Islam adalah agama yang
paling banyak penganutnya di Indonesia. Banyak segi dalam kehidupan masyarakat
di Indonesia yang dipengaruhi budaya dan agama Islam. Tahukah kamu kapan Islam masuk
ke Indonesia? Bagaimana Islam masuk ke Indonesia? Siapa yang membawa dan
menyebarkan Islam ke Indonesia? Ini merupakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab
karena tidak ada bukti tertulis yang memastikannya secara tepat. Tidak dalam
tahun yang persis, apalagi dalam penanggalan yang pasti. Dengan mengandalkan
berbagai berita dan catatan yang dapat dipercaya, kita akan menelusuri perkembangan
Islam di Indonesia.
Masuknya Agama Islam
A. Faktor pendukung
Agama Islam merupakan
agama monoteis, seperti agama Yahudi dan Nasrani. Pada abad ke-8, agama Islam
menyebar ke Spanyol dan Cina. Pada abad ke-10, agama Islam telah menyebar ke
Gujarat, India. Itulah sebabnya pedagang-pedagang Arab dan India (khususnya Gujarat)
yang dating setelah abad 10 merupakan pemeluk agama Islam. Melalui hubungan
dengan sesama pedagang ataupun kontak dengan penduduk selama berdiam di sebuah
kota pelabuhan, agama Islam akhirnya juga sampai dan menyebar ke Indonesia. Agama
Islam berkembang pesat setelah Kerajaan Demak menggantikan peranan Kerajaan Majapahit
pada awal abad ke-16. Di samping itu, orang-orang Gujarat dalam menyiarkan
agama Islam di Pulau Jawa tidak banyak menemui rintangan yang berarti walaupun
agama dan kebudayaan Hindu telah lama memengaruhi tata kehidupan orang-orang di
Pulau Jawa. Ada beberapa faktor yang memengaruhi dan mendukung perkembangan
persebaran agama Islam di Indonesia, yaitu:
1.
Syarat masuk agama Islam tidak begitu sulit. Seseorang dianggap
telah masuk agama Islam apabila telah mengucapkan Kalimat Syahadat.
2.
Penyebaran Islam dapat dilakukan oleh setiap muslim.
3.
Upacara-upacara dalam agama Islam lebih sederhana.
4.
Agama Islam tidak mengenal kasta. Agama Islam mengakui dan
memperjuangkan bahwa semua manusia sederajat atau sama di mata Tuhan.
5.
Agama Islam tidak menentang adat/tradisi yang sudah ada di
Indonesia.Secara ekonomis, Islam mengajarkan adanya kesejahteraan sosial dengan
adanya kewajiban zakat bagi yang memiliki harta (zakat fitrah, amal, dan sebagainya).
Selain itu, dengan masuk Islam juga akan mempererat hubungan antarpedagang.
6.
Kemunduran dan jatuhnya kekuasaan Sriwijaya di Sumatera dan
Majapahit di Jawa memberikan keleluasaan bagi berkembangnya kekuasaan Islam.
7.
Peran para Ulama, Kyai, dan para Da’i sangat besar manfaatnya bagi
perkembangan Islam di Indonesia.
B. Saluran yang digunakan
Masuknya Islam atau proses
Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara atau saluran, yaitu:
perdagangan, perkawinan,
politik, pendidikan, kesenian, dan Tasawuf.
a. Perdagangan
Sejak abad ke-7, para
pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Di samping berdagang, para pedagang Islam mengajarkan
agama dan budaya Islam kepada orang lain, termasuk masyarakat Indonesia. Agama
Islam dibawa pedagang Islam Arab, India
(Gujarat), Persia. Para pedagang Indonesia meneruskannya kepada para
keluarganya, tetangganya, masyarakat sekelilingnya, sehingga masuk dan
berkembanglah agama dan budaya Islam. Saluran Islamisasi melalui perdagangan
sangat menguntungkan dan efektif, apalagi yang terlibat dalam perdagangan tidak
hanya masyarakat golongan bawah melainkan juga masyarakat golongan atas,
golongan bangsawan, dan para penguasa.
b.
Perkawinan
Para
pedagang Islam mempunyai status ekonomi yang lebih baik, sehingga penduduk
pribumi, puteri bangsawan, menjadi tertarik kepada para pedagang Islam. Dengan begitu, terjadilah perkawinan antara pedagang Islam dengan penduduk Indonesia.
Atau sebaliknya, wanita muslim dikawini oleh para bangsawan. Hal ini akan
melahir-kan keluarga muslim, berkembang menjadi ma-syarakat muslim, perkampungan muslim, dan se-terusnya. Para keluarga muslim lebih-lebih keluar-ga
bangsawan atau penguasa, turut mempercepat proses Islamisasi.
c. Politik
Pengaruh kekuasaan raja
sangat besar perannya dalam proses Islamisasi. Bila raja memeluk Islam rakyatnya
akan mengikuti masuk agama Islam. Rakyat cenderung mengikuti keteladanan
para penguasa atau
rajanya. Demi kepentingan politik, kerajaan Islam memperluas wilayah kekua-saannya.
Ini berarti juga mempermudah dan mempercepat proses Islamisasi di wilayah yang
dikuasainya. Contohnya, Sultan Trenggono dari Demak yang memperluas
wilayah kekuasaannya hampir ke seluruh Pulau Jawa, berarti wilayah yang dikuasainya
itu akan mudah mengalami proses Islamisasi.
d. Dakwah dan pendidikan
Para ulama, guru-guru
agama, para kyai mendirikan pondok pesantren untuk mendidik para santri. Para
santri dididik tentang agama Islam. Setelah selesai, mereka pulang ke kampung
halamannya untuk berdakwah menyebarkan dan mengajarkan agama dan budaya Islam
kepada masyarakat sekelilingnya. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden
Rakhmat di Ampel Denta, Surabaya dan Sunan Giri mendirikan
pesantren di Giri. Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa itu antara lain
sebagai berikut.
Datuk
Ribandang dan Datuk Sulaeman berjasa menyiarkan agama
Islam di daerah Sulawesi Selatan.
Datuk
Ribandang dan Tuan Tunggang Parangan yang menyiarkan
Islam ke daerah Kutai, Kalimantan Timur.
Penghulu
Demak yang mengajar di Banjar, Kalimantan Selatan.
Kiai Gede
ing Suro dari Surabaya yang berhasil mengislamkan Palembang
Sunan
Giri “penyiar” di Hitu dan Ternate.
Syekh
Said dari Pasai yang mengajarkan agama Islam di kalangan bangsawan dan
rakyat di Patani, Thailand Selatan.
Para Wali
(waliullah) yaitu Sembilan Wali yang terkenal dengan
sebutan Wali Songo yang menyiarkan agama Islam di pedalaman Pulau Jawa.
e. Kesenian
Saluran dan cara
Islamisasi dilakukan melalui cabang-cabang kesenian seperti bangunan, seni
pa-hat atau ukir, seni tari,
seni musik, dan seni sastra. Contohnya adalah pementasan wayang yang dijadikan
media berdakwah Sunan Kalijaga. Di Yogyakarta, setiap maulud nabi, gamelan
keratin (Sekati) dibawa ke Mesjid Agung, untuk dibunyikan de-ngan irama
yang sangat menarik masyarakat. Setelah masyarakat berkumpul, dilanjutkan
dengan dakwah dan membaca kalimat syahadat yang berarti masuklah orang tersebut
ke agama Islam. Dari istilah gamelan Sekati dan mungkin ju-ga dari syahadat kemudian
menjadi syahadatin dan akhirnya sekaten.
f. Tasawuf
Para ahli tasawuf yang
hidup sederhana selalu berusaha untuk bisa menghayati keadaan hidup
masyarakat. Mereka
berusaha untuk hidup bersama masyarakat, dan biasanya mereka juga pandai dalam
menyembuhkan penyakit. Mereka mengajarkan dan menyebarkan Islam dengan cara
yang sesuai dengan keadaan masyarakat, alam pikiran, dan budaya masyarakat
sehingga Islam mudah di-terima oleh masyarakat. Di antara para ahli tasawuf, yang
memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra
Islam antara lain Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung
di Jawa.
C. Perkembangan di
Indonesia
Pengaruh Islam diperkirakan
telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7. Islam dibawa langsung
oleh para pedagang Arab,
Persia, dan India (Gujarat). Masuk dan berkembangnya Islam di berbagai wilayah
Indonesia tidak pada waktu yang bersamaan. Hal ini dikarenakan:
Indonesia terdiri
dari banyak pulau.
Di berbagai
wilayah Indonesia terdapat kerajaan- kerajaan Hindu dan Budha pada saat kedatangan
Islam. Di Sumatera, misalnya ada kerajaan Sriwijaya dan Melayu, di Jawa ada kerajaan
Mataram, Majapahit, Sunda, dan di Kalimantan ada kerajaan Nagara, Daha, dan Kutai.
Masyarakat
daerah pantai mengembangkan ekonomi maritim, berdagang dan berlayar, sehingga
dimungkinkan lebih banyak berhubungan dengan suku atau bangsa lain dibandingkan
dengan masyarakat
pedalaman yang berekonomi agraris yang sedikit memiliki hubungan dengan bangsa
lain, termasuk agama dan budaya Islam.
Masyarakat Indonesia saat
itu juga sudah dipengaruhi oleh budaya Hindu yang kemudian berkembang dalam
wujud akulturasi Indonesia-Hindu. Meskipun demikian, ada masyarakat Indonesia
yang tidak pernah terpengaruh agama dan budaya Hindu. Mereka masih asli dengan
keper-cayaan dan budaya
Indonesia. Di Nias dan Flores masyarakat masih membuat patung-patung untuk
dipujanya, di Kalimantan masih ditemukan upacara tiwah yaitu upacara
untuk menghormati dan memuja nenek moyang dan sebagainya. Marilah kita sekarang
memperhatikan perkembangan Islam di berbagai daerah di Indonesia.
a. Islam di Jawa
Di Pulau Jawa, pengaruh
agama Islam tersebar sejak abad ke-11 M. Bukti tertua peninggalan agama Islam
di Pulau Jawa dapat ditemukan pada makam Fatimah binti Maimun, di
Gresik, Jawa Timur. Pada batu nisannya tertulis tahun wafatnya, yaitu 475 H
(1082 M). Gresik tampil sebagai pusat persebaran agama Islam di Pulau Jawa
setelah kerajaan Majapahit lemah. Islam kemudian tersebar sepanjang pesisir utara
Jawa Timur. Sekitar tahun 1500 M berdiri kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa,
yaitu Kera-jaan Demak. Melalui peran para penguasa Demak inilah agama Islam
kemudian tersebar ke Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, dan daerah-daerah pedalamanJawa
Tengah. Tokoh-tokoh ulama yang sa-ngat berjasa dalam penyebarluasan agama Islam
di Pulau Jawa adalah Wali Songo (Sembilan Wali).
b. Islam di Sumatera
Utara
Di Sumatera Utara,
perkembangan Islam bermula di daerah pusat perdagangan Sumatera Utara seperti
Perlak dan Samudra Pasai. Setelah berkembangnya kerajaan Samudra Pasai, Islam
berkembang ke daerah lain. Daerah lain di Sumatera Utara yang mendapat pengaruh
Islam dan berkembang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perda-gangan adalah
Aceh. Ulama Aceh yang terkenal adalah Hamzah Fansuri dan Nurudin
ar Raniri.
c. Islam di Kalimantan
Di Kalimantan Selatan,
Islam mulai berkembang dengan masuknya Pangeran Suriansyah yang memeluk
agama Islam pada tahun 1590. Islam di Kalimantan Selatan berkembang dari
kerajaan Demak. Sedangkan di Kalimantan Timur, Islam dapat berkembang karena
datangnya dua mubaligh, yaitu Dato’ri Bandang dan Tuan
Tunggang Parangan. Proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya terjadi sekitar
tahun 1575. Islam semakin menyebar sampai ke daerah pedalaman pada masa Raja
Ajidi Langgar (putera Raja Mahkota).
d. Islam di Sulawesi
Selatan
Di Sulawesi Selatan, Islam
mulai masuk sejak abad ke-15. Setelah raja Daeng Manrabia (raja Gowa-Tallo)
yang bergelar Sultan Alaudin masuk Islam pada tanggal 22
September 1605, Islam berkembang pesat. Mubaligh Dato’ri Bandang dan
Dato’ Sulaeman membuat Islam berkembang lebih pesat. Dengan
demikian, sebagian besar daerah Sulawesi Selatan masuk agama Islam.
e. Islam di Kepulauan
Maluku
Dari Pulau Jawa pengaruh
agama Islam tersebar ke bagian timur Indonesia, mengikuti rute perdagangan waktu
itu, yaitu ke Hitu, Seram, Ternate, dan Tidore. Para ulama dari Gresik
menyebarkan agama Islam ke daerah Maluku. Bahkan Sultan Zae-nal
Abidin dari Ternate pernah belajar agama Islam di Gresik. Para ulama
Kerajaan Ternate menyebarkan agama Islam ke Buton (Sulawesi Tenggara) dan
Gorontalo (Sulawesi Utara). Sedangkan, para ulama Kerajaan Tidore menyebarkan
agama Islam ke pulau- pulau Maluku di bagian timur dan tenggara sampai pantai
selatan Irian Jaya. Dari keterangan-keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
agama Islam diterima masyarakat Nusantara. Masyarakat Indonesia memeluk agama
Islam bukan karena paksaan atau kekerasan, melainkan karena keterbukaan hati
mereka untuk menerima hal-hal baru termasuk ajaran-ajaran Islam.
D. Sumber sejarah
Penyebaran agama Islam ke
Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 dapat diketahui dari beberapa
sumber berita, baik dari
luar maupun dari dalam negeri. Sumber sejarah itu berupa catatan dari para musafir
atau pedagang dan pesan-pesan yang termuat pada batu nisan. Dari bukti-bukti
dan sumber berita itu, dapat dipastikan bahwa pengaruh Islam sudah berkembang
sejak masa kerajaan Hindu di Indonesia.
a. Berita dari luar
negeri
Sumber-sumber berita dari
luar negeri antara lain datang dari Arab, Eropa, India, dan Cina.
1) Berita dari Arab
Para pedagang Arab telah
datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad 7 M). Pedagang Arab menyebut
Kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabaq, Zabay, atau Sribusa. Ini
suatu bukti bahwa pedagang Arab sudah melakukan hubungan dagang dengan Sriwijaya.
2) Catatan Marco Polo
Marco Polo berasal dari Venesia,
Italia. Pada tahun 1292, ia datang ke Aceh bagian utara dalam rangkaian perjalanannya
dari Tiongkok ke Persia. Ia singgah di Lamuri. Marcopolo menemukan masyarakat yang
sudah memeluk agama Islam.
3) Berita dari India
Berita dari India ini
menyebutkan bahwa sudah ada hubungan dagang antara Indonesia dengan
para pedagang dari
Gujarat. Di samping berdagang, mereka juga mengajarkan agama Islam kepada penduduk
yang ada di pesisir pantai.
4) Berita dari Cina
Dalam catatan Ma-Huan
dinyatakan bahwa pada tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang
tinggal di pantai utara Pulau Jawa.
5) Berita dari Tome Pires
Dalam Suma Oriental,
Tome Pires menyatakan bahwa daerah-daerah di pantai Sumatra Utara
dan timur Selat Malaka,
yaitu daerah Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan kerajaan Islam.
b. Berita dari dalam
negeri
Terdapat sumber-sumber
dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia.
1) Sebuah batu bertulis di
Leran
Pada batu nisan di Leran
(sebelah selatan Gresik) ada tulisan dengan menggunakan huruf dan
bahasa Arab. Batu ini
memuat keterangan tentang meninggalnya seorang wanita yang beragama Islam, bernama
Fatimah binti Maimun (1028 M).
2) Makam Sultan Malik
al-Saleh
Sultan Malik al-Saleh meninggal pada tahun 1297
M. Makam Sultan Malik al-Saleh terdapat di Aceh. Batu nisan makam
ini mendapat pengaruh dari Mesir.
3) Makam Maulana Malik
Ibrahim di Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah salah seorang
muslim dari Persia. Ia meninggal pada tahun 1419. Makam Maulana Malik
Ibrahim terletak di Gresik.
4) Nisan kubur di Troloyo,
Trowulan, dan Gresik
Berdasarkan nisan-nisan
kubur tersebut dapat diketahui telah terjadinya proses Islamisasi di Jawa pada
masa Majapahit.
Penyebar Agama Islam di
Indonesia
Dari Mekkah dan Madinah
agama Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia, antara lain ke
Indonesia. Penyebaran Islam
ke Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para ulama dan para pedagang.
A. Peran pedagang
Para ahli sepakat bahwa
perdagangan memang memegang peranan penting dalam proses masuknya agama Islam ke
Indonesia. Saudagar-saudagar Islam dari Persia, Gujarat, dan Arab datang ke
Indonesia untuk berdagang. Pelayaran perdagangan memerlukan waktu berbulan-bulan
karena perubahan arah angin mengikuti suatu siklus musim tertentu yang lamanya bisa
enam bulan dalam satu musim. Tidak jarang para pedagang tersebut harus menunggu
waktu berbulan-bulan di suatu kota pelabuhan atau pusat perdagangan sampai datang-nya
perubahan angin sesuai tujuan. Karena itu dibangun perkampungan-perkampungan
untuk tempat tinggal para pedagang. Hal ini memungkinkan terjalinnya hubungan
erat dan terbuka dengan penduduk setempat/pribumi. Selain dengan para pedagang
golongan bawah, para pedagang Islam juga bertemu dengan para penguasa, adipati,
bahkan raja. Hubungan yang terbuka dan erat itu memungkinkan mereka dapat
saling bertukar pikiran. Misalnya mengenai adat-istiadat, pengalaman hidup, dan
agama. Pedagang-pedagang dari Gujarat yang beragama Islam memperkenalkan agama
Islam kepada penduduk setempat. Mereka menyebarkan agama Islam kepada penduduk
setempat. Dengan demikian agama Islam dapat masuk ke masyarakat Indonesia.
B. Peranan ulama
Selain pedagang, penyebaran
agama Islam dilakukan oleh para ulama. Para ulama mengabdikan hidupnya bagi
penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan lebih lanjut, Islam disebarluaskan oleh
orang-orang Indonesia sendiri. Oleh karena itu, muncullah para juru dakwah
pribumi dari ber-bagai pelosok nusantara. Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa,
dilakukan oleh Wali Songo. Wali Songo semuanya bergelar Sunan, suatu
singkatan dari Susuhunan. Susuhunan berarti yang dijunjung tinggi (suhun
artinya dijunjung di atas kepala) atau tempat memohon sesuatu. Sembilan wali
itu adalah: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan
Bonang, Sunan Giri, Sunan Dra-jad, Sunan
Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Selain
para wali ada ulama lainnya, yakni Syeh Abdulmuhyi dari
Tasikmalaya, Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang,
Sunan Geseng, Sunan Tembayat, Sunan Panggung.
Sementara itu, penyebaran agama Islam di luar Jawa juga dilakukan para ulama.
Ulama penyebar agama Islam di luar Jawa pada masa itu, antara la-in: Datuk
Ribandang, Datuk Sulaeman, Datuk Ribandang, Tuan Tunggang
Parangan, Penghulu Demak, Kiai Gede ing Suro, dan Syekh
Said dari Pasai. Proses penyebaran agama Islam berjalan lancar karena
beberapa faktor, yaitu:
Suasana keterbukaan
di kota-kota menciptakan kecenderungan yang lebih besar untuk berpindah agama.
Kemerosotan
kekuasaan Hindu mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan yang mendapat dukungan
dari agama Islam.
Penyebaran agama
Islam dilakukan tidak dengan paksaan atau kekerasan, tetapi dengan
cara damai.
Untuk lebih memahami
dinamika dan perkembangan kebudayaan masyarakat Indonesia sejak
masuknya Islam, marilah
kita menelusuri sejarahnya melalui berbagai kerajaan yang telah dipengaruhi oleh
Islam. Dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam inilah agama dan ajaran Islam
disebarluas-kan di Indonesia hingga menjadi sebuah agama yang mayoritas.
Masuknya Islam berpengaruh
besar pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam terus
berkembang sampai
sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat
Indonesia antara lain pada
bidang-bidang berikut.
a. Bidang Politik
Sebelum Islam masuk
Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu-Buddha. Tetapi,
setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha mengalami
keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam, seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya.
Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti
halnya para wali. Jika
rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan
secara Islam.
b. Bidang Sosial
Kebudayaan Islam tidak
menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh
Islam yang berkembang
pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama
Islam. Hal ini menyebabkan
aturan kasta mulai pudar di masyarakat.
Nama-nama Arab seperti
Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan,
Hamzah, dan lainnya mulai
digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan,
contohnya rahmat, berkah
(barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun),
majelis (majlis),
hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi.
Begitu pula dengan sistem
penanggalan. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah
mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai
pada tahun 78 M. Dalam
kalender Saka ini, ditemukan nama-nama pasaran hari seperti
legi, pahing, pon, wage,
dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam, Sultan Agung dari
Mataram menciptakan
kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun
Hijriah (Islam).
c. Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam
berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren
telah berkembang sebelum
Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat
pendidikan dan pengajaran
agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses
pendidikan pesantren
berubah menjadi pendidikan Islam.
Pesantren adalah sebuah
asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama
untuk belajar ilmu
keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai. Asrama siswa
berada di dalam kompleks
pesantren. Kiai juga tinggal di kompleks pesantren.
d. Bidang Sastra dan
Bahasa
Persebaran bahasa Arab
lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena
dalam Islam tak ada
pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat
mempelajari bahasa Arab.
Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai
menulis dan membaca huruf
dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat kecil pun
mampu membaca huruf Arab.
Penggunaan huruf Arab di
Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah
Leran Gresik, yang diduga
makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah masuk
Islam. Dalam
perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada karyakarya
sastra. Bentuk karya
sastra yang berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Islam
di antaranya sebagai berikut.
1. Hikayat, cerita
atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk
peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang terkenal adalah
Hikayat Amir Hamzah.
2. Babad, kisah
pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad
Cirebon.
3. Suluk, kitab
yang membentangkan soal-soal tasawuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang,
dan lainnya.
4. Syair, seperti Syair
Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.
e. Bidang Arsitektur dan
Kesenian
Islam telah memperkenalkan
tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan
istana. Ada perbedaan
antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam
ke Indonesia dan masjid
yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak memiliki
kubah di puncak bangunan.
Kubah digantikan dengan atap tumpang atau atap bersusun.
Jumlah atap tumpang itu
selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa dengan arsitektur
Hindu. Contohnya, Masjid
Demak dan Masjid Banten.
Ilmu Pengetahuan Sosial
Islam juga memperkenalkan
seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah
yang merupakan kata atau
kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang atau
manusia (hanya bentuk
siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara yang diperindah.
Teks-teks dari Al-Quran
merupakan tema yang sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini.
Media yang sering
digunakan adalah nisan
makam, dinding masjid, mihrab, kain tenunan,
kayu,
dan kertas sebagai pajangan.
thanks pa :)
BalasHapus