Ikut sertanya Indonesia
dalam perdagangan internasional mengakibatkan berbagai pengaruh
asing masuk ke Nusantara.
Salah satunya adalah agama Hindu dan Budha yang besar pengaruhnya di berbagai
bidang. Sejak abad pertama masehi, bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan
dagang dengan India. Selain emas, bangsa India juga memerlukan barangbarang lain
seperti kayu cendana, cengkeh, lada. Dari India, para pedagang membawa hasil
negerinya yang diperlukan di Indonesia seperti wangi-wangian, gading gajah,
permadani, dan per-mata. Sebelum bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa
India, bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan asli dari zaman prasejarah.
A. Masyarakat Indonesia
menjelang masuknya pengaruh Hindu
Menjelang zaman sejarah,
secara umum masyarakat Indonesia telah berkembang dengan baik dan sudah mencapai
tingkat peradaban yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari corak kehidupan
ma-syarakat Indonesia.
Misalnya bidang pertanian, pelayaran, perekonomian, dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, nenek moyang
bangsa Indonesia menanam padi atau tanaman lain yang bisa menghasilkan bahan
ma-kanan. Buktinya adalah ditemukannya beberapa kapak yang berfungsi sebagai
cangkul untuk meng-olah lahan pertanian, baik di ladang maupun di sawah.
Dalam bidang ilmu
pengetahuan, nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan tentang musim, arah
angin, dan mengenal astronomi. Pengetahuan ini dimanfaatkan untuk pelayaran dan
perdagangan melalui laut.
Mereka tinggal menetap
dalam lingkungan masyarakat yang teratur lengkap dengan pimpinannya (kepala
suku). Hal ini juga dapat dibuktikan dengan ditemukannya alat-alat rumah
tangga, seperti tempayan dan periuk belanga yang terbuat dari tanah liat.
Bahkan alat-alat tersebut ada yang diukir, sehingga tampak indah dan mempunyai
nilai seni tinggi. Dalam bidang perdagangan, nenek moyang kita menggunakan
sistem barter. Selain itu mereka
juga menggunakan alat
tukar yang dianggap sebagai “uang”. Alat tukar itu dibuat dari kulit kerang.
Perdagangan dengan sistem barter ini pun sampai sekarang tetap berlaku, tetapi
dengan cara yang lebih modern.
B. Proses masuknya
Hinduisme
Menurut para ahli, pengaruh
kebudayaan Hindu yang masuk ke Indonesia berasal dari India. Meskipun demikian,
bagaimana dan siapa yang membawa kebudayaan Hindu ke Indonesia, masih kurang
jelas. Ada 5 teori yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain Teori Brahmana,
Teori Ksatria, Teori Weisya, Teori Sudra, dan Teori Arus Balik.
a. Teori Brahmana
Teori Brahmana dikemukakan
oleh F.D.K. Bosch. Ia berpendapat bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia
oleh kaum Brahmana. Kaum Brahmana itu sengaja didatangkan oleh raja-raja di
Indonesia dengan maksud agar mereka memberi legiti-masi kepada raja-raja Indonesia.
Dengan legitimasi itu, kedudukan raja-raja Indonesia setaraf dengan rajaraja di
India.
b. Teori Ksatria
Teori Ksatria dikemukakan oleh
Prof. C.C. Berg. Menurut Prof. C.C. Berg, yang
membawa masuk kebudayaan Hindu ke Indonesia adalah golongan Ksatria. Raja-raja
yang kalah perang dari India menyingkir ke Indonesia dan menetap di Indonesia. Orang
Indialah yang menjadi raja pertama di Indonesia, dan dialah yang menyebarkan
kebudayaan Hindu di Indonesia.
c. Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan
oleh N.J. Krom. Ia berpendapat bahwa kebudayaan Hindu masuk ke
Indonesia melalui para pedagang. Sejak dulu telah terjalin hubungan dagang
antara India dan Indonesia yang diselenggarakan oleh kasta Waisya. Kasta Waisya
mengadakan kolonisasi di Indonesia. Banyak dari mereka yang mengawini wanita-wanita
Indonesia. Keturunan mereka itulah yang kemudian menyebarluaskan kebudayaan
Hindu di Indonesia.
d. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan
oleh van Faber. Menurut van Faber, di India banyak
terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang. Indonesia dijadikan
sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para tawanan perang itulah
yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
e. Teori Arus Balik
Teori ini berpendapat
bahwa proses Hinduisasi di Indonesia terjadi dalam sebuah kerjasama. Para pendeta
India datang menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Dalam kesempatan lain, para
pemuda Indonesia berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu. Semua itu
berlangsung dalam suasana penuh persahabatan.
C. Hubungan India -
Indonesia
Antara India dan Indonesia
telah terjalin hubungan sejak awal Masehi. Hubungan ini dapat terjadi karena
kedua negara sama-sama sebagai bangsa yang hidup dari pelayaran dan
perdagangan. Hubungan India dan Indonesia meliputi empat macam hubungan, yaitu:
hubungan diplomatik, hubungan agama, hubungan perdagangan, dan hubungan
militer.
Data lain menunjukkan
bahwa para peziarah Budhis dari Cina mengadakan perjalanan ke India
lewat laut melalui
Indonesia sejak abad ke-5 M dan abad-abad setelah itu. Menjelang tahun 70
M, ter-dapat bukti bahwa
cengkeh dari Maluku sudah mencapai Roma dalam proses perdagangan dengan India.
Dengan adanya hubungan timbal balik dalam waktu yang cukup lama, terjadilah proses
hin-duisasi (penghinduan) yang tampak nyata dalam penggunaan nama-nama dan
upacara raja-raja dalam bahasa Sansekerta. Pengaruh Hindu di Indonesia lambat
laun berkembang pesat dalamsegala bidang.Pengaruh India di Indonesia tampak
antara lain sebagai berikut.
Berkembangnya
agama dan filsafat Hindu- Budha di Indonesia.
Dalam seni bangunan
terdapat bangunan candi Hindu dan Budha. Misalnya, Candi Prambanan, Candi Dieng,
Candi Gedong Songo, Candi Singosari, Candi Panataran, Candi Jago, Candi Brahu,
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Sambisari,
Candi Plaosan Lor dan Kidul. Patung Dewa dan Dewi terdapat di dalam candi.
Timbulnya sistem
pendewaan yang sebelumnya masih berupa pemujaan roh nenek moyang.
Bidang
pemerintahan memunculkan sistem pemerintahan kerajaan yang bersifat feodal dan sistem
pewarisan tahta pemerintahan.
Dalam bidang sastra
bangsa Indonesia mengenal tulisan Pallawa dengan bahasa Sansekerta seperti
cerita Ramayana dan Mahabarata.
Timbulnya
akulturasi Indonesia–Hindu. Coba cari informasi mengenai cerita Ramayana
dan Mahabarata.
D. Pengaruh Hindu–Budha
Masuknya kebudayaan dan
agama Hindu- Budha ke Indonesia membawa pengaruh bagi masyarakat Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu- Budha tampak dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
a. Bidang ekonomi dan
perdagangan
J.C van Leur dan O.W Wolters menyebutkan
bahwa hubungan da-gang antara India dan Indonesia lebih dulu berkem-bang
daripada hubungan dagang antara Cina dan Indonesia. Pada awalnya, hubungan
dagang antara Indonesia dan India sangat jarang dilakukan, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya hubungan terse-but semakin erat. Semakin ramainya
hubungan dagang antara India dan Indonesia dipengaruhi oleh diketahuinya angin
musim. Angin musim sangat berguna untuk berlayar menyeberangi Samudra India ke timur
dan sebaliknya. Dengan demikian, pelayaran perdagangan ke arah timur India
diperluas. Menurut anggapan orang India, kepulauan Indonesia merupakan
serangkaian pulau yang membentang di sebelah timur India sebagai kelanjutan dari
daratan Asia Tenggara. Berkembangnya teknologi pelayaran yang dimiliki oleh
orang India memungkinkan pelaut-pelaut India dapat mencapai kawasan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia tanpa banyak mengalami kesulitan. Dalam hubungan
perdagangan tersebut, Indonesia menjual emas, cendana, cengkeh, dan kapur barus.
Pada masa itu, menurut van Leur, barang yang diperdagangkan
adalah barang yang bernilai tinggi, misalnya emas, perhiasan, berbagai jenis tenunan,
barang-barang pecah belah, bahan-bahan
baku yang diperlukan untuk
kerajinan, dan bahanbahan ramuan untuk wangi-wangian, serta obat. Peningkatan hubungan
dagang antara Indonesia dan India dapat diperkirakan bersamaan dengan masa perluasan
kekuasaan Kerajaan Cina ke Daerah Tonkin, Vietnam. Perluasan kekuasaan kerajaan
di Cina tersebut berlangsung pada masa Di-nasti Ch’in dan Dinasti
Han sekitar awal abad ke-2 SM. Dampak perluasan tersebut antara lain ialah
kekuasaan tersebut mencapai kawasan Asia Tenggara.
Barang-barang yang
diperdagangkan dalam hubungan dengan Cina antara lain kemenyan, Cendana, kapur barus,
rempah-rempah, dan hasil kerajinan. Barang-barang tersebut tidak tersaingi oleh
barang dari negara lain karena barang yang dihasilkan Indonesia merupakan hasil
yang khas, yang tidak dimiliki oleh negara lain. Keberhasilan bangsa Indonesia
memasuki pasar perdagangan internasional, terutama dengan Cina, merupakan suatu
tahap konkret dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia yang telah
dimulai pada saat menjalin hubungan da-gang dengan bangsa India.
Menurut Wolters,
perkembangan nyata yang telah dicapai bangsa Indonesia dalam perdagangan maritim
internasional pada sekitar abad ke-5 karena didukung oleh beberapa alasan
berikut.
Mempunyai
kemampuan melayari lautan.
Mempunyai sikap
yang bersahabat dan ter-buka terhadap orang asing.
Menghargai
barang dagangan orang asing.
Adanya fasilitas
pergudangan dan pelabuhan yang memadai.
Adanya kekuasaan
yang menjamin dan mendorong perkembangan dan pertumbuhan perdagangan sehingga
mampu mengadakan perdagangan internasional.
Karena berhasil menjalin
hubungan dagang dengan Cina, bangsa Indonesia mempunyai tempat
di kalangan pedagang
internasional. Hubungan Indonesia dengan Cina ini tidak terjadi hanya dengan
datangnya bangsa Indonesia ke Cina, tetapi juga orang Cina ke Indonesia. Dengan
demikian, ada arah timbal-balik dari kedua negara. Pertanyaannya adalah kapan
orang-orang Cina datang ke Indonesia? Menurut ahli sejarah, kunjungan resmi orang
Cina ke Indonesia terjadi pada tahun 449, yaitu dengan adanya kunjungan utusan
Cina, pada masa Kaisar Liu Sung. Jalur perdagangan Cina dan India
pada masa itu terjadi melalui dua jalur. Yang pertama adalah jalur darat yang
disebut Jalan Sutera. Yang kedua adalah jalur laut yang ditempuh melalui
Selat Malaka. Jalur darat disebut Jalan Sutera karena barang yang
paling utama diperdagangkan adalah sutera dari negeri Cina yang terkenal halus.
Jalan Sutera ini dimulai dari negeri Cina, terus melalui Asia Tengah dan Turkestan
sampai ke Laut Mediterania. Mula-mula Jalan Sutera ini sangat ramai, tetapi lama-kelamaan
jalan darat ini semakin tidak aman, karena sering terjadi perampokan. Akhirnya
para pedagang lebih menyukai jalur perdagangan laut yang terdekat antara Cina
dan India, yaitu melalui Selat Malaka. Dengan demikian, jalur perdagangan melalui
Selat Malaka semakin ramai. Para pedagang mendirikan bandar-bandar di sepanjang
jalur itu sebagai tempat untuk mengambil persediaan makanan dan air minum, di
samping untuk menjual dan membeli barang dagangan. Sambil berdagang, orang-orang
India menyebarkan agama Hindu dan Buddha.
b. Bidang sosial dan
budaya
Melalui hubungan
perdagangan terjadi pergaulan antara kaum pendatang (orang-orang Cina dan
India) dan penduduk asli Nusantara. Pergaulan ini menimbulkan rasa saling
menghormati dan menghargai. Disadari atau tidak, hubungan timbal-balik antara
kedua bangsa atau lebih akan membawa dampak bagi bangsa yang bersangkutan.
Bangsa yang satu akan belajar
dari negara lain dan akan menyerap kebudayaan yang dianggap cocok dengan kebudayaannya
sendiri, atau demi perkembangan dan pengayaan kebudayaan tersebut. Dengan
demikian, pihak-pihak yang terkait akan diperkaya dan diuntungkan. Hubungan
dagang Indonesia dengan Cina selalu melibatkan pihak penguasa. Sedangkan
hubungan dagang Indonesia dengan India lebih tampak sebagai hubungan antarpedagang,
meskipun tetap melibatkan pihak penguasa sesuai dengan pola zaman itu. Hubungan
dagang Indonesia dengan India telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam tata
kehidupan negara dan susunan masyarakat Indonesia. Hubungan dagang antara
Indonesia dan India telah mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India ke
Indonesia. Proses masuknya pe-ngaruh kebudayaan India ke Indonesia tidak
terle-pas dengan masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia. Di beberapa
daerah Indonesia bagian barat dapat ditemukan perkampungan para pedagang India
yang disebut Kampung Keling. Kampung ini sampai sekarang masih ada. Meskipun di
Kampung Keling tersebut ada unsur-unsur kebudayaan India, namun dalam
kenyataannya kebudayaan India yang ada di Indonesia berbeda dengan kebudayaan yang
terdapat di India.
Unsur-unsur kebudayaan
India yang paling besar pengaruhnya di Indonesia adalah agama Hindu dan Budha.
Berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha dan peninggalan-peninggalannya seperti candi-candi di Indonesia. Dengan
masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia, berangsur-angsur bangsa Indonesia
mulai meninggalkan kepercayaan asli, yakni animism dan dinamisme dan mulai
menganut agama baru, yaitu agama Hindu dan Budha. Persebaran ajaran Hindu, yang
tertuang melalui kitab suci Weda, membuat bangsa Indonesia mulai mengenal
budaya huruf Pallawa. Agama Hindu mengajarkan tentang kepercayaan akan Tri
Murti (dewa tertinggi) yaitu: Dewa Brahma (pencipta alam), Dewa
Wishnu (pemelihara alam), dan Dewa Siwa (perusak
alam/pembinasa). Dalam ajaran agama Hindu, masyarakat dibagi menjadi empat Kasta,
yaitu:
Kasta Brahmana
(golongan pendeta).
Kasta Ksatria
(golongan raja dan bangsawan).
Kasta Waisya
(golongan pedagang dan kaum buruh menengah).
Kasta Sudra (golongan
buruh kecil, kuli-kuli kasar, dan budak).
Di samping empat golongan
tersebut, masih ada golongan yang disebut golongan Paria. Ajaran agama Budha
juga memengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Agama Budha pertama kali
disebarluaskan oleh Sidharta Gautama, anak Raja Sudhodana dari
Kerajaan Kapilawastu, di lereng Gunung Himalaya. Agama Budha mengajarkan bahwa
manusia itu harus hidup sederhana dalam rangka mencapai nirwana (surga). Kitab
suci agama Budha adalah Tri Pitaka, artinya tiga kehidupan manusia di
dunia yang harus dialami oleh setiap manusia yang hidup. Masyarakat Indonesia
mengalami perubahan yang sangat besar karena masuknya budaya India (tulisan,
ajaran agama Hindu, ajaran agama Budha. Meskipun demikian, harus diingat bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia tidak menerima kebudayaan India secara
mentah-mentah. Kebudayaan asli Indonesia tetap memainkan peran dalam
menyesuaikan kebudayaan India dengan nilai-nilai budaya Indonesia sendiri.
Dalam hubungan dengan
kebudayaan itu telah terjadi akulturasi kebudayaan India dan kebudayaan Indonesia.
Dalam hal tertentu, kebudayaan asli Indonesia masih tetap dominan, meskipun
su-dah terjadi kontak
dengan kebudayaan India. Misalnya, sistem kasta
yang merupakan ciri khas agama Hindu diterapkan
dalam wujud yang tidak sama dengan di India
(di Indonesia lebih lunak). Demikian juga gaya bangunan candi di Indonesia
tetap merupakan arsitektur asli, tidak begitu
saja meni-ru/ menjiplak bentuk dan gaya candi
di India.
Bidang seni bangunan dan seni hias banyak dipengaruhi oleh unsur budaya
India. Tetapi secara berangsur-angsur, unsur-unsur budaya Indonesia menjadi
tampak lagi. Misalnya, fungsi candi. Di Indonesia, candi bukanlah tempat untuk
memuja dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat
dengan nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan
perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita pada bangunan
punden dengan menhirnya. Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan
punden berunda-kundak agama Budha Mahayana. Sedangkan pada Candi Sukuh dan candi-candi
di lereng pegunungan Penanggungan pengaruh unsur budaya India sudah hilang.
Candi-candi tersebut hanyalah Punden berundak-undak. Hiasan pada candi-candi
tersebut berasal dari hiasan pola India tetapi sudah menjadi ragam hias pola
Indonesia.
Di dalam bidang seni sastra, khususnya
yang berkaitan dengan isi, tempat, dan tokoh cerita sudah dimodifikasi dan
diolah sesuai dengan alam Indonesia. Tokoh-tokoh yang berasal dari India sudah hilang.
Hal ini terlihat jelas dalam Kitab Gatot Kacasraya. Orang Indonesia
yang menganut agama Hindu dan Budha sudah memasukkan unsur-unsur agama serta
pikiran mereka sendiri baik paham kedewaan maupun paham dunia. Perkembangan
seni bangunan dan seni arca di Indonesia juga mengalami kemajuan pesat. Hal ini
disebabkan oleh penga-ruh
kebudayaan Hindu, Kesusasteraan India
pun turut terkenal di Indonesia dan menjadi milik bangsa Indonesia, terutama
kebudayaan suku Jawa. Beberapa tokoh wayang diangkat dari bagian-bagian kitab
epos Ramayana dan Mahabrata.
Secara khusus bidang filsafat dan
bahasa juga mengalami perkembangan pesat. Bahkan pada waktu itu, Indonesia
seakan-akan menjadi tempat persiapan untuk mendalami Hinduisme maupun Budhisme.
Banyak orang Indonesia yang pergi ke India (Nalanda) untuk mendalami secara
khusus agama Budha. Misalnya, pada tahun 868, raja Balaputra dari
kerajaan Sriwijaya secara khusus men-dirikan asrama bagi orang-orang yang
belajar di Nalanda. Setelah memahami awal mula perkembangan pengaruh Hindu-Budha
di Indonesia, sekarang kita akan mendalami perkembangannya dalam bentuk kerajaan
dan berbagai peninggalannya. Hubungan perdagangan pada masa itu sangat erat
kaitannya dengan kehidupan keluarga kerajaan atau bangsawan. Dari hubungan dagang
ini, berkembang menjadi proses persebaran agama di lingkungan kerajaan, bangsawan,
dan para saudagar. Pada gilirannya seluruh masyarakat kerajaan tersebut dipengaruhi
oleh agama dan budaya Hindu-Budha.
Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat
telah memiliki kebudayaan yang
cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang
sebelumnya memiliki kebudayaan
asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru tersebut.
Proses masuknya pengaruh
budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan
dagang antara Indonesia dan India.
Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses
penyesuaian dengan kebudayaan asli
Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
ini dapat dilihat dari peninggalanpeninggalan
sejarah dalam berbagai bidang, antara lain seperti
berikut.
a.
Bidang Keagamaan
Sebelum budaya Hindu-Buddha datang, di Indonesia
telah berkembang kepercayaan
yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Kepercayaan itu bersifat animisme
dan dinamisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan
terhadap suatu benda yang
dianggap memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan
suatu kepercayaan bahwa setiap
benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya
kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat
Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu
dan Buddha, diawali oleh
golongan elite di sekitar istana.
b.
Bidang Politik
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh
orang-orang India. Dalam sistem ini,
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan
kepemilikan wilayah yang luas. Kepala
suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk
kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin
ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris
sesuai dengan peraturan hukum
kasta. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan,
seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya,
dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.
c.
Bidang Sosial
Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat
Indonesia mengenal aturan kasta,
yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para
sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit,
pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang
petani, pemilik tanah dan prajurit).
Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun,
unsur budaya Indonesia lama
masih tampak dominan dalam semua lapisan masyarakat.
Sistem kasta yang berlaku di
Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India,
baik ciri-ciri maupun wujudnya.
Hal ini tampak pada kehidupan masyarakat dan agama di
Kerajaan Kutai. Berdasarkan
silsilahnya, Raja Kundungga adalah orang Indonesia
yang pertama tersentuh oleh pengaruh
budaya India. Pada masa pemerintahannya, Kundungga
masih mempertahankan budaya
Indonesia karena pengaruh budaya India belum terlalu
merasuk ke kerajaan. Penyerapan
budaya baru mulai tampak pada waktu Aswawarman, anak
Kundungga, diangkat menjadi
raja menggantikan ayahnya. Adanya pengaruh Hindia
mengakibatkan Kundungga tidak
dianggap sebagai pendiri Kerajaan
Kutai (Nugroho Notosusanto, et.al, 2007: 42).
d.
Bidang Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan
salah satu bukti pengaruh
dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga
pendidikan tersebut mempelajari
satu bidang saja, yaitu keagamaan.
e.
Bidang Sastra dan Bahasa
Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan
digunakannya bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat
Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang
terutama pada zaman kejayaan
Kerajaan Kediri.
f.
Bidang Arsitektur
Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman
Megalitikum. Arsitektur
tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami
pembuatan bangunan candi.
Jika kita memperhatikan, Candi Borobudur sebenarnya
mengambil bentuk bangunan
punden berundak agama Buddha Mahayana. Pada Candi
Sukuh dan candi-candi di lereng
Pegunungan Penanggungan, pengaruh unsur budaya India
sudah tidak begitu kuat. Candi-candi
tersebut hanyalah punden berundak.
Begitu pula fungsi candi di Indonesia, candi bukan
sekadar tempat untuk memuja
dewa-dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai
tempat pertemuan rakyat dengan nenek
moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa
arca merupakan perwujudan
raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita
pada bangunan punden berundak
dengan menhirnya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus