WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Proses Masuk serta Pengaruh Agama Hindu dan Budha

Ikut sertanya Indonesia dalam perdagangan internasional mengakibatkan berbagai pengaruh
asing masuk ke Nusantara. Salah satunya adalah agama Hindu dan Budha yang besar pengaruhnya di berbagai bidang. Sejak abad pertama masehi, bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan dagang dengan India. Selain emas, bangsa India juga memerlukan barangbarang lain seperti kayu cendana, cengkeh, lada. Dari India, para pedagang membawa hasil negerinya yang diperlukan di Indonesia seperti wangi-wangian, gading gajah, permadani, dan per-mata. Sebelum bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa India, bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan asli dari zaman prasejarah.
A. Masyarakat Indonesia menjelang masuknya pengaruh Hindu
Menjelang zaman sejarah, secara umum masyarakat Indonesia telah berkembang dengan baik dan sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan
ma-syarakat Indonesia. Misalnya bidang pertanian, pelayaran, perekonomian, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, nenek moyang bangsa Indonesia menanam padi atau tanaman lain yang bisa menghasilkan bahan ma-kanan. Buktinya adalah ditemukannya beberapa kapak yang berfungsi sebagai cangkul untuk meng-olah lahan pertanian, baik di ladang maupun di sawah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan tentang musim, arah angin, dan mengenal astronomi. Pengetahuan ini dimanfaatkan untuk pelayaran dan perdagangan melalui laut.
Mereka tinggal menetap dalam lingkungan masyarakat yang teratur lengkap dengan pimpinannya (kepala suku). Hal ini juga dapat dibuktikan dengan ditemukannya alat-alat rumah tangga, seperti tempayan dan periuk belanga yang terbuat dari tanah liat. Bahkan alat-alat tersebut ada yang diukir, sehingga tampak indah dan mempunyai nilai seni tinggi. Dalam bidang perdagangan, nenek moyang kita menggunakan sistem barter. Selain itu mereka
juga menggunakan alat tukar yang dianggap sebagai “uang”. Alat tukar itu dibuat dari kulit kerang. Perdagangan dengan sistem barter ini pun sampai sekarang tetap berlaku, tetapi dengan cara yang lebih modern.
B. Proses masuknya Hinduisme
Menurut para ahli, pengaruh kebudayaan Hindu yang masuk ke Indonesia berasal dari India. Meskipun demikian, bagaimana dan siapa yang membawa kebudayaan Hindu ke Indonesia, masih kurang jelas. Ada 5 teori yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain Teori Brahmana, Teori Ksatria, Teori Weisya, Teori Sudra, dan Teori Arus Balik.
a. Teori Brahmana
Teori Brahmana dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Ia berpendapat bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh kaum Brahmana. Kaum Brahmana itu sengaja didatangkan oleh raja-raja di Indonesia dengan maksud agar mereka memberi legiti-masi kepada raja-raja Indonesia. Dengan legitimasi itu, kedudukan raja-raja Indonesia setaraf dengan rajaraja di India.
b. Teori Ksatria
Teori Ksatria dikemukakan oleh Prof. C.C. Berg. Menurut Prof. C.C. Berg, yang membawa masuk kebudayaan Hindu ke Indonesia adalah golongan Ksatria. Raja-raja yang kalah perang dari India menyingkir ke Indonesia dan menetap di Indonesia. Orang Indialah yang menjadi raja pertama di Indonesia, dan dialah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
c. Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh N.J. Krom. Ia berpendapat bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia melalui para pedagang. Sejak dulu telah terjalin hubungan dagang antara India dan Indonesia yang diselenggarakan oleh kasta Waisya. Kasta Waisya mengadakan kolonisasi di Indonesia. Banyak dari mereka yang mengawini wanita-wanita Indonesia. Keturunan mereka itulah yang kemudian menyebarluaskan kebudayaan Hindu di Indonesia.
d. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh van Faber. Menurut van Faber, di India banyak terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang. Indonesia dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para tawanan perang itulah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
e. Teori Arus Balik
Teori ini berpendapat bahwa proses Hinduisasi di Indonesia terjadi dalam sebuah kerjasama. Para pendeta India datang menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Dalam kesempatan lain, para pemuda Indonesia berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu. Semua itu berlangsung dalam suasana penuh persahabatan.
C. Hubungan India - Indonesia
Antara India dan Indonesia telah terjalin hubungan sejak awal Masehi. Hubungan ini dapat terjadi karena kedua negara sama-sama sebagai bangsa yang hidup dari pelayaran dan perdagangan. Hubungan India dan Indonesia meliputi empat macam hubungan, yaitu: hubungan diplomatik, hubungan agama, hubungan perdagangan, dan hubungan militer.
Data lain menunjukkan bahwa para peziarah Budhis dari Cina mengadakan perjalanan ke India
lewat laut melalui Indonesia sejak abad ke-5 M dan abad-abad setelah itu. Menjelang tahun 70
M, ter-dapat bukti bahwa cengkeh dari Maluku sudah mencapai Roma dalam proses perdagangan dengan India. Dengan adanya hubungan timbal balik dalam waktu yang cukup lama, terjadilah proses hin-duisasi (penghinduan) yang tampak nyata dalam penggunaan nama-nama dan upacara raja-raja dalam bahasa Sansekerta. Pengaruh Hindu di Indonesia lambat laun berkembang pesat dalamsegala bidang.Pengaruh India di Indonesia tampak antara lain sebagai berikut.
􀂐 Berkembangnya agama dan filsafat Hindu- Budha di Indonesia.
􀂐 Dalam seni bangunan terdapat bangunan candi Hindu dan Budha. Misalnya, Candi Prambanan, Candi Dieng, Candi Gedong Songo, Candi Singosari, Candi Panataran, Candi Jago, Candi Brahu, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Sambisari, Candi Plaosan Lor dan Kidul. Patung Dewa dan Dewi terdapat di dalam candi.
􀂐 Timbulnya sistem pendewaan yang sebelumnya masih berupa pemujaan roh nenek moyang.
􀂐 Bidang pemerintahan memunculkan sistem pemerintahan kerajaan yang bersifat feodal dan sistem pewarisan tahta pemerintahan.
􀂐 Dalam bidang sastra bangsa Indonesia mengenal tulisan Pallawa dengan bahasa Sansekerta seperti cerita Ramayana dan Mahabarata.
􀂐 Timbulnya akulturasi Indonesia–Hindu. Coba cari informasi mengenai cerita Ramayana
dan Mahabarata.
D. Pengaruh Hindu–Budha
Masuknya kebudayaan dan agama Hindu- Budha ke Indonesia membawa pengaruh bagi masyarakat Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu- Budha tampak dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
a. Bidang ekonomi dan perdagangan
J.C van Leur dan O.W Wolters menyebutkan bahwa hubungan da-gang antara India dan Indonesia lebih dulu berkem-bang daripada hubungan dagang antara Cina dan Indonesia. Pada awalnya, hubungan dagang antara Indonesia dan India sangat jarang dilakukan, tetapi dalam perkembangan selanjutnya hubungan terse-but semakin erat. Semakin ramainya hubungan dagang antara India dan Indonesia dipengaruhi oleh diketahuinya angin musim. Angin musim sangat berguna untuk berlayar menyeberangi Samudra India ke timur dan sebaliknya. Dengan demikian, pelayaran perdagangan ke arah timur India diperluas. Menurut anggapan orang India, kepulauan Indonesia merupakan serangkaian pulau yang membentang di sebelah timur India sebagai kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Berkembangnya teknologi pelayaran yang dimiliki oleh orang India memungkinkan pelaut-pelaut India dapat mencapai kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia tanpa banyak mengalami kesulitan. Dalam hubungan perdagangan tersebut, Indonesia menjual emas, cendana, cengkeh, dan kapur barus. Pada masa itu, menurut van Leur, barang yang diperdagangkan adalah barang yang bernilai tinggi, misalnya emas, perhiasan, berbagai jenis tenunan, barang-barang pecah belah, bahan-bahan
baku yang diperlukan untuk kerajinan, dan bahanbahan ramuan untuk wangi-wangian, serta obat. Peningkatan hubungan dagang antara Indonesia dan India dapat diperkirakan bersamaan dengan masa perluasan kekuasaan Kerajaan Cina ke Daerah Tonkin, Vietnam. Perluasan kekuasaan kerajaan di Cina tersebut berlangsung pada masa Di-nasti Ch’in dan Dinasti Han sekitar awal abad ke-2 SM. Dampak perluasan tersebut antara lain ialah kekuasaan tersebut mencapai kawasan Asia Tenggara.
Barang-barang yang diperdagangkan dalam hubungan dengan Cina antara lain kemenyan, Cendana, kapur barus, rempah-rempah, dan hasil kerajinan. Barang-barang tersebut tidak tersaingi oleh barang dari negara lain karena barang yang dihasilkan Indonesia merupakan hasil yang khas, yang tidak dimiliki oleh negara lain. Keberhasilan bangsa Indonesia memasuki pasar perdagangan internasional, terutama dengan Cina, merupakan suatu tahap konkret dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia yang telah dimulai pada saat menjalin hubungan da-gang dengan bangsa India.
Menurut Wolters, perkembangan nyata yang telah dicapai bangsa Indonesia dalam perdagangan maritim internasional pada sekitar abad ke-5 karena didukung oleh beberapa alasan berikut.
􀂐 Mempunyai kemampuan melayari lautan.
􀂐 Mempunyai sikap yang bersahabat dan ter-buka terhadap orang asing.
􀂐 Menghargai barang dagangan orang asing.
􀂐 Adanya fasilitas pergudangan dan pelabuhan yang memadai.
􀂐 Adanya kekuasaan yang menjamin dan mendorong perkembangan dan pertumbuhan perdagangan sehingga mampu mengadakan perdagangan internasional.

Karena berhasil menjalin hubungan dagang dengan Cina, bangsa Indonesia mempunyai tempat
di kalangan pedagang internasional. Hubungan Indonesia dengan Cina ini tidak terjadi hanya dengan datangnya bangsa Indonesia ke Cina, tetapi juga orang Cina ke Indonesia. Dengan demikian, ada arah timbal-balik dari kedua negara. Pertanyaannya adalah kapan orang-orang Cina datang ke Indonesia? Menurut ahli sejarah, kunjungan resmi orang Cina ke Indonesia terjadi pada tahun 449, yaitu dengan adanya kunjungan utusan Cina, pada masa Kaisar Liu Sung. Jalur perdagangan Cina dan India pada masa itu terjadi melalui dua jalur. Yang pertama adalah jalur darat yang disebut Jalan Sutera. Yang kedua adalah jalur laut yang ditempuh melalui Selat Malaka. Jalur darat disebut Jalan Sutera karena barang yang paling utama diperdagangkan adalah sutera dari negeri Cina yang terkenal halus. Jalan Sutera ini dimulai dari negeri Cina, terus melalui Asia Tengah dan Turkestan sampai ke Laut Mediterania. Mula-mula Jalan Sutera ini sangat ramai, tetapi lama-kelamaan jalan darat ini semakin tidak aman, karena sering terjadi perampokan. Akhirnya para pedagang lebih menyukai jalur perdagangan laut yang terdekat antara Cina dan India, yaitu melalui Selat Malaka. Dengan demikian, jalur perdagangan melalui Selat Malaka semakin ramai. Para pedagang mendirikan bandar-bandar di sepanjang jalur itu sebagai tempat untuk mengambil persediaan makanan dan air minum, di samping untuk menjual dan membeli barang dagangan. Sambil berdagang, orang-orang India menyebarkan agama Hindu dan Buddha.
b. Bidang sosial dan budaya
Melalui hubungan perdagangan terjadi pergaulan antara kaum pendatang (orang-orang Cina dan India) dan penduduk asli Nusantara. Pergaulan ini menimbulkan rasa saling menghormati dan menghargai. Disadari atau tidak, hubungan timbal-balik antara kedua bangsa atau lebih akan membawa dampak bagi bangsa yang bersangkutan.
Bangsa yang satu akan belajar dari negara lain dan akan menyerap kebudayaan yang dianggap cocok dengan kebudayaannya sendiri, atau demi perkembangan dan pengayaan kebudayaan tersebut. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait akan diperkaya dan diuntungkan. Hubungan dagang Indonesia dengan Cina selalu melibatkan pihak penguasa. Sedangkan hubungan dagang Indonesia dengan India lebih tampak sebagai hubungan antarpedagang, meskipun tetap melibatkan pihak penguasa sesuai dengan pola zaman itu. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam tata kehidupan negara dan susunan masyarakat Indonesia. Hubungan dagang antara Indonesia dan India telah mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia. Proses masuknya pe-ngaruh kebudayaan India ke Indonesia tidak terle-pas dengan masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia. Di beberapa daerah Indonesia bagian barat dapat ditemukan perkampungan para pedagang India yang disebut Kampung Keling. Kampung ini sampai sekarang masih ada. Meskipun di Kampung Keling tersebut ada unsur-unsur kebudayaan India, namun dalam kenyataannya kebudayaan India yang ada di Indonesia berbeda dengan kebudayaan yang terdapat di India.

Unsur-unsur kebudayaan India yang paling besar pengaruhnya di Indonesia adalah agama Hindu dan Budha. Berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha dan peninggalan-peninggalannya seperti candi-candi di Indonesia. Dengan masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia, berangsur-angsur bangsa Indonesia mulai meninggalkan kepercayaan asli, yakni animism dan dinamisme dan mulai menganut agama baru, yaitu agama Hindu dan Budha. Persebaran ajaran Hindu, yang tertuang melalui kitab suci Weda, membuat bangsa Indonesia mulai mengenal budaya huruf Pallawa. Agama Hindu mengajarkan tentang kepercayaan akan Tri Murti (dewa tertinggi) yaitu: Dewa Brahma (pencipta alam), Dewa Wishnu (pemelihara alam), dan Dewa Siwa (perusak alam/pembinasa). Dalam ajaran agama Hindu, masyarakat dibagi menjadi empat Kasta, yaitu:
􀂐 Kasta Brahmana (golongan pendeta).
􀂐 Kasta Ksatria (golongan raja dan bangsawan).
􀂐 Kasta Waisya (golongan pedagang dan kaum buruh menengah).
􀂐 Kasta Sudra (golongan buruh kecil, kuli-kuli kasar, dan budak).

Di samping empat golongan tersebut, masih ada golongan yang disebut golongan Paria. Ajaran agama Budha juga memengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Agama Budha pertama kali disebarluaskan oleh Sidharta Gautama, anak Raja Sudhodana dari Kerajaan Kapilawastu, di lereng Gunung Himalaya. Agama Budha mengajarkan bahwa manusia itu harus hidup sederhana dalam rangka mencapai nirwana (surga). Kitab suci agama Budha adalah Tri Pitaka, artinya tiga kehidupan manusia di dunia yang harus dialami oleh setiap manusia yang hidup. Masyarakat Indonesia mengalami perubahan yang sangat besar karena masuknya budaya India (tulisan, ajaran agama Hindu, ajaran agama Budha. Meskipun demikian, harus diingat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia tidak menerima kebudayaan India secara mentah-mentah. Kebudayaan asli Indonesia tetap memainkan peran dalam menyesuaikan kebudayaan India dengan nilai-nilai budaya Indonesia sendiri.

Dalam hubungan dengan kebudayaan itu telah terjadi akulturasi kebudayaan India dan kebudayaan Indonesia. Dalam hal tertentu, kebudayaan asli Indonesia masih tetap dominan, meskipun su-dah terjadi kontak dengan kebudayaan India. Misalnya, sistem kasta yang merupakan ciri khas agama Hindu diterapkan dalam wujud yang tidak sama dengan di India (di Indonesia lebih lunak). Demikian juga gaya bangunan candi di Indonesia tetap merupakan arsitektur asli, tidak begitu saja meni-ru/ menjiplak bentuk dan gaya candi di India.

Bidang seni bangunan dan seni hias banyak dipengaruhi oleh unsur budaya India. Tetapi secara berangsur-angsur, unsur-unsur budaya Indonesia menjadi tampak lagi. Misalnya, fungsi candi. Di Indonesia, candi bukanlah tempat untuk memuja dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita pada bangunan punden dengan menhirnya. Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan punden berunda-kundak agama Budha Mahayana. Sedangkan pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng pegunungan Penanggungan pengaruh unsur budaya India sudah hilang. Candi-candi tersebut hanyalah Punden berundak-undak. Hiasan pada candi-candi tersebut berasal dari hiasan pola India tetapi sudah menjadi ragam hias pola Indonesia.

Di dalam bidang seni sastra, khususnya yang berkaitan dengan isi, tempat, dan tokoh cerita sudah dimodifikasi dan diolah sesuai dengan alam Indonesia. Tokoh-tokoh yang berasal dari India sudah hilang. Hal ini terlihat jelas dalam Kitab Gatot Kacasraya. Orang Indonesia yang menganut agama Hindu dan Budha sudah memasukkan unsur-unsur agama serta pikiran mereka sendiri baik paham kedewaan maupun paham dunia. Perkembangan seni bangunan dan seni arca di Indonesia juga mengalami kemajuan pesat. Hal ini disebabkan oleh penga-ruh
kebudayaan Hindu, Kesusasteraan India pun turut terkenal di Indonesia dan menjadi milik bangsa Indonesia, terutama kebudayaan suku Jawa. Beberapa tokoh wayang diangkat dari bagian-bagian kitab epos Ramayana dan Mahabrata.

Secara khusus bidang filsafat dan bahasa juga mengalami perkembangan pesat. Bahkan pada waktu itu, Indonesia seakan-akan menjadi tempat persiapan untuk mendalami Hinduisme maupun Budhisme. Banyak orang Indonesia yang pergi ke India (Nalanda) untuk mendalami secara khusus agama Budha. Misalnya, pada tahun 868, raja Balaputra dari kerajaan Sriwijaya secara khusus men-dirikan asrama bagi orang-orang yang belajar di Nalanda. Setelah memahami awal mula perkembangan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, sekarang kita akan mendalami perkembangannya dalam bentuk kerajaan dan berbagai peninggalannya. Hubungan perdagangan pada masa itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan keluarga kerajaan atau bangsawan. Dari hubungan dagang ini, berkembang menjadi proses persebaran agama di lingkungan kerajaan, bangsawan, dan para saudagar. Pada gilirannya seluruh masyarakat kerajaan tersebut dipengaruhi oleh agama dan budaya Hindu-Budha.

Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat telah memiliki kebudayaan yang
cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan
asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru tersebut. Proses masuknya pengaruh
budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India.
Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli
Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalanpeninggalan
sejarah dalam berbagai bidang, antara lain seperti berikut.
a. Bidang Keagamaan
Sebelum budaya Hindu-Buddha datang, di Indonesia telah berkembang kepercayaan
yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme
dan dinamisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang
dianggap memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap
benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat
Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh
golongan elite di sekitar istana.
b. Bidang Politik
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem ini,
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala
suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin
ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan peraturan hukum
kasta. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya,
dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.
c. Bidang Sosial
Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta,
yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit,
pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit).
Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama
masih tampak dominan dalam semua lapisan masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di
Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India, baik ciri-ciri maupun wujudnya.
Hal ini tampak pada kehidupan masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai. Berdasarkan
silsilahnya, Raja Kundungga adalah orang Indonesia yang pertama tersentuh oleh pengaruh
budaya India. Pada masa pemerintahannya, Kundungga masih mempertahankan budaya
Indonesia karena pengaruh budaya India belum terlalu merasuk ke kerajaan. Penyerapan
budaya baru mulai tampak pada waktu Aswawarman, anak Kundungga, diangkat menjadi
raja menggantikan ayahnya. Adanya pengaruh Hindia mengakibatkan Kundungga tidak
dianggap sebagai pendiri Kerajaan Kutai (Nugroho Notosusanto, et.al, 2007: 42).
d. Bidang Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh
dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari
satu bidang saja, yaitu keagamaan.
e. Bidang Sastra dan Bahasa
Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman kejayaan
Kerajaan Kediri.
f. Bidang Arsitektur
Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman Megalitikum. Arsitektur
tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi.
Jika kita memperhatikan, Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan
punden berundak agama Buddha Mahayana. Pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng
Pegunungan Penanggungan, pengaruh unsur budaya India sudah tidak begitu kuat. Candi-candi
tersebut hanyalah punden berundak.
Begitu pula fungsi candi di Indonesia, candi bukan sekadar tempat untuk memuja
dewa-dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek
moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan perwujudan
raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita pada bangunan punden berundak

dengan menhirnya.

1 komentar: