Aus-tralia, yaitu berbadan lebih kecil.
Zaman pleistosen sangat penting karena merupakan periode utama dari evolusi manusia. Pada
masa inilah muncul banyak hewan menyerupai kera. Diperkirakan manusia sudah menghuni muka bumi sekitar 2 juta tahun lalu. Fosil-fosil tulang manusia dari zaman pleisto-sen menunjukkan bahwa manusia pada zaman ini mengalami perkembangan. Manusia yang semula tidak bias berjalan tegak kini mulai me-rangkak, kemudian berjalan tegak, mampu ber-adaptasi, berburu, dan bercocok tanam. Manu-sia pada zaman pleistosen juga memiliki volu-me otak yang semakin besar dan mengenal kehi-dupan bersama. Bahasa manusia pun mengalami
perkembangan semakin kompleks. Kebudayaan yang dikembangkan manusia berkembang secara cepat ketika manusia mulai mengenal api, mengawetkan makanan, dan menciptakan berbagai alat.
􀀵 Zaman holosin atau zaman alluvium
Zaman ini berlangsung kira-kira sejak 10.000 tahun yang lalu sampai zaman kita sekarang ini. Zaman yang merupakan akhir zaman plestosin ini ditandai dengan mencairnya es di mana-mana sebagai akibat dari naiknya suhu di bumi. Banjir bandang terjadi di sebagian besar permukaan bumi, sehingga daratan yang semula kering menjadi lautan kembali. Pada zaman ini kemampuan makhluk yang disebut manusia (homo) sudah semakin meningkat. Manusia sudah mahir membuat peralatan dari batu, kayu maupun perunggu. Kehidupan sosialnya pun sudah semakin kompleks.
b. Pembabakan zaman secara arkeologis
Pembabakan atau pembagian zaman yang ke-dua ini, seperti telah disebutkan sebelumnya, didasarkan atas hasil-hasil temuan benda-benda purbakala. Benda-benda demikian itu merupakan bukti autentik kebudayaan manusia yang telah hidup sejak zaman prasejarah sampai sekarang. Secara umum kita dapat membagi zaman kehidupan manusia menjadi dua bagian, yaitu zaman batu (zaman prasejarah) dan zaman logam (zaman sejarah).
1. Zaman batu
Dinamakan zaman batu, karena umumnya alat-alat kehidupan manusia saat itu terbuat dari batu. Zaman batu ini dibagi empat.
􀂐 Zaman batu tua (paleolithikum). Ciri-ciri zaman ini adalah sebagai berikut.
􀀵Manusia pada zaman ini hidup berpindahpindah (nomaden).
􀀵 Makanan diambil secara langsung dari alam (food gathering).
􀀵 Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah.
􀀵 Hasil utama zaman ini antara lain kapak perimbas (chopper) dan alat serpih (flake).
􀂐 Zaman batu tengah (mesolithikum). Ciri-ciri zaman ini adalah sebagai berikut.
􀀵 Manusia pada zaman ini masih hidup berpindah- pindah (nomaden) secara berkelompok.
􀀵 Makanan diambil dari alam (food gathering).
􀀵 Umumnya mereka bertempat tinggal di tepi pantai dan tepi sungai. Ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya gua-gua karang (abrissous roche) dan sampah dapur di sepanjang pantai (Kjokkenmoddinger).
􀀵 Diperkirakan sudah ada unsur kesenian dan religi. Dapat dibuktikan dari temuan gambar telapak tangan di dinding gua Leang (Sulawesi).
􀀵 Penelitian para ahli membenarkan bahwa setiap lukisan/ukiran zaman dulu selalu berhubungan dengan soal kepercayaan (religius).
􀀵 Alat-alat yang digunakan seperti kapak genggam (kapak Sumatera), serpih, bilah, dan alat-alat tulang sudah diasah sebagiannya. Peninggalan alat ini selain terdapat di Sumatera, juga terdapat di Flores, Jawa, dan Sulawesi.
􀂐 Zaman batu besar (megalithikum). Secara umum diartikan sebagai peninggalan purbakala yang terbuat dari batu besar. Sejak zaman ini, konsepsi pemujaan nenek moyang dengan menggunakan sarana dari batu besar mulai dikenal. Pada zaman batu besar, manusia sudah mengenal adanya konsepsi pemujaan terhadap nenek moyang. Kemudian, tingkat kebudayaan sudah cukup tinggi, terbukti dari adanya bangunan yang terbuat dari batu besar sebagai tempat (sarana) pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Jenis-jenis bangunan bangunan megalithikum antara lain menhir, dolmen, punden berundak-undak, kubur peti batu, sarkofagus,
dan patung. Bangunan-bangunan megalithikum dapat diuraikan secara singkat berikut ini.
􀀵 Menhir
Menhir adalah tonggak batu tegak yang biasanya belum dibentuk. Ada menhir yang tunggal dan ada yang jamak (berderet, persegi, dan melingkar). Menhir yang jamak disebut alignments. Menhir yang melingkar disebut cromtech. Selain itu ada juga yang disebut patung menhir, yaitu sejenis menhir yang sudah dibentuk menyerupai manusia, walaupun pengerjaannya masih sangat kasar. Bangunan menhir banyak ditemukan di Indonesia, seperti di Pasemah (Sumatera Selatan), dan di Bada (Sulawesi Tengah).
􀀵 Dolmen
Bangunan ini berupa beberapa buah batu tegak yang ditutup dengan batu monolith. Dolmen memiliki fungsi, antara lain: sebagai kuburan, tempat sesaji dan pelinggih roh, tempat duduk para kepala suku atau raja yang masih hidup, pusat kekeramatan. Di Bondowoso (Jawa Timur) dolmen ini disebut “makam Cina” atau Pandhusa.
􀀵 Punden berundak-undak: adalah satu
atau lebih kuburan yang diletakkan di atas sebuah bangunan berundak. Punden berundak dapat ditemukan di dekat gunung Ar-gapura, Jawa Timur. Sebagai kuburan, punden berundak-undak ada yang kecil dan ada yang besar. Umumnya jumlah undak-an berangka ganjil. Di sini terkandung kon-sepsi atau anggapan bahwa arwah nenek moyang bersemayam di tempat yang
tinggi.
􀀵 Kubur peti batu
Kubur peti batu merupakan bangunan yang terdiri dari beberapa lempengan batu yang dibentuk seperti kotak dan di da-lamnya diletakkan mayat. Atasnya ditutup dengan lempengan batu monolith. Di Bojo-negoro, kubur peti batu semacam ini di-sebut dengan istilah “Kubur Kalang”. Kuburan semacam ini juga ditemukan di Kuningan (Jawa Barat).
􀀵 Sarkofagus
Merupakan bangunan megalithikum yang berbentuk kubur batu. Sarkofagus dibuat dengan sebuah batu monolith yang ditutup dengan batu monolith juga (perhatikan perbedaannya dengan kubur peti batu). Biasanya dinding muka sarkofagus dihias dengan ukiran binatang.
􀀵 Patung
Patung pada zaman ini masih sangat sederhana. Pada umumnya melukiskan hewan/ binatang yang kuat dan manusia yang dianggap sejati.
􀂐 Zaman batu muda (neolithikum). Ciri-ciri zaman ini adalah sebagai berikut.
􀀵 Manusia sudah hidup menetap (sedenter).
􀀵 Mereka sudah dapat menghasilkan makanan sendiri (food producing), tidak hanya mengambil dari alam.
􀀵 Pola hidup bermasyarakat secara sederhana di kampung-kampung dan gua-gua sudah mulai dikenalnya kultus nenek moyang dengan adanya benda-benda megalitik yang digunakan sebagai tempat pemujaan.
2 Zaman logam
Pada zaman ini sudah berhasil dibuat peralatan hidup dari logam, karena saat itu telah muncul
golongan undagi atau golongan yang terampil dalam melakukan jenis usaha tertentu. Pada zaman ini manusia telah mengenal cara melebur, mencetak, menempa, dan menuang. Ada dua teknik penuangan benda-benda dari logam, yaitu: (1) teknik cetakan setangkup atau dua sisi (bivalve); dan (2) teknik cetakan lilin (a cire perdue). Zaman logam dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
􀂐 Zaman tembaga
Di Indonesia tidak ditemukan adanya peninggalan-peninggalan dari zaman tembaga.
􀂐 Zaman perunggu
Pada zaman ini telah dikenal logam campuran antara tembaga dan timah hitam yang menghasilkan perunggu. Teknik penuangannya dengan menggunakan cara a cire perdue (teknik dikenal cetakan lilin). Alat-alat yang dihasilkan pada zaman ini antara lain: kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu).
􀂐 Zaman besi
Zaman besi adalah zaman akhir dari masa prasejarah. Alat-alat yang digunakan pada masa ini lebih sempurna daripada zaman sebelumnya. Dengan masuknya zaman besi ini, maka kebudayaan perunggu telah digantikan dengan zaman besi. Bangsa Indonesia menerima pengaruh zaman logam dari daratan Asia. Zaman logam di Indonesia sukar dibagi dalam zaman perunggu dan za-man besi, kecuali jika pembagian itu semata-mata didasarkan atas alat-alatnya saja. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa zaman logam di Indonesia ialah zaman perunggu.
c. Pembabakan menurut kehidupan sosial-ekonomi
Periodisasi ini pertama kali dilakukan oleh R.P. Soejono dan digolongkan menjadi tiga, yakni masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa kemahiran teknik (perundagian). Ketiga masa ini dapat diuraikan secara
singkat berikut ini.
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Masa ini dibagi dua tingkat, yaitu: (1) Tingkat sederhana: Masa ini dapat disejajarkan dengan
zaman paleolithikum. Hasil utama adalah kapak perimbas (chopper) dan alat-alat serpih (flakes). (2) Tingkat lanjut: Zaman ini sejajar dengan zaman mesolithikum. Manusia pendukungnya sudah hidup di gua-gua. Hasil utamanya adalah alat-alat dari tulang, serpih bilah, dan kapak genggam.
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus sampai dengan Homo sapiens dari Wajak sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka tinggal di padang rumput dengan semak belukar yang letaknya berdekatan dengan sungai. Daerah itu juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet, banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh manusia. Di samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang, dan siput.
Ada dua hal yang penting dalam system hidup manusia Praaksara (masa berburu dan mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu
disesuaikan dengan keperluannya, seperti kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak genggam. Selain itu, manusia Praaksara juga membutuhan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari. Api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung unsur besi sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang telah disiapkan. Sesuai dengan mata pencahariannya, manusia
Praaksara tidak mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat-tempat yang banyak bahan makanan. Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput yang sering dilalui binatang buruan, di dekat danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam kehidupan sosial, manusia Praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.
2. Masa bercocok tanam
Masa ini dapat disejajarkan dengan zaman Neolithikum. Hasil utamanya antara lain beliung persegi dan serpih bilah. Ciri yang penting dari masa bercocok tanam adalah sudah dikenalnya kultus nenek moyang.
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Masa bercocok tanam
terjadi ketika cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan ditinggalkan. Pada
masa ini, mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara yang hidup
pada masa bercocok tanam adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid maupun ras
Austromelanesoid.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa
ini terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam. Berbagai
macam tumbuhan dan hewan mulai dipelihara. Mereka bercocok tanam dengan cara
berladang. Pembukaan lahan dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan.
Jenis tanaman yang ditanam adalah ubi, pisang, dan sukun. Selain berladang, kegiatan
berburu dan menangkap ikan terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein
hewani. Kemudian, mereka secara perlahan meninggalkan cara berladang dan digantikan
dengan bersawah. Jenis tanamannya adalah padi dan umbi-umbian.
Dalam perkembangan selanjutnya, manusia praaksara masa ini mampu membuat alatalat
dari batu yang sudah diasah lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan gerabah.
Alat-alatnya berupa beliung persegi dan kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu, dan
mata panah.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan
yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh
beberapa keluarga. Mereka mendirikan rumah panggung untuk menghindari binatang
buas. Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan,
mereka kerjakan secara gotong royong. Tinggal hidup menetap menimbulkan masalah
berupa penimbunan sampah dan kotoran sehingga timbul pencemaran lingkungan dan
wabah penyakit. Pengobatan dilakukan oleh para dukun.
Pada masa bercocok tanam, bentuk perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang
dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah,
beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk pantai.
3. Masa kemahiran teknik/perundagian
Masa ini dapat disejajarkan dengan zaman perunggu. Cirinya, kehidupan sosial mulai kompleks
dan ada peningkatan kultus nenek moyang. Misalnya sudah dikenal sistem penguburan. Apa yang bisa kamu simpulkan mengenai pembabakan zaman di atas? Apakah di daerah tempat tinggalmu kamu masih menemukan kelompok masyarakat yang mempertahankan alatalat dari batu? Coba cek, mengapa mereka masih mempertahankan jenis alat tersebut! Perhatikan bahwa pembabakan sejarah tersebut menunjukkan betapa lu-hur dan agung warisan budaya bangsa Indonesia. Sejak ribuan tahun lalu nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengembangkan alat-alat yang canggih demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono,
kata perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau
sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan
jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu
(Nugroho Notosusanto, et.al, 2007). Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian
adalah ras Australomelanesoid dan Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di
desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan
yang makin teratur dan terpimpin.
Kehidupan masyarakat pada masa perundagian ditandai dengan dikenalnya pengolahan
logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang terbuat
dari logam. Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan penggunaan
alat-alat dari batu. Masyarakat masa perundagian masih menggunakan alat-alat yang
terbuat dari batu. Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana halnya
penggunaan bahan batu. Kondisi ini disebabkan persediaan logam masih sangat terbatas.
Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian untuk
mengolah logam.
Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan
lahan pertanian. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap
kampung memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.
Pada masa ini, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian
masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani,
pedagang, maupun perajin. Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang
dilakukan secara turun-temurun. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan
Nusantara mulai terjalin. Peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara
menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki kebudayaan

yang tinggi.

4 komentar:

  1. terimakasih, artikel di alamat ini sangat lengkap jadi untuk mencari bab pra aksara sangat mudah

    BalasHapus
  2. wow ini sangat membantu anak saya dlm mengerjakan tugas. Terima Kasih

    BalasHapus
  3. http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/sudah-2-jam-penyidik-kpk-berada-di.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/kecepatan-partai-nasdem-bikin-jokowi.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/kpk-periksa-ajudan-setnov-terkait.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/11/9-rahasia-menarik-seputar-bandara.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus