WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Pengertian dan Pengelompokan Sumber Daya Alam

Perhatikan sumber daya alam yang ada di sekitarmu. Apakah sumber daya alam yang tersedia di daerahmu mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di daerahmu? Setiap hari kita menggunakan atau mengonsumsi bahan atau barang yang berasal dari sumber daya alam. Ikan yang kita makan berasal dari sungai, kolam, danau, atau laut. Pakaian yang kita kenakan berasal dari kain yang bahannya berasal dari tumbuhan maupun hewan. Kendaraan yang kita naiki juga bahannya berupa logam yang merupakan hasil tambang.Jika demikian halnya, apa yang dimaksud dengan sumber daya alam? Sumber daya alam adalah semua bahan yang ditemukan manusia dalam alam yang dapat dipakai untuk kepentingan hidupnya. Bahan tersebut dapat berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa hal berikut.
1. Kemungkinan pemulihannya: (a) sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan (b) sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui;
2. Materinya: (a) sumber daya alam organik dan (b) sumber daya alam anorganik;
3. Habitatnya: (a) sumber daya terestris, dan (b) sumber daya alam akuatik.
1. Sumber Daya Alam Berdasarkan Kemungkinan Pemulihan
Sumber daya alam berdasarkan kemungkinan pemulihannya dapat dikelompokkan menjadi seperti berikut.
a. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang dapat diperbarui (renewable resources) adalah sumber daya yang dapat tersedia kembali dalam waktu yang cepat sehingga tidak dapat habis. Namun demikian, apabila pemanfaatannya tidak terkendali, sumber daya alam ini dapat habis atau punah. Contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui ialah berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Banyak tumbuhan dan hewan yang punah atau terancam punah karena ulah manusia merusak tempat hidupnya atau memburunya untuk berbagai keperluan. Selain itu, air dan udara juga masuk kelompok ini.
Bagaimanakah sumber daya alam air dan udara memperbarui dirinya? Jika tumbuhan dan hewan memperbarui dirinya dengan cara melakukan reproduksi, udara dan air melakukannya dengan cara siklus atau daur. Air dan udara tidak dapat punah, tetapi dapat menurun kualitasnya akibat aktivitas manusia yang melakukan pencemaran
b. Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unrenewable resources) merupakan sumber daya alam yang pembentukannya berlangsung sangat lambat dalam waktu jutaan atau ratusan juta tahun. Oleh karena itu, jumlahnya relatif tetap atau berkurang karena dimanfaatkan dan akhirnya pada saatnya nanti akan habis. Contoh: minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan tambang lainnya. Gambar berikut merupakan contoh aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Bagaimanakah caranya agar sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui tetap lestari? Manusia harus memanfaatkannya secara bijaksana atau tidak berlebihan. Di samping itu, perlu dikembangkan bahan alternatif pengganti yang fungsinya sama tetapi selalu tersedia, seperti melakukan daur ulang sehingga mengurangi tingkat eksploitasinya.
2. Sumber Daya Alam Berdasarkan Materi
Sumber daya alam dapat juga dikelompokkan berdasarkan materinya seperti berikut.
a. Sumber Daya Alam Organik
Sumber daya alam organik (hayati) materinya atau bahannya berupa jasad hidup, yaitu tetumbuhan dan hewan. Kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya alam organik antara lain kehutanan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
b. Sumber Daya Alam Anorganik
Sumber daya alam anorganik (nonhayati), materinya berupa benda mati seperti benda padat, cair, dan gas. Kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya alam anorganik di antaranya pertambangan mineral, tanah, batuan, minyak dan gas alam, dan energi.
3. Sumber Daya Alam Berdasarkan Habitat
Sumber daya alam berdasarkan macam habitatnya dapat dibedakan menjadi seperti berikut.
a. Sumber Daya Alam Terestris
Sumber daya alam terestris (daratan) adalah sumber daya yang berhubungan dengan tanah sebagai lahan untuk berbagai aktivitas penduduk, sebagai bahan industri (keramik,
genteng, dan lain-lain), dan segala sumber daya yang berasal dari darat.
b. Sumber Daya Alam Akuatik

Sumber daya alam akuatik (perairan), sumber daya alam yang berhubungan dengan laut, sungai, danau, air tanah, air hujan, dan lain-lain.

Warisan Budaya Bercorak Islam

Abad ke-15 dan ke-17 merupakan masa puncak perkembangan pengaruh Islam di Indonesia. Pe-ngaruh itu tidak saja berlangsung dalam bidang religi (agama), tetapi juga dalam bidang politik dan sosial-budaya. Perkembangan pengaruh Islam di Indonesia dapat kita ketahui dari berbagai pening-galan sejarah bercorak Islam, seperti masjid, kera-ton, nisan, kaligrafi, dan karya sastra.
A. Masjid
Masjid-masjid kuno di Indonesia bentuknya masih menunjukkan gaya Indonesia asli. Atapnya menggunakan atap tumpang (bersusun) yang jum-lahnya tiga atau lima susun, seperti terdapat pada Masjid Demak, Masjid Sendang Duwur, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Palembang, dan Masjid Baiturrahman di Aceh. Sebagian masjid-masjid kuno di Jawa dilengkapi gapura seperti yang ada pada keraton atau candi. Bahkan, menara Mas-jid Sunan Kudus yang dibangun pada abad ke-16 bentuknya menyerupai Candi Langgam di Jawa Timur. Dengan demikian, pengaruh Hindu pada tem-pat peribadatan Islam tetap ada. Hal itu bisa terjadi karena beberapa kemungkinan, Pengaruh itu disengaja, agar para pemeluk Is-lam tingkat pemula tidak terlalu asing dengan tempat ibadat yang baru. Karena teknik membuat bangunan yang diku-asai hanya warisan dari ajaran Hindu.
Masjid yang berada di Indonesia biasanya di-lengkapi dengan bedug dan kentongan. Kedua alat ini adalah warisan budaya nenek moyang dari zaman prasejarah. Pada masa itu, bedug dan ken-tongan digunakan sebagai alat panggil masyarakat. Misalnya, saat kepala suku menginginkan rak-yatnya berkumpul atau orang tua menginginkan anaknya yang di sawah agar segera pulang.
Pada mulanya, masjid di Indonesia tidak dilengkapi dengan menara. Suara adzan yang dikumandangkan jangkauannya sangat terbatas. Se-mentara itu, banyak warga yang bekerja jauh dari tempat tinggalnya, misalnya di sawah atau di ladang. Untuk mengatasi hal itu dipakailah bedug dan kentongan. Biasanya alat ini dibunyikan lebih dahulu, baru kemudian dikumandangkan adzan.
B. Keraton
Keraton artinya tempat tinggal ratu atau raja. Dari tempat tinggalnya itu, seorang ratu atau raja mengendalikan roda pemerintahan kerajaan. Jadi, keraton adalah pusat pemerintahan. Rumah atau bangunan tempat tinggal raja disebut istana. Seni bangunan masjid dan keraton di Indone-sia mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan bentuk arsitektur di negara Islam lain. Hal itu bisa terjadi karena yang membuat bangunan terse-but adalah bangsa Indonesia sendiri. Disamping memeluk agama Islam, mereka juga masih dise-mangati oleh kebudayaan tradisional. Jadi, seni bangunan berupa masjid dan keraton merupakan perpaduan antara kebudayaan tradisional dan ke-budayaan Islam.
Di berbagai daerah di Indonesia banyak istana peninggalan zaman Islam, seperti Istana Maimun (Deli), Istana Sultan Riau Lingga, Istana Sultan Ter-nate, Istana Pagaruyung (Sumatera Barat), Keraton Cirebon, Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Istana Mangkunegaran, dan Istana Raja Gowa.
C. Nisan dan kompleks makam
Nisan adalah batu atau kayu yang terdapat pada makam dan berfungsi sebagai tanda kubur. Pada batu nisan peninggalan Islam ada hiasan ukir-ukiran dan kaligrafi. Bentuk nisan ada yang seder-hana dan ada yang diukir dengan pahatan sangat indah. Pada bagian depan nisan dipahatkan tulisan dengan huruf Arab. Tulisan-tulisan pada batu ni-san biasanya menerangkan tahun wafat dan riwa-yat singkat orang yang dimakamkan. Batu-batu nisan peninggalan sejarah Islam di In-donesia antara lain adalah: nisan makam Fatimah binti Maimun di desa Leran (Gresik), nisan Malik al-Saleh di Lhokseumawe (Aceh), nisan Ratu Nahrasiyah di Sam-udera Pasai, nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, batu nisan di Troloyo (Jawa Timur).
D. Seni Kaligrafi
Kaligrafiatau Khot adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan meng-gunakan bahasa Arab. Dalam dunia Islam, kaligrafiterdiri atas petikan ayat-ayat suci Al Qur’an. Ben-tuknya beraneka macam, dari yang sederhana, ber-bentuk tulisan mendatar, sampai bentuk yang rumit seperti sebuah lingkaran, segitiga atau mem-bentuk suatu bangun tertentu seperti masjid.Seni kaligrafiIslam berkembang pesat karena agama Islam melarang melukis makhluk hidup se-hingga para pelukis Islam mencurahkan bakat lukisannya pada seni kaligrafi. Beraneka ragam hias kaligrafi dapat kita temukan pada dinding masjid, keramik, keris, batu nisan, dan berbagai hiasan di rumah-rumah.
E. Karya sastra
Dalam dunia Islam sastra mendapat tempat yang terhormat. Ini berkaitan dengan tradisi tulis-menulis yang dijunjung tinggi masyarakat Islam. Peninggalan karya sastra yang bercorak Islam di Indonesia mengambil bentuk hikayat, suluk, syair, kitab sejarah, ajaran agama, dan sejarah.Contoh karya sastra berbentuk hikayat adalah Hikayat Hamzah, Hikayat Jauhar Manikam, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Raja-raja Pasai.Kitab Suluk contohnya Syair Perahudan Syair Si Burung Pingai (Hamzah Fansuri), Suluk Wijil(Sunan Bonang),Suluk Suka Rasa, dan Suluk Kaderesan.Contoh karya sastra yang berbentuk syair, misalnya: Syair Abdul Muluk, Gurindam Dua Belas.

Contoh karya sastra yang berbentuk sejarah adalah Sejarah Melayukarya Tun Muhammad. Contoh karya sastra berisi ajaran agama ada-lah Tajus Salatinatau Mahkota Segala Rajakarya Bu-khari al Jauharidari Aceh, tahun 1603 M.Contoh karya sastra yang mencampur unsur sejarah dan ajaran agama Islam misalnya kitab Bus-tanus Salatina, karya Nuruddin ar-Raniri. Contoh karya-karya sastra peninggalan Islam berupa surat menyurat dan dokumen kerajaan, misalnya: Adat Mahkota Alam karya Sultan Iskandar Muda,Kitab Salokantara karya Sultan Trenggana

Kerajaan Ternate Tidore

Pelayaran dan perdagangan di Maluku men-jadi maju karena pelabuhan Ternate dan Tidore ramai disinggahi para pedagang dari dalam dan luar negeri seperti dari Jawa, Malaka, Cina, Arab, Persia, dan Turki. Pada abad ke-15, agama Islam ber-kembang pesat di Maluku. Penyebar agama Is-lam di Maluku adalah pedagang dan ulama adalah Gresik dan Tuban.
Di antara kerajaan-kerajaan yang ada di Malu-ku, Ternate adalah kerajaan yang paling berkem-bang. Ternate menjadi kerajaan Islam setelah Zaenal Abidinmasuk Islam. Pada abad ke-16 (1521), Ternate bekerja sama dengan Tidore. Sementara itu, terjadi persaingan antara bangsa Portugis dan Spanyol untuk memperebutkan daerah sumber rempah-rempah tersebut.
Menghadapi monopoli perdagangan Eropa di Maluku, antara Ternate dan Tidore timbul persa-ingan. Akhirnya, terbentuklah persekutuan daerah masing-masing. Ternate membentuk persekutuan Uli Lima (Persekutuan Lima Bersaudara), meliputi Pulau Ternate, Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Sedangkan, Tidore membentuk persekutuan Uli Siwa(Persekutuan Sembilan Saudara), meliputi Pulau Makyan, Jailolo (Halmahera), dan pulau-pulau yang terletak antara daerah tersebut sampai Irian Barat. Ternate bersekutu dengan Portugis. Tidore bersekutu dengan Spanyol.
Selain memonopoli perdagangan, Portugis juga terlalu ikut campur urusan dalam negeri dan me-nyebarkan agama Katolik dengan cara yang tidak simpatik. Tindakan-tindakan Portugis yang demi-kian menimbulkan perlawanan.Sultan Hairun(1550-1570) adalah salah satu Sultan Ternate yang menantang Portugis. Ia ditang-kap oleh De Mesquita, Gubernur Portugis di Malu-ku. Pada tahun 1570, Sultan Hairun dibunuh oleh pihak Portugis.

Perjuangan rakyat Maluku tidak sia-sia karena akhirnya Portugis mengalihkan kekuasaannya ke Timor bagian timur. Raja-raja yang pernah memer intah di kerajaan Ternate antara lain Zainal Abidin, Sultan Tabaraji, Sultan Hairun (1550-1570), dan Sultan Baabullah

Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar terletak di Kalimantan Selatan.  Kerajaan ini berkembang pada awal abad ke-16. Kerajaan Banjar didirikan oleh Raden Samudra. Setelah memeluk agama Islam, Raden Samudra bergelar Sultan Suryanullahatau Suryansyah.
Dulunya, Kerajaan Banjar adalah kerajaan ber-corak Hindu. Raden Samudra berhasil menjadikan Kerajaan Banjar sebagai kerajaan Islam karena mendapat bantuan dari Kerajaan Demak. Oleh karena itu, antara Demak dan Banjar telah terjalin hubungan yang erat dan baik.
Kepala pemerintahan Kerajaan Banjar adalah seorang Sultan yang dibantu oleh Patih atau Mang-kubumi. Patih dibantu oleh menteri yang bergelar Tumenggung atau Kyai.Kerajaan Banjar memperoleh penghasilan ter-utama dari cukai perdagangan karena letaknya yang strategis untuk jalur perdagangan. Dari bi-dang inilah perekonomian kerajaan dapat berputar dan berkembang.

Setelah Sultan Adamwafat (1857), Kerajaan Banjar mengalami krisis pemerintahan. Hal itu an-tara lain disebabkan munculnya perebutan kekua-saan antarpangeran. Rakyat mendukung Pangeran Hidayatullah untuk menduduki tahta kerajaan karena dialah yang sebenarnya punya hak naik tahta. Akan tetapi, Belanda mendukung Pangeran Tamjidillah untuk naik tahta. Maka terjadilah kekacauan. Akhirnya, Belanda dapat menguasai Kerajaan Banjar dan menghapuskan gelar kesultanan.

Kerajaan Makassar

Pada abad ke-16, di Semenanjung Sulawesi Se-latan terdapat dua kerajaan, yaitu Gowa dan Tallo.  Kedua kerajaan ini sangat erat hubungannya. Ke-mudian, kedua kerajaan ini bersatu menjadi Kera-jaan Gowa-Tallo. Setelah bersatu kedua kerajaan itu  lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar.
Makassar merupakan salah satu kota di Gowa.  Perkembangan agama Islam di Kerajaan Makassar  sejalan dengan perkembangan perdagangan di Pe-labuhan Makassar yang banyak dikunjungi peda-gang dari Demak, Bugis, dan Malaka.
Para pedagang menyebarkan agama Islam.  Agama Islam mulai masuk di kerajaan ini set-elah mubaligh atau ulama Dato’ri Bandang dari Minangkabau datang menyiarkan agama Islam  kepada masyarakat dan raja-raja Makassar. Pada tahun 1650, agama Islam secara resmi disebarkan  di Makassar. Proses islamisasi ini dijalankan secara  damai.
Perkembangan agama Islam lebih meluas lagi  setelah Raja Tallo, Karaeng Matoaya, yang merang-kap Mangkubumi Kerajaan Goa (bergelar Sultan  Abdullah) dan Raja Gowa yang bernama Daeng  Manrabia (bergelar Sultan Alaudin) memeluk  agama Islam pada tahun 1605. Kedua raja ini sangat giat menyebarkan agama Islam ke seluruh daerah kerajaannya. Oleh karena itu, Makassar menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Raja atau Sultan Alaudin wafat pada tahun 1639. Ia digantikan putranya yang bernama Sul-tan Muhammad Said(1639-1653). Di bawah pe-merintahannya, banyak kemajuan yang dicapai. Pelabuhan Somba Opu dibangun sehingga semakin ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri.Kekuasaan Kerajaan Makassar berkembang terus sampai Pulau Solor di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Puncak kejayaan Makassar ter-jadi pa-da masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang mempunyai sikap sama dengan ayahnya yaitu sa-ngat benci terhadap kekerasan Belanda. Oleh ka-rena itu, ia berusaha untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikap tegas, gigih, serta tidak mau berkompromi dengan Belanda, membuat Sultan Hassanuddin dijuluki oleh Belanda sebagai “Ayam Jantan dari Timur” (de haan van oosten).
Tahun 1660, Aru Palakamemberontak dan ber-khianat kepada Kerajaan Makassar dengan memin-ta bantuan Belanda. Persekutuan Aru Palaka dengan Belanda semakin kuat, sehingga mampu menekan Kerajaan Makassar. Tekanan-tekanan yang terus dilancarkan oleh pihak pemberontak atas hasutan Belanda, akhirnya memaksa Sultan Hassanuddin menandatangani suatu perjanjian, yang disebut Perjanjian Bongaya(1667). Isi Perjanjian Bongaya tersebut, yaitu:
-          VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar;
-          Belanda mendirikan benteng di Makassar;
-          Makassar harus melepaskan daerah jajahan-nya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Ma-kassar;
-          Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone;
-          Semua kapal Makassar harus mendapat izin dari Belanda untuk dapat bebas berlayar;
-          Makassar harus membayar 250.000 ringgit serta menyerahkan 1.000 budak kepada VOC.

Setelah diadakan Perjanjian Bongaya, Sultan Hasanuddin mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengusir Belanda dari Makassar. Usahanya gagal dan Makassar akhirnya di-kuasai Belanda.

Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon bertetangga dengan Keraja-an Banten dan Kerajaan Mataram. Berdasarkan  penulisan sejarah tradisional, Kerajaan Cirebon  didirikan oleh Fatahillah (Sunan Gunung Jati).  Ia adalah salah seorang dari Wali Songo. Menurut  sumber sejarah Banten, Fatahillah disebut Fale-tehanatau Tagaril.
Pada abad ke-16, Cirebon merupakan daerah  kekuasaan Pakuan Pajajaran. Fatahillah dapat me-rebut Cirebon dari kekuasaan Pakuan Pajajaran. Fa-tahillah menjadikan Cirebon sebagai daerah Islam  dan kemudian mendirikan kerajaan Islam. Fatahillah merupakan pelopor dan penyebar  agama Islam, serta sebagai raja pertama Kerajaan  Cirebon. Oleh karena itu, ia dijuluki sebagai Pandita  Ratu. Pada masa pemerintahan Fatahillah, penye-baran agama Islam mendapat perhatian yang isti-mewa, sehingga agama Islam berkembang dengan  pesat di Cirebon.
Antara Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Mataram terjalin hubungan yang baik, sehingga Mata-ram tidak menaklukkan Kerajaan Cirebon. Pada-hal pada masa itu Mataram yang dipimpin oleh  Seno-pati Ingalaga(1588 - 1601) mencapai puncak  kejaya-an dan hampir seluruh Jawa menjadi bawa-hannya. Raja-raja Mataram tidak ingin menguasai Cire-bon, karena beberapa alasan berikut.
-          Cirebon telah lebih dulu memeluk agama Islam  sehingga dianggap paling tua.
-          Raja-raja Cirebon merupakan keturunan Sunan  Gunung Jati yang dianggap suci.
-          Cirebon digunakan sebagai penghubung antara Mataram dan Banten.
-          Panembahan Ratu(Raja Cirebon) dianggap  sebagai guru Sultan Agung(Raja Mataram).

Pada tahun 1570, Fatahillahwafat dan dima-kamkan di Bukit Jati atau Gunung Jati. Itulah sebab-nya kemudian ia terkenal dengan sebutan Sunan  Gunung Jati. Ia digantikan oleh Pangeran Paserean.  Kedudukan Cirebon menjadi sulit ketika Jayakarta  diduduki oleh VOC. Akhirnya tahun 1679, kerajaan  Cirebon pecah menjadi Kasepuhan dan Kanoman.  Kemudian, Kanoman pecah lagi menjadi Kacire-bonan. Pada abad ke-17, kerajaan Cirebon menjadi  daerah kekuasaan VOC yang terdiri dari Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Kerajaan Banten

Kerajaan Banten terletak di wilayah Ban-ten di ujung barat Pulau Jawa. Pada tahun 1526,  Fata-hillah(Sunan Gunung Jati) berhasil merebut  Sunda Kelapa dan daerah Banten. Kemudian, ia  mengem-bangkan daerah tersebut sebagai pusat  perda-gangan dan agama Islam. Kerajaan Banten  menjadi negara yang merdeka setelah melepaskan  diri dari Kerajaan Demak.
Raja Banten pertama adalah Sultan Hasanuddin  (1552-1570), putra tertua Fatahillah. Pada masa pe-merintahannya, Kerajaan Banten mengalami kema-juan pesat. Pelabuhan Banten banyak dikun-jungi  pedagang-pedagang asing seperti Gujarat, Cina,  Turki, Burma, Keling, dan Persia. Para peda-gang  yang ada di Banten membentuk perkam-pungan  menurut daerah asal, misalnya, kampung Pacinan  dan kampung Keling. Pedagang pribumi juga mem-bentuk kampung-kampung, misalnya Kampung  Jawa, Kampung Banda, dan Kampung Melayu. Untuk menciptakan kehidupan politik dan ekonomi yang baik, Sultan Hasanuddin mengadakan  perkawinan antarwilayah di Indonesia. Sultan Ha-sanuddin menikah dengan putri Raja Indrapura.  Kemudian, ia diberi hadiah daerah Selebar yang  kaya akan lada. Dengan demikian, ekspor lada dari  Kerajaan Banten meningkat.
Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat. Ia  digantikan oleh Panembahan Yusuf(1570-1580).  Panembahan Yusuf mampu merebut Kerajaan Pa-jajaran Hindu Pakuan yang berpusat di Bogor pada  tahun 1579. Para pendukung Kerajaan Pajajaran menying-kir ke daerah Banten Selatan. Kelompok ini dikenal  sebagai suku Badui. Suku Badui menolak pengaruh  dari luar dan mempertahankan tradisi dan keper-cayaan mereka yang disebut Pasundan Kawitan(Pa-sundan yang pertama). Pengganti Panembahan Yusuf adalah Maulana  Muhammaddan bergelar Kanjeng Ratu Banten.  Pada saat itu, ia masih kanak-kanak. Yang kemudian  menjadi walinya adalah Mangkubumi (Perdana  Menteri) Ranamanggala.
Pada masa pemerintahan Kanjeng Ratu Ban-ten,  armada dagang Belanda mulai memasuki wilayah  Nusantara. Armada dagang Belanda yang dipimpin  Cornelis de Houtman berhasil berlabuh di Banten
pada 22 Juni 1596. Sepeninggal Maulana Muhammad, kekuasaan  Banten dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa, yang  sangat anti Belanda. Ia menjalin hubungan dengan  Sultan Siboridari Ternate, Sultan Turki, dan Raja  Inggris untuk bersama-sama melawan Belanda.  Para ulama dan orang-orang dari Makassar di ba-wah pimpinan Syeikh Yusuf mendukung usaha  Sultan Ageng Tirtayasa.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa wafat, pemerin-tahannya diteruskan oleh Abdulnasar Abdulkahar yang dikenal dengan nama Sultan Haji(1682-1687).  Abdulnasar Abdulkahar memperoleh kedudukan  sebagai raja karena mendapat dukungan dari Be-landa, tetapi ia harus mengadakan perjanjian den-gan Belanda. Perjanjian ini dikenal dengan nama  Perjanjian Banteny ang isinya antara lain:
-       Belanda mengakui Sultan Hajisebagai Raja  Banten;
-       Banten tidak boleh berdagang di Maluku;
-       Hanya Belanda yang boleh mengekspor lada  dan memasukkan barang ke wilayah Banten;
-       Banten harus melepaskan tuntutannya di Cire-bon.

Pada masa pemerintahan Abdulnasar Abdul-kahar dan sesudahnya, Kerajaan Banten menga-lami kemunduran. Kemunduran tersebut antara  lain disebabkan oleh perang saudara dan perebut-an  kekuasaan.

Kerajaan Mataram Islam

Sutawijaya memperoleh hak dan mahkota Kerajaan Pajang dari Pangeran Benawa. Atas permintaan Sutawijaya, semua alat upacara kerajaan dan pusaka Majapahit dipindahkan dari Pajang ke Mataram (tahun 1586). Sutawijaya menjadi Raja Mataram pertama bergelar Panembahan Senopati Ingalaga Sayidina Panatagama (1586-1601). Gelar itu menunjukkan bahwa selain sebagai seorang raja, Panembahan Senopati sekaligus adalah panglima perang dan pemimpin agama. Panembahan Senopati bercitacita ingin mempersatukan Pulau Jawa di bawah Mataram, sehingga ia memerlukan penasihat. Oleh ka-rena itu, Juru Martani (pamannya) diangkat sebagai penasihat.

Dalam usaha mencapai cita-citanya, Senopati segera melakukan ekspedisi ke Jawa Timur yakni ke Surabaya (1586), Madiun, Ponorogo, Pasuruan (1587), Panarukan, dan Blambangan yang masih menganut agama Hindu. Daerah-daerah itu berhasil ditaklukkan. Akan tetapi, setelah ditinggalkan mereka kemudian melepaskan diri lagi. Jawa Barat dan Jawa Tengah pun tidak luput dari pandangannya. Pada tahun 1595, Cirebon dan Galuh ditundukkan. Demikian juga Pati dan Demak, yang pada saat itu mencoba untuk memberontak. Namun, Banten belum berhasil ditaklukkan. Dengan keberhasilan yang telah diraih, berarti Panembahan Senopati sudah meletakkan dasar yang kokoh dan kuat untuk mempersatukan
seluruh Ja-wa dengan Kebudayaan Islam Jawa sebagai kelan-jutan dari kesatuan Majapahit yang berbudaya Hindu Jawa.

Pada mulanya Panembahan Senopati mengalami kesulitan dalam memerintah rakyat di pesisir utara Jawa. Hal ini disebabkan rakyat semula biasa berdagang, sedangkan Panembahan Senopati berpola pedalaman yang mementingkan pertanian. Akibatnya, perdagangan mengalami kemunduran. Selanjutnya, Panembahan Senopati meningkatkan bidang pertanian sehingga kian maju dan rakyat menjadi makmur sehingga Mataram dikenal sebagai “lumbung padi”.

Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Ia dimakamkan di Kota Gede. Mas Jolang (putera Panembahan Senopati) menggantikannya sebagai sultan. Mas Jolang juga melakukan banyak peperangan. Di zaman Senopati peperangan dilakukan untuk menaklukkan daerah-daerah. Pada zaman Mas Jolang, peperangan dilakukan untuk menumpas daerah-daerah yang bermaksud melepaskan diri dengan cara memberontak. Mas Jolang berperang menumpas dan menaklukkan Demak, Ponorogo, dan Surabaya (1612). Namun, ketika Surabaya belum berhasil ditundukkan, Mas Jolang wafat (1613). Ia dimakamkan di Kota Gede. Ia dikenal dengan sebutan Panembahan Seda KrapyakPengganti Mas Jolang ialah Mas Rangsang, yang terkenal dengan sebutan Sultan Agung. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Agung membagi Mataram menjadi beberapa wilayah yaitu:
􀂐 Wilayah Kraton
Wilayah ini adalah pusat pemerintahan. Wilayah kraton disebut juga Kutanagara atau Kutagara.
􀂐 Wilayah sekitar Kraton
Wilayah sekitar kraton disebut Negara Agung.Yang termasuk wilayah sekitar kraton adalah
Kedu, Bagelan, dan Pajang.
􀂐 Wilayah di luar Negara Agung
Wilayah di luar Negara Agung disebut Pasisiran. Wilayahnya meliputi daerah pantai.
􀂐 Wilayah di luar Mataram
Wilayah di luar Mataram disebut Mancanegara. Sultan Agung bercita-cita dan berusaha mempersatukan seluruh Nusantara. Wilayah Nusantara yang sudah berhasil ditaklukkan antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian Jawa Barat ter masuk Banten. Sedangkan Batavia belum berhasil ditaklukkan.

Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung mengerahkan ribuan prajurit untuk menyerang VOC
di Batavia. Akan tetapi, kedua serangan itu gagal. Oleh karena itu, Mataram harus selalu waspada terhadap rongrongan VOC. Kegagalan kedua serangan tersebut antara lain disebabkan:
􀂐 jarak Batavia dan pusat kekuatan Mataram di Jawa Tengah terlalu jauh;
􀂐 kurangnya makanan;
􀂐 serangan penyakit menular yang menimpa para prajurit.

Sultan Agung, sebagai seorang muslim, tidak lupa memperhatikan bidang keagamaan. Tradisi
Grebekan Maulud dan perayaan Sekatenan diadakan setiap tahun. Grebekan Maulud dan Sekatenan adalah upacara memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Setiap Jumat, Sultan Agung sholat bersama dengan rakyatnya di Masjid Agung di lingkungan keraton. Demikian pula pada hari-hari raya Islam, Sultan Agung merayakannya bersama dengan rakyat. Kedisiplinan, kejujuran, ketertiban, tanggung jawab dan keadilan sangat dijunjung tinggi dan selalu diwujudkan oleh Sultan Agung dalam setiap kesempatan. Sikap-sikap tersebut juga diterapkan kepada para pembesar kerajaan dan lingkungan keluarganya. Misalnya, pada suatu ketika Prabu Anom, (putra mahkota) berbuat sesuatu yang kurang terpuji. Sultan Agung sangat malu dan selama 40 hari ia tidak melakukan sholat di masjid. Para pembesar dan rakyat Mataram sangat sedih. Setelah putra mahkota meminta maaf dan menyadari kesalahannya, barulah Sultan Agung kembali tampil di muka umum.

Pada tahun 1633, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan kalender Hijriyah. Beliau menetapkan tanggal 1 Muharam 1043 H menjadi tanggal 1 Muharam (Suro) tahun 1555 tahun Jawa. Tahun 1633 bertepatan dengan tahun 1043 H dan tahun 1555 Saka. Perhatian Sultan Agung terhadap perkembangan sastra sangat besar. Ia sendiri bahkan merupakan seorang sastrawan. Di dalam bidang sastra, Sultan Agung mengarang kitab Serat Sastra Gending yang berisi ajaran filsafat Jawa.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Ia dimakamkan di Imogiri. Sepeninggal Sultan Agung,
Mataram mengalami kemunduran karena raja-raja penggantinya lemah dalam menghadapi Belanda. Sultan Agung digantikan oleh putranya yang bergelar

Amangkurat I.
Amangkurat I memerintah Mataram dari ta-hun 1645-1677 M. Ketika ia menduduki tahta Kerajaan Mataram, Belanda mulai masuk ke daerah Kerajaan Mataram. Amangkurat I bersekutu dengan Belanda. Bahkan Belanda diperbolehkan men-dirikan benteng di Kerajaan Mataram. Tindakan Belanda semakin sewenang-wenang. Pada masa pemerintahan Amangkurat I muncul pemberontakan yang dipimpin oleh Trunajaya dari Madura. Ibukota Mataram bahkan hampir dikuasai Trunajaya. Akhirnya pemberontakan Trunajaya dapat dipatahkan karena persenjataan Trunajaya kalah dari pasukan Belanda. Dalam sebuah pertempuran di ibukota Kerajaan Mataram, Amangkurat Iterluka. Ia dilarikan ke Tegalwangi oleh putranya.

Amangkurat I akhirnya meninggal di Tegalwangi. Amangkurat I digantikan oleh Amangkurat II.
Amangkurat II memerintah Mataram dari tahun 1677-1703 M. Di bawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram semakin sempit. Satu per satu daerah-daerah kekuasaan Mataram jatuh ke tangan Belanda. Mataram hanya menjadi negara kecil di bawah kekuasaan Belanda. Sebagian besar daerah-daerah kekuasaan Mataram diambil alih Belanda. Amangkurat II kemudian mendirikan ibukota baru di Kartasura. Ia meninggal pada tahun 1703 M.

Setelah Amangkurat II, Kerajaan Mataram semakin redup. Terjadi kemelut di dalam kerajaan.
Pada tahun 1755 diadakanlah suatu perjanjian. Per-janjian itu dikenal dengan nama Perjanjian GiantiIsi Perjanjian Gianti adalah Mataram dipecah men-jadi 2, yaitu:
􀂐 Daerah Surakarta diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788).
􀂐 Daerah Kesultanan Yogyakarta diperintah oleh Mangkubumi, bergelar Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).

Kemelut di bekas Kerajaan Mataram ternyata terus berlanjut. Sewaktu terjadi perlawanan dari
Mas Said, Belanda mengadakan Perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Mas Said dinobatkan sebagai raja dengan gelar Pangeran Adipati Arya MangkunegaraWilayahnya diberi nama daerah Mangkunegara.

Pada tahun 1813 M, sebagian daerah Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati. Dengan demikian, Kerajaan Mataram akhirnya dibagi-bagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yaitu:
􀂐 Kerajaan Yogyakarta;
􀂐 Kesuhunan Surakarta;
􀂐 Kerajaan Pakualam;
􀂐 Kerajaan Mangkunegara.
Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram yang besar dan megah pada zaman Sultan
Agung menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang lemah.

Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang muncul di tengah-tengah perang saudara memperebutkan tahta Kerajaan Demak. Setelah Sultan Prawata meninggal, Jaka Tingkir (Adipati Pajang) mengangkat diri menjadi sultan pewaris Demak. Jaka Tingkir juga dikenal sebagai Mas Karebet atau Panji Mas. Pada tahun 1568, Hadiwijaya naik tahta menjadi Sultan Pajang. Istananya terletak di daerah Boyolali, Jawa Tengah. Pusaka Kraton Majapahityang tersimpan di Demak dipindahkan  ke Istana Pajang. Hal ini berarti pusat kerajaan pindah dari Demak yang dekat dengan pantai ke pedalaman yang agraris. Sultan Hadiwijaya menyerang Arya Penangsang di Jipang. Dalam pasukan Pajang tersebut turut serta Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram). Danang Sutawijaya (putera Pemanahan) ikut juga dalam pasukan Pajang itu. Dalam sebuah pertempuran, Sutawijaya berhasil membunuh Arya Penangsang.

Dengan wafatnya Arya Penangsang, Pajang menjadi kerajaan paling kuat dan mewarisi kekuasaan Demak. Sedangkan, Kerajaan Demak semakin merosot. Arya Pangiri (menantu Sultan), diangkat sebagai bupati di Demak. Daerah-daerah yang memberikan pengakuan atas kekuasaan Pajang, antara lain: Demak, Pati, Tuban, Surabaya, Madiun, Blitar, Pemalang, Kra-pyak, dan Kedu Selatan. Tiap wilayah ini diperin-tah oleh seorang bupati. Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram) diangkat menjadi bupati Mataram. Sutawijaya (Raden Bagus atau Raden Ngabei Loring Pasar) di-pungut sebagai anak angkat oleh Sultan Hadiwija-ya. Ia dibesarkan di dalam istana bersama Pange-ran Benawa (putera mahkota).

Pada tahun 1575, Ki Ageng Pemanahan meninggal, dan dimakamkan di makam Pasar Gede. Sultan Hadiwijaya memilih Sutawijaya menggantikan Ki Ageng Pemanahan menjadi semacam bupa-ti/petinggi Mataram. Pada tahun 1582, Sultan Hadiwijaya mangkat. Kerabat Keraton Demak, khususnya trah (keturunan) Trenggana, mengangkat Pangeran Arya Pangiri sebagai Sultan Pajang. Namun, usaha ini ditentang oleh rakyatnya. Pangeran Benawa (pewaris tahta) minta bantuan kepada Sutawijaya untuk mengusir Arya Pangiri dan mengembalikannya ke Demak sebagai bupati. Pangeran Benawa merasa tidak mampu memegang tampuk pemerintahan Kerajaan Pajang. Oleh karena itu, mahkota kerajaan diserahkan kepada Sutawijaya. Dengan demikian, tamatlah riwayat Kerajaan Pajang (tahun 1586) dan
selanjutnya timbul Kerajaan Mataram.

Kerajaan Demak

C. Kerajaan Demak
Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam di pantai utara Jawa yang menonjol pada abad ke-16. Kerajaan Demak didirikan sekitar tahun 1500. Sebelumnya, Demak adalah salah satu daerah Majapahit.
a. Raja-raja yang memerintah
1. Raden Patah (1500 - 1518)
Raja pertama Kerajaan Demak adalah Raden Patah atau Pangeran Jimbun. Ia diberi gelar Al-Fatah yang berarti “Pembuka pintu gerbang kemenang-an”. Ia kemudian terkenal dengan julukan Raden Patah.
2. Pati Unus (1518 - 1521)
Pada tahun 1518, Raden Patah wafat. Ia digantikan oleh Pati Unus. Namun, baru memerintah
se-lama tiga tahun Pati Unus pun wafat. Ia terkenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor.
3. Pangeran Sekar
Pati Unus digantikan oleh saudara mudanya, Pangeran Sekar. Pangeran Sekar memerintah hanya sebentar karena dibunuh Sunan Prawata. Pangeran Sekar dikenal sebagai Pangeran Sekar Seda Lepen.
4. Sultan Trenggana (1521 - 1546)
Raden Trenggana menggantikan Pangeran Sekar Seda Lepen. Raden Trenggana adalah ayah
Prawa-ta. Ia bercita-cita meluaskan pengaruh agama Islam serta berusaha membendung dan menentang kekuasaan Portugis. Ia berupaya mempersempit ruang gerak kawasan dagang bagi Portugis. Namun, dalam praktiknya Sunda Kelapa di Jawa Barat dan Pasuruan di Jawa Timur masih terbuka bagi perdagangan Portugis. Karena itu, Sultan Trenggana melakukan penaklukan ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Sultan Trenggana meninggal tahun 1546.
b. Peranan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak pada abad ke-16 memiliki peranan penting, antara lain sebagai berikut.
􀂐 Merupakan kerajaan terbesar di kawasan pantai utara Jawa. Kerajaan Demak merupakan kerajaan agraris, sekaligus ditopang oleh kekuatan maritim.
􀂐 Demak merupakan bandar transit (perantara) antara pusat rempah-rempah di Maluku dan pusat perdagangan internasional di perairan Selat Malaka.
􀂐 Kerajaan Demak merupakan pusat penyebaran agama Islam. Dari Istana Bintara/Demak, agama Islam menyebar ke kawasan pantai utara Jawa Barat (Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon); daerah pantai utara Jawa Timur (Tuban, Giri, Surabaya, Pasuruan, dan Madura); daerah pedalaman Jawa Tengah (Pajang dan Mataram); dan ke daerah Banjar di Kalimantan Selatan.
c. Keruntuhan Kerajaan Demak

Setelah Sultan Trenggana wafat, timbul perebutan kekuasaan di Demak, yaitu antara Arya Penangsang (keturunan Sekar Seda Lepen) dan Prawata (keturunan Sultan Trenggana). Perselisihan dan peperangan ini melemahkan kekuasaan Kerajaan Demak. Akibatnya, para bupati pesisir pantai utara Jawa banyak yang melepaskan diri dari Demak. Daerah-daerah yang melepaskan diri dari Demak antara lain adalah: Tuban, Giri, Surabaya, dan Pasuruan. Di Jawa Tengah, perang saudara terus berkecamuk. Prawata mengangkat diri menjadi sultan menggantikan ayahnya. Kekuasaannya tidak dia-kui oleh para raja vasal, adipati, dan juga oleh kerabat dekat yang justru banyak menginginkan tahta kerajaan. Karena itu, raja-raja jajahan Demak, seperti Banten dan Cirebon mulai berdiri sendiri dan melepaskan diri dari Demak.

Kerajaan Aceh

Aceh semula merupakan kerajaan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Pedir. Pada tahun 1514, Sultan Ali Mughayat Syah (Sultan Ibrahim) berhasil melepaskan Aceh dari kekuasaan Pedir. Sebagai kerajaan yang merdeka, Aceh berangsurangsur menjadi kerajaan besar melampaui Kerajaan Pedir. Perkembangan Kerajaan Aceh berkaitan erat dengan keadaan yang terjadi di Malaka. Sejak Por-tugis berkuasa, di Malaka diterapkan system mo-nopoli yang sangat merugikan pedagang. Para pedagang yang datang dari Arab, Persia, dan Gujarat kemudian mencari tempat persinggahan baru untuk berdagang. Tempat persinggahan baru itu ialah Pelabuhan Aceh yang sedang tumbuh. Dari Aceh para pedagang dapat melanjutkan pelayaran dengan menyusuri pantai barat Pulau Sumatera, ke Barus, Pariaman, Bengkulu, terus ke Selat Sunda. Untuk menyambut kedatangan para pedagang yang semakin ramai tersebut, Aceh mempersiapkan dan memperbaiki sarana-sarana di pelabuhan, menambah jumlah pegawai, dan mengangkat syahbandar berkebangsaan Turki yang sudah berpengalaman.
Selain itu, armada angkatan laut juga terus diperkuat guna mengamankan jalur pelayaran dari gangguan Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1606 - 1637) Aceh mencapai kejayaan. Wilayah kekuasaannya bertambah luas. Kehidupan beragama
mengalami perkembangan pesat. Di lingkungan istana tinggal seorang ulama besar bernama Hamzah Fansuri. Beliau banyak menulis buku-buku tentang agama Islam. Muridnya yang terkenal dan menjadi ulama besar ialah Samsuddin as-Sumatrani. Armada dagang dari Aceh berlayar hingga ke Laut Merah. Barang yang diperdagangkan beraneka ragam, di antaranya lada, emas, kapur barus, dan kain. Aceh menjalin hubungan dengan Kekhalifahan Turki di Timur Tengah. Turki banyak membantu Aceh dalam bidang persenjataan modern.
Faktor-faktor yang mendukung kemajuan Aceh antara lain, sebagai berikut.
􀂐 Letak Aceh yang strategis karena berada pada jalur perdagangan Nusantara maupun internasional.
􀂐 Aceh memiliki pelabuhan yang baik sebagai pe-labuhan dagang.
􀂐 Aceh sebagai pelabuhan transit menuju Eropa.
􀂐 Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 mengakibatkan berkurangnya persaingan di bidang perdagangan di selat Malaka.


Aceh tampil sebagai pelabuhan utama (Bandar dagang). Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh me-ngalami kemunduran. Raja-raja penggantinya lemah dan sering terjadi perselisihan antara para raja dengan para ulama. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tani (1637-1642), buku-buku karya Hamzah Fansuri dibakar. Ajarannya dianggap sesat dan dilarang. Nuruddin ar-Raniri, yang berasal dari India (Gujarat) diangkat menjadi ulama. Pada masa kemunduran ini, Aceh banyak kehilangan daerah-daerah kekuasaan. Wilayahnya menciut sehingga menjadi lebih kurang seluas provinsi Aceh yang sekarang. Walaupun demikian Kerajaan Aceh tetap bertahan.

Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang bercorak Islam. Kerajaan
Samudera Pasai terletak di pesisir timur Aceh. Letak kerajaan ini sangat strategis karena dekat dengan Selat Malaka. Selat Malaka adalah jalur pelayaran perdagangan internasional. Semula kerajaan Samudera Pasai merupakan dua kerajaan yang terpisah. Pada tahun 1285, Marah Silu (Raja Samudera) berhasil menyatukan kerajaan Samudera dan kerajaan Pasai. Penyatuan dua kerajaan itu dibantu saudagar-saudagar mus-lim dari Mesir. Marah Silu kemudian memeluk aga-ma Islam dan bergelar Sultan Malik al-Saleh. Samudera Pasai meluaskan wilayah hingga ke Perlak dan Lamuri. Samudera Pasai berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Pegu, Syiam, Kedah, dan Jawa. Barang yang diperdagangkan di Samudera Pasai beraneka ragam, seperti lada, emas, kapur barus, dan kain sutera. Samudera Pasai juga berperan besar bagi
perkembangan Islam di Indonesia.

Pada tahun 1292, seorang pedagang dari Venezia (Italia) yang bernama Marco Polo singgah di Perlak dalam perjalanan pulang dari negeri Cina. Ia menerangkan bahwa sebagian besar penduduk Perlak telah menganut agama Islam. Raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Samudera Pasai antara lain:
􀂐 Sultan Malik al-Saleh (1285 - 1297).
􀂐 Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir (1297 - 1326).
􀂐 Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir (1326 - 1348).

Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, Samudera Pasai dikunjungi Ibnu Battutah. Ia adalah ulama terkenal dari Maroko yang sedang mengemban tugas dari Sultan Delhi, India, untuk berkunjung ke Cina. Dalam kesempatan lain Kaisar Cina me-ngirim Laksamana Cheng Hoo berkunjung ke Samu-dera Pasai. Cheng Hoo adalah seorang laksamana bangsa Cina yang telah menganut agama Islam. Setelah Sultan Ahmad wafat, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran karena diserang oleh tentara Majapahit pada tahun 1350. Samudera Pasai tidak dihancurkan, melainkan dijadikan kerajaan bawahan Majapahit. Samudera Pasai tidak lagi menjadi kerajaan kuat, namun dapat terus ber-tahan hingga akhir abad ke-15.

Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Islam

Islam adalah agama yang paling banyak penganutnya di Indonesia. Banyak segi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia yang dipengaruhi budaya dan agama Islam. Tahukah kamu kapan Islam masuk ke Indonesia? Bagaimana Islam masuk ke Indonesia? Siapa yang membawa dan menyebarkan Islam ke Indonesia? Ini merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab karena tidak ada bukti tertulis yang memastikannya secara tepat. Tidak dalam tahun yang persis, apalagi dalam penanggalan yang pasti. Dengan mengandalkan berbagai berita dan catatan yang dapat dipercaya, kita akan menelusuri perkembangan Islam di Indonesia.

Masuknya Agama Islam
A. Faktor pendukung
Agama Islam merupakan agama monoteis, seperti agama Yahudi dan Nasrani. Pada abad ke-8, agama Islam menyebar ke Spanyol dan Cina. Pada abad ke-10, agama Islam telah menyebar ke Gujarat, India. Itulah sebabnya pedagang-pedagang Arab dan India (khususnya Gujarat) yang dating setelah abad 10 merupakan pemeluk agama Islam. Melalui hubungan dengan sesama pedagang ataupun kontak dengan penduduk selama berdiam di sebuah kota pelabuhan, agama Islam akhirnya juga sampai dan menyebar ke Indonesia. Agama Islam berkembang pesat setelah Kerajaan Demak menggantikan peranan Kerajaan Majapahit pada awal abad ke-16. Di samping itu, orang-orang Gujarat dalam menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa tidak banyak menemui rintangan yang berarti walaupun agama dan kebudayaan Hindu telah lama memengaruhi tata kehidupan orang-orang di Pulau Jawa. Ada beberapa faktor yang memengaruhi dan mendukung perkembangan persebaran agama Islam di Indonesia, yaitu:
1.    Syarat masuk agama Islam tidak begitu sulit. Seseorang dianggap telah masuk agama Islam apabila telah mengucapkan Kalimat Syahadat.
2.    Penyebaran Islam dapat dilakukan oleh setiap muslim.
3.    Upacara-upacara dalam agama Islam lebih sederhana.
4.    Agama Islam tidak mengenal kasta. Agama Islam mengakui dan memperjuangkan bahwa semua manusia sederajat atau sama di mata Tuhan.
5.    Agama Islam tidak menentang adat/tradisi yang sudah ada di Indonesia.Secara ekonomis, Islam mengajarkan adanya kesejahteraan sosial dengan adanya kewajiban zakat bagi yang memiliki harta (zakat fitrah, amal, dan sebagainya). Selain itu, dengan masuk Islam juga akan mempererat hubungan antarpedagang.
6.    Kemunduran dan jatuhnya kekuasaan Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa memberikan keleluasaan bagi berkembangnya kekuasaan Islam.
7.    Peran para Ulama, Kyai, dan para Da’i sangat besar manfaatnya bagi perkembangan Islam di Indonesia.
B. Saluran yang digunakan
Masuknya Islam atau proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu:
perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan, kesenian, dan Tasawuf.
a. Perdagangan
Sejak abad ke-7, para pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Di samping berdagang, para pedagang Islam mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain, termasuk masyarakat Indonesia. Agama Islam dibawa pedagang Islam Arab, India (Gujarat), Persia. Para pedagang Indonesia meneruskannya kepada para keluarganya, tetangganya, masyarakat sekelilingnya, sehingga masuk dan berkembanglah agama dan budaya Islam. Saluran Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan efektif, apalagi yang terlibat dalam perdagangan tidak hanya masyarakat golongan bawah melainkan juga masyarakat golongan atas, golongan bangsawan, dan para penguasa.

b. Perkawinan
Para pedagang Islam mempunyai status ekonomi yang lebih baik, sehingga penduduk pribumi, puteri bangsawan, menjadi tertarik kepada para pedagang Islam. Dengan begitu, terjadilah perkawinan antara pedagang Islam dengan penduduk Indonesia. Atau sebaliknya, wanita muslim dikawini oleh para bangsawan. Hal ini akan melahir-kan keluarga muslim, berkembang menjadi ma-syarakat muslim, perkampungan muslim, dan se-terusnya. Para keluarga muslim lebih-lebih keluar-ga bangsawan atau penguasa, turut mempercepat proses Islamisasi.
c. Politik
Pengaruh kekuasaan raja sangat besar perannya dalam proses Islamisasi. Bila raja memeluk Islam rakyatnya akan mengikuti masuk agama Islam. Rakyat cenderung mengikuti keteladanan
para penguasa atau rajanya. Demi kepentingan politik, kerajaan Islam memperluas wilayah kekua-saannya. Ini berarti juga mempermudah dan mempercepat proses Islamisasi di wilayah yang dikuasainya. Contohnya, Sultan Trenggono dari Demak yang memperluas wilayah kekuasaannya hampir ke seluruh Pulau Jawa, berarti wilayah yang dikuasainya itu akan mudah mengalami proses Islamisasi.
d. Dakwah dan pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, para kyai mendirikan pondok pesantren untuk mendidik para santri. Para santri dididik tentang agama Islam. Setelah selesai, mereka pulang ke kampung halamannya untuk berdakwah menyebarkan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada masyarakat sekelilingnya. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rakhmat di Ampel Denta, Surabaya dan Sunan Giri mendirikan pesantren di Giri. Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa itu antara lain sebagai berikut.
􀂐 Datuk Ribandang dan Datuk Sulaeman berjasa menyiarkan agama Islam di daerah Sulawesi Selatan.
􀂐 Datuk Ribandang dan Tuan Tunggang Parangan yang menyiarkan Islam ke daerah Kutai, Kalimantan Timur.
􀂐 Penghulu Demak yang mengajar di Banjar, Kalimantan Selatan.
􀂐 Kiai Gede ing Suro dari Surabaya yang berhasil mengislamkan Palembang
􀂐 Sunan Giri “penyiar” di Hitu dan Ternate.
􀂐 Syekh Said dari Pasai yang mengajarkan agama Islam di kalangan bangsawan dan rakyat di Patani, Thailand Selatan.
􀂐 Para Wali (waliullah) yaitu Sembilan Wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo yang menyiarkan agama Islam di pedalaman Pulau Jawa.
e. Kesenian
Saluran dan cara Islamisasi dilakukan melalui cabang-cabang kesenian seperti bangunan, seni
pa-hat atau ukir, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Contohnya adalah pementasan wayang yang dijadikan media berdakwah Sunan Kalijaga. Di Yogyakarta, setiap maulud nabi, gamelan keratin (Sekati) dibawa ke Mesjid Agung, untuk dibunyikan de-ngan irama yang sangat menarik masyarakat. Setelah masyarakat berkumpul, dilanjutkan dengan dakwah dan membaca kalimat syahadat yang berarti masuklah orang tersebut ke agama Islam. Dari istilah gamelan Sekati dan mungkin ju-ga dari syahadat kemudian menjadi syahadatin dan akhirnya sekaten.
f. Tasawuf
Para ahli tasawuf yang hidup sederhana selalu berusaha untuk bisa menghayati keadaan hidup
masyarakat. Mereka berusaha untuk hidup bersama masyarakat, dan biasanya mereka juga pandai dalam menyembuhkan penyakit. Mereka mengajarkan dan menyebarkan Islam dengan cara yang sesuai dengan keadaan masyarakat, alam pikiran, dan budaya masyarakat sehingga Islam mudah di-terima oleh masyarakat. Di antara para ahli tasawuf, yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra Islam antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung di Jawa.
C. Perkembangan di Indonesia
Pengaruh Islam diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7. Islam dibawa langsung
oleh para pedagang Arab, Persia, dan India (Gujarat). Masuk dan berkembangnya Islam di berbagai wilayah Indonesia tidak pada waktu yang bersamaan. Hal ini dikarenakan:
􀂐 Indonesia terdiri dari banyak pulau.
􀂐 Di berbagai wilayah Indonesia terdapat kerajaan- kerajaan Hindu dan Budha pada saat kedatangan Islam. Di Sumatera, misalnya ada kerajaan Sriwijaya dan Melayu, di Jawa ada kerajaan Mataram, Majapahit, Sunda, dan di Kalimantan ada kerajaan Nagara, Daha, dan Kutai.
􀂐 Masyarakat daerah pantai mengembangkan ekonomi maritim, berdagang dan berlayar, sehingga dimungkinkan lebih banyak berhubungan dengan suku atau bangsa lain dibandingkan
dengan masyarakat pedalaman yang berekonomi agraris yang sedikit memiliki hubungan dengan bangsa lain, termasuk agama dan budaya Islam.
Masyarakat Indonesia saat itu juga sudah dipengaruhi oleh budaya Hindu yang kemudian berkembang dalam wujud akulturasi Indonesia-Hindu. Meskipun demikian, ada masyarakat Indonesia yang tidak pernah terpengaruh agama dan budaya Hindu. Mereka masih asli dengan
keper-cayaan dan budaya Indonesia. Di Nias dan Flores masyarakat masih membuat patung-patung untuk dipujanya, di Kalimantan masih ditemukan upacara tiwah yaitu upacara untuk menghormati dan memuja nenek moyang dan sebagainya. Marilah kita sekarang memperhatikan perkembangan Islam di berbagai daerah di Indonesia.
a. Islam di Jawa
Di Pulau Jawa, pengaruh agama Islam tersebar sejak abad ke-11 M. Bukti tertua peninggalan agama Islam di Pulau Jawa dapat ditemukan pada makam Fatimah binti Maimun, di Gresik, Jawa Timur. Pada batu nisannya tertulis tahun wafatnya, yaitu 475 H (1082 M). Gresik tampil sebagai pusat persebaran agama Islam di Pulau Jawa setelah kerajaan Majapahit lemah. Islam kemudian tersebar sepanjang pesisir utara Jawa Timur. Sekitar tahun 1500 M berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, yaitu Kera-jaan Demak. Melalui peran para penguasa Demak inilah agama Islam kemudian tersebar ke Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan daerah-daerah pedalamanJawa Tengah. Tokoh-tokoh ulama yang sa-ngat berjasa dalam penyebarluasan agama Islam di Pulau Jawa adalah Wali Songo (Sembilan Wali).
b. Islam di Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, perkembangan Islam bermula di daerah pusat perdagangan Sumatera Utara seperti Perlak dan Samudra Pasai. Setelah berkembangnya kerajaan Samudra Pasai, Islam berkembang ke daerah lain. Daerah lain di Sumatera Utara yang mendapat pengaruh Islam dan berkembang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perda-gangan adalah Aceh. Ulama Aceh yang terkenal adalah Hamzah Fansuri dan Nurudin ar Raniri.
c. Islam di Kalimantan
Di Kalimantan Selatan, Islam mulai berkembang dengan masuknya Pangeran Suriansyah yang memeluk agama Islam pada tahun 1590. Islam di Kalimantan Selatan berkembang dari kerajaan Demak. Sedangkan di Kalimantan Timur, Islam dapat berkembang karena datangnya dua mubaligh, yaitu Dato’ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya terjadi sekitar tahun 1575. Islam semakin menyebar sampai ke daerah pedalaman pada masa Raja Ajidi Langgar (putera Raja Mahkota).
d. Islam di Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan, Islam mulai masuk sejak abad ke-15. Setelah raja Daeng Manrabia (raja Gowa-Tallo) yang bergelar Sultan Alaudin masuk Islam pada tanggal 22 September 1605, Islam berkembang pesat. Mubaligh Dato’ri Bandang dan Dato’ Sulaeman membuat Islam berkembang lebih pesat. Dengan demikian, sebagian besar daerah Sulawesi Selatan masuk agama Islam.
e. Islam di Kepulauan Maluku
Dari Pulau Jawa pengaruh agama Islam tersebar ke bagian timur Indonesia, mengikuti rute perdagangan waktu itu, yaitu ke Hitu, Seram, Ternate, dan Tidore. Para ulama dari Gresik menyebarkan agama Islam ke daerah Maluku. Bahkan Sultan Zae-nal Abidin dari Ternate pernah belajar agama Islam di Gresik. Para ulama Kerajaan Ternate menyebarkan agama Islam ke Buton (Sulawesi Tenggara) dan Gorontalo (Sulawesi Utara). Sedangkan, para ulama Kerajaan Tidore menyebarkan agama Islam ke pulau- pulau Maluku di bagian timur dan tenggara sampai pantai selatan Irian Jaya. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Islam diterima masyarakat Nusantara. Masyarakat Indonesia memeluk agama Islam bukan karena paksaan atau kekerasan, melainkan karena keterbukaan hati mereka untuk menerima hal-hal baru termasuk ajaran-ajaran Islam.
D. Sumber sejarah
Penyebaran agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 dapat diketahui dari beberapa
sumber berita, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Sumber sejarah itu berupa catatan dari para musafir atau pedagang dan pesan-pesan yang termuat pada batu nisan. Dari bukti-bukti dan sumber berita itu, dapat dipastikan bahwa pengaruh Islam sudah berkembang sejak masa kerajaan Hindu di Indonesia.
a. Berita dari luar negeri
Sumber-sumber berita dari luar negeri antara lain datang dari Arab, Eropa, India, dan Cina.
1) Berita dari Arab
Para pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad 7 M). Pedagang Arab menyebut Kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabaq, Zabay, atau Sribusa. Ini suatu bukti bahwa pedagang Arab sudah melakukan hubungan dagang dengan Sriwijaya.
2) Catatan Marco Polo
Marco Polo berasal dari Venesia, Italia. Pada tahun 1292, ia datang ke Aceh bagian utara dalam rangkaian perjalanannya dari Tiongkok ke Persia. Ia singgah di Lamuri. Marcopolo menemukan masyarakat yang sudah memeluk agama Islam.
3) Berita dari India
Berita dari India ini menyebutkan bahwa sudah ada hubungan dagang antara Indonesia dengan
para pedagang dari Gujarat. Di samping berdagang, mereka juga mengajarkan agama Islam kepada penduduk yang ada di pesisir pantai.
4) Berita dari Cina
Dalam catatan Ma-Huan dinyatakan bahwa pada tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pantai utara Pulau Jawa.
5) Berita dari Tome Pires
Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyatakan bahwa daerah-daerah di pantai Sumatra Utara
dan timur Selat Malaka, yaitu daerah Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan kerajaan Islam.
b. Berita dari dalam negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia.
1) Sebuah batu bertulis di Leran
Pada batu nisan di Leran (sebelah selatan Gresik) ada tulisan dengan menggunakan huruf dan
bahasa Arab. Batu ini memuat keterangan tentang meninggalnya seorang wanita yang beragama Islam, bernama Fatimah binti Maimun (1028 M).
2) Makam Sultan Malik al-Saleh
Sultan Malik al-Saleh meninggal pada tahun 1297 M. Makam Sultan Malik al-Saleh terdapat di Aceh. Batu nisan makam ini mendapat pengaruh dari Mesir.
3) Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah salah seorang muslim dari Persia. Ia meninggal pada tahun 1419. Makam Maulana Malik Ibrahim terletak di Gresik.
4) Nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik
Berdasarkan nisan-nisan kubur tersebut dapat diketahui telah terjadinya proses Islamisasi di Jawa pada masa Majapahit.
Penyebar Agama Islam di Indonesia
Dari Mekkah dan Madinah agama Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia, antara lain ke
Indonesia. Penyebaran Islam ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama dan para pedagang.
A. Peran pedagang
Para ahli sepakat bahwa perdagangan memang memegang peranan penting dalam proses masuknya agama Islam ke Indonesia. Saudagar-saudagar Islam dari Persia, Gujarat, dan Arab datang ke Indonesia untuk berdagang. Pelayaran perdagangan memerlukan waktu berbulan-bulan karena perubahan arah angin mengikuti suatu siklus musim tertentu yang lamanya bisa enam bulan dalam satu musim. Tidak jarang para pedagang tersebut harus menunggu waktu berbulan-bulan di suatu kota pelabuhan atau pusat perdagangan sampai datang-nya perubahan angin sesuai tujuan. Karena itu dibangun perkampungan-perkampungan untuk tempat tinggal para pedagang. Hal ini memungkinkan terjalinnya hubungan erat dan terbuka dengan penduduk setempat/pribumi. Selain dengan para pedagang golongan bawah, para pedagang Islam juga bertemu dengan para penguasa, adipati, bahkan raja. Hubungan yang terbuka dan erat itu memungkinkan mereka dapat saling bertukar pikiran. Misalnya mengenai adat-istiadat, pengalaman hidup, dan agama. Pedagang-pedagang dari Gujarat yang beragama Islam memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat. Mereka menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Dengan demikian agama Islam dapat masuk ke masyarakat Indonesia.
B. Peranan ulama
Selain pedagang, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para ulama. Para ulama mengabdikan hidupnya bagi penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan lebih lanjut, Islam disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Oleh karena itu, muncullah para juru dakwah pribumi dari ber-bagai pelosok nusantara. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, dilakukan oleh Wali Songo. Wali Songo semuanya bergelar Sunan, suatu singkatan dari Susuhunan. Susuhunan berarti yang dijunjung tinggi (suhun artinya dijunjung di atas kepala) atau tempat memohon sesuatu. Sembilan wali itu adalah: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Dra-jad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Selain para wali ada ulama lainnya, yakni Syeh Abdulmuhyi dari Tasikmalaya, Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang, Sunan Geseng, Sunan Tembayat, Sunan Panggung. Sementara itu, penyebaran agama Islam di luar Jawa juga dilakukan para ulama. Ulama penyebar agama Islam di luar Jawa pada masa itu, antara la-in: Datuk Ribandang, Datuk Sulaeman, Datuk Ribandang, Tuan Tunggang Parangan, Penghulu Demak, Kiai Gede ing Suro, dan Syekh Said dari Pasai. Proses penyebaran agama Islam berjalan lancar karena beberapa faktor, yaitu:
􀂐 Suasana keterbukaan di kota-kota menciptakan kecenderungan yang lebih besar untuk berpindah agama.
􀂐 Kemerosotan kekuasaan Hindu mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan yang mendapat dukungan dari agama Islam.
􀂐 Penyebaran agama Islam dilakukan tidak dengan paksaan atau kekerasan, tetapi dengan
cara damai.

Untuk lebih memahami dinamika dan perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak
masuknya Islam, marilah kita menelusuri sejarahnya melalui berbagai kerajaan yang telah dipengaruhi oleh Islam. Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam inilah agama dan ajaran Islam disebarluas-kan di Indonesia hingga menjadi sebuah agama yang mayoritas.

Masuknya Islam berpengaruh besar pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam terus
berkembang sampai sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat
Indonesia antara lain pada bidang-bidang berikut.
a. Bidang Politik
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu-Buddha. Tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti
halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan
secara Islam.
b. Bidang Sosial
Kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh
Islam yang berkembang pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama
Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat.
Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan,
Hamzah, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan,
contohnya rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun),
majelis (majlis), hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi.

Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai
pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-nama pasaran hari seperti
legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam, Sultan Agung dari
Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
c. Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren
telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat
pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses
pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.
Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama
untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai. Asrama siswa
berada di dalam kompleks pesantren. Kiai juga tinggal di kompleks pesantren.
d. Bidang Sastra dan Bahasa
Persebaran bahasa Arab lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena
dalam Islam tak ada pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat
mempelajari bahasa Arab. Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai
menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat kecil pun
mampu membaca huruf Arab.
Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah
Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah masuk
Islam. Dalam perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada karyakarya
sastra. Bentuk karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam
di antaranya sebagai berikut.
1. Hikayat, cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang terkenal adalah
Hikayat Amir Hamzah.
2. Babad, kisah pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
3. Suluk, kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan lainnya.
4. Syair, seperti Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.
e. Bidang Arsitektur dan Kesenian
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan
istana. Ada perbedaan antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam
ke Indonesia dan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak memiliki
kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau atap bersusun.
Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa dengan arsitektur
Hindu. Contohnya, Masjid Demak dan Masjid Banten.

Ilmu Pengetahuan Sosial
Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah
yang merupakan kata atau kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang atau
manusia (hanya bentuk siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara yang diperindah.
Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini.
Media yang sering digunakan adalah nisan makam, dinding masjid, mihrab, kain tenunan,

kayu, dan kertas sebagai pajangan.