WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 (683 M). Kerajaan Sriwijaya terletak di dekat kota Palembang. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak Budha tertua di Indonesia dan merupakan kerajaan Budha terbesar di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya dapat berkembang menjadi besar karena didukung oleh beberapa faktor, antara lain, letak geografis, pelayaran dan perdagangan internasional kuno, serta perkembangan agama Budha. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi pusat pemerintahan (politik), pelayaran, perdagangan (ekonomi) dan pusat pendidikan, serta perkembangan agama Budha.
a. Negara maritim
Sejak terbuka hubungan dagang antara Cina dan daerah-daerah di sebelah barat India, kegiatan perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka semakin ramai. Keramaiannya meluas sampai ke daerah pantai timur Sumatra yang berdekatan dengan Selat Malaka. Dampak positif dari ramainya perdagangan tersebut antara lain ialah bangsa Indonesia dapat mengenal dunia luar. Melalui pertemuan dengan para pedagang dari Cina dan India masyarakat Sriwijaya dapat belajar dari mereka, baik itu mengenai teknik pelayaran maupun sistem perdagangan.

Secara geografis, Kerajaan Sriwijaya terletak di kawasan yang strategis karena berhadapan dengan Selat Malaka dan Selat Sunda. Karena letak geografis yang strategis ini, Sriwijaya dapat menguasai dua perairan yang sangat penting dalam perdagangan. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya berhasil mengembangkan perdagangan internasional karena didukung oleh angkatan laut yang kuat dan kapalkapal dagang yang jumlahnya relatif banyak. Dengan kekuatan angkatan laut yang dimiliki, Kerajaan Sriwijaya mampu mengamankan jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina Selatan. Dengan terjaminnya keamanan di perairan tersebut, banyak pedagang dari luar nege-ri senang singgah di dermaga Sriwijaya. Berlabuh-nya kapalkapal asing di dermaga Sriwijaya tentu sangat menguntungkan. Mereka membayar pajak kepada kerajaan, membeli barang-barang komoditas dari hasil bumi di Sriwijaya. Sebaliknya, masyarakat Sriwijaya dapat membeli barang-barang dari para pedagang asing tersebut.

Hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan negaranegara lain terus ditingkatkan. Kerajaan Sriwijaya membuka hubungan diplomasi dengan Negara Cina, dengan mengutus duta untuk menyerahkan barang-barang upeti sebagai tanda persahabatan kepada Kaisar Ling, penguasa pada waktu itu. Hubungan diplomasi ini dijalin dengan tujuan agar Cina tidak membuka perdagangan secara langsung dengan negara lain di Asia Tenggara, tanpa melalui atau melewati bandar-bandar Sriwijaya terlebih dahulu. Kegiatan perdagangan yang semakin ramai ini menyebabkan barang-barang dan hasil bumi Sriwijaya menjadi barang perdagangan yang laku di pasaran dunia. Barang dagangan Sriwijaya seperti gading gajah, kulit penyu, emas, perak, dan hasil bumi (rempah-rempah, damar dan kemenyan yang sangat bermutu tinggi) diminati oleh pedagang-pedagang dari mancanegara, terutama Cina. Sedang, barang dagangan Cina yang laku di Sriwijaya adalah kain halus/sutra, porselin, perhiasaan kerajinan dari logam emas, perak, dan perunggu. Berkat hubungan dagang dengan negara lain, Kerajaan Sriwijaya semakin jaya dan makmur. Oleh karena pemasukan pajak Kerajaan Sriwijaya berupa emas dan perak, kerajaan ini terkenal dengan sebutan Swarna Dwipa yang berarti Kerajaan Emas. Jasa pelayanan pelabuhan, jasa niaga, dan cukai yang dipungut dari barang-barang dagangan yang masuk sebagai pajak dapat menopang kebesaran peradaban Sriwijaya pada masa-masa sesudahnya. Dengan kekuatan angkatan laut yang tangguh, Kerajaan Sriwijaya sering dikenal sebagai Negara maritim. Di samping itu, Kerajaan Sriwijaya juga merupakan negara kesatuan dan persatuan pertama yang merdeka dan berdaulat di seluruh Nusantara.

Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan/ masa keemasan pada abad ke-8 dan 9 M, pada masa pemerintahan Raja Balaputeradewa dari Dinasti Syailendra. Raja Balaputeradewa sangat cakap mengatur pemerintahan sehingga berhasil menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai negara yang besar, kuat dan disegani oleh negara-negara tetangga. Menurut catatan yang tertulis pada Prasasti Nalanda (860 M), pada masa pemerintahan Raja Balaputeradewa banyak putra Sriwijaya yang dikirim untuk belajar di Perguruan Tinggi Nalanda di Benggala (India). Raja Balaputeradewa dengan bantuan Raja Denapaladewa dari Kerajaan Pala pernah memerintahkan mendirikan kerajaan di Benggala.
b. Bukti keberadaan Sriwijaya
Keberadaan Kerajaan Sriwijaya diketahui dari prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti-prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno tersebut antara lain: prasasti Kedukan Bukit, prasasti Telaga Batu, prasasti Talang Tuo, prasasti Kota Kapur, dan prasasti Karang Berahi.
1. Prasasti Kedukan Bukit (605 Saka/688 M)
Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai Talang dekat Palembang. Isinya antara lain  mengatakanbahwa seorang yang benama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000. Dalam perjalanannya ini ia berhasil menaklukkan beberapa daerah, sehingga dengan kemenangannya ini Sriwijaya menjadi makmur.
2. Prasasti Telaga Batu
Prasasti ini ditemukan di sebelah barat Kota Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya berupa kutukan bagi mereka yang melakukan kejahatan dan tidak taat terhadap perintah raja.
3. Prasasti Talang Tuo
Prasasti ini ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau 684 M. Isinya tentang pembuatan taman yang diberi nama Sriksetra yang dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk. Selain itu ditemukan pula gua-gua yang bercorak Budha Mahayana.
4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti yang ditemukan di Pulau Bangka ini berangka tahun 686 M. Prasasti ini menceritakan
permintaan kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang tidak tunduk kepada kekuatan
Kera-jaan Sriwijaya. Pada Prasasti Kota Kapur juga diceritakan bahwa bumi Jawa tidak mau tunduk kepada Sriwijaya.
5. Prasasti Karang Berahi (686 M)
Prasasti ini ditemukan di daerah Jambi Hulu. Isinya tentang permintaan kepada dewa yang menjaga Kedatuan Sriwijaya untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat dan durhaka terhadap kekuasaan Sriwijaya. Di samping prasasti-prasasti di atas, masih banyak prasasti yang mengungkapkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya, misalnya, Prasasti Tulang Bawang (dekat Sungai Tulang Bawang), Prasasti Candi Sewu, Dieng, dan Gondasuli (ketiga prasasti yang terakhir ini ditemukan di Jawa).
c. Perkembangan agama Budha
Wilayah Sriwijaya yang meliputi Selat Malaka, Selat Karimata, Selat Sunda, Sumatra Selatan, Sumatra Tengah, Pantai Timur, Sumatra Utara, Pantai Barat Kalimantan, dan daerah Semenanjung Malaka mempunyai peranan besar dalam pengembangan perdagangan dan ilmu pengetahuan, dan agama Budha. Berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan dan agama Budha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya, kita dapat mengetahui dari seorang pendeta Budha Cina bernama I-Tsing yang mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya berhasil menjadi pusat ilmu dan agama Budha. Jumlah pendeta ada seribu orang. Jumlah ini pada masa itu sudah termasuk jumlah yang banyak.

Ajaran agama Budha dapat disebarluaskan dan pusat-pusat agama/wihara banyak didirikan un-tuk para bhiksu dan bhiksuni yang sedang menun-tut ilmu. Pendeta yang terkenal adalah Sakyakirti dan Darmapala yang berasal dari negara India. Bangunan candi pada masa Kerajaan Sriwijaya adalah Candi Muara Takus dan patung Budha yang terletak di daerah Bukit Siguntang. I-Tsing menyatakan bahwa raja-raja Sriwijaya amat saleh dan memperhatikan agama Budha. Ada dua aliran agama Budha yang berkembang, yakni aliran Hinayana dan Mahayana. Aliran Hinayana dipeluk oleh sebagian besar penduduk termasuk rajanya. Raja-raja Sriwijaya adalah kepala Negara sekaligus pemimpin dan pelindung agama Budha. Raja Sriwijaya yang terkenal bernama Balaputeradewa.
d. Runtuhnya kerajaan Sriwijaya
Pada akhir abad ke-10 kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai mundur. Sebenarnya Kerajaan Sriwijaya juga menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya, tetapi tidak diketahui dengan pasti. Tiba-tiba hubungannya dengan Raja Cola-mandala (India) menjadi buruk. Pada tahun 1025, Kerajaan Colamandala mengadakan serangan pertama ke Kerajaan Sriwijaya. Serangan kedua terjadi pada tahun 1030 dan yang ketiga tahun 1068. Akibat peperangan ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur dan tenggelam. Raja Sriwijaya waktu itu yang bernama Sri Sanggramawijayatunggawarman ditawan musuh. Sejak itu, Kerajaan Sriwijaya mulai meredup. Raja-raja bawahannya satu per satu mulai melepaskan diri dari pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Yang pertama melepaskan diri yaitu Kerajaan Melayu. Hal ini diketahui dari catatan Cina yang menyebutkan bahwa pada abad ke-11 raja Melayu mengirim sendiri utusan ke negeri Cina. Setelah Melayu, Semenanjung Malaka melepaskan diri juga. Sementara itu Kerajaan Kediri di Jawa Timur mulai meluaskan pengaruhnya di perairan sebelah
timur.

Untuk sementara, Sriwijaya tetap berkuasa di perairan bagian barat. Setelah berdirinya Kerajaan Majapahit di Jawa Timur, Kerajaan Sriwijaya sekitar tahun 1377 M tenggelam ditelan masa dan tidak berkuasa lagi.

1 komentar:

  1. semoga dengan membaca semuanya di atas,nilai UH ku bagus di sekolah baruku :D

    BalasHapus