WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Singasari

Setelah Kertajaya berhasil dikalahkan, tamat-lah riwayat Kerajaan Kediri. Kemudian muncul dinasti baru yaitu Dinasti Rajasa.
a. Pemerintahan Ken Arok
Ken Arok adalah pendiri dan raja kerajaan Singasari yang pertama. Ia bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Ken Arok bukan keturunan raja. Ia adalah anak seorang petani dari Desa Pangkur. Atas bantuan seorang pendeta yang bernama Danghyang Lohgawe, ia berhasil mengabdi pada Adipati Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Setelah beberapa
tahun mengabdi, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring. Ken Dedes (istri Tunggul Ametung) kemudian diperistrinya. Waktu itu, Ken Dedes dalam keadaan hamil Daerah Tumapel adalah bawahan Kerajaan Kediri. Ketika di Kediri terjadi perselisihan antara raja dan para brahmana, para brahmana melarikan diri ke Tumapel. Mereka meminta perlindungan kepada Ken Arok. Ken Arok menerima para brah-mana dan melindungi mereka.

Pada tahun 1222, Ken Arok berperang melawan Kertajaya (Dandang Gendis) di Desa Ganter. Dalam perang ini, Kertajaya berhasil dikalahkan. Maka sejak itu Ken Arok mendirikan kerajaan baru yang disebut Singasari. Beberapa bulan setelah Tunggul Ametung dibunuh, Ken Dedes melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Anusapati. Perkawinan Ken Arok dan Ken Dedes menurunkan Mahisa Wong Ateleng. Dari perkawinannya dengan Ken Umang, Ken Arok mempunyai anak bernama Tohjaya. Setelah dewasa, Anusapati mengetahui bahwa ayahnya dibunuh Ken Arok. Sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, pada tahun 1227, Anusa-pati membunuh Ken Arok dengan menggunakan keris buatan Mpu Gandring.
b. Pemerintahan Anusapati, Tohjaya, dan Ranggawuni
Anusapati, naik tahta sampai tahun 1248 menggantikan Ken Arok. Pada tahun 1248, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya. Anusapati dimakamkan di Candi Kidal. Tohjaya kemudian naik tahta menjadi raja Singasari. Ia memerintah hanya beberapa bulan. Pada tahun 1248, ia dibunuh oleh Ranggawuni. Ranggawuni adalah anak Anusapati. Ranggawuni naik tahta menggantikan Tohjaya. Ia bergelar Sri Jaya Wishnuwardhana. Ranggawuni memerintah didampingi oleh sepupunya yang bernama Mahisa Cempaka, anak Mahisa Wong Ateleng. Mereka memerintah bagaikan Wishnu dan Indra. Mahisa Cempaka kemudian menjadi Ratu Angabhaya dengan gelar Narasingamurti. Pada masa pemerintahan Wishnuwardhana, negara dalam keadaan aman dan tenteram. Pada tahun 1254, Wishnuwardhana menobatkan anaknya yang bernama Kertanegara sebagai raja muda. Sementara itu Wishnuwardhana tetap meme-rintah mendampingi putranya. Pada tahun 1268, Wishnuwardhana wafat di Mandaragiri. Jenazahnya dimakamkan di dua tempat, yaitu di Weleri dekat Blitar dalam perwujudannya sebagai Siwa dan di Jayaghu dalam perwujudannya sebagai Budha Amogaphasa.
C. Pemerintahan Kertanegara (1268-1292)
Kertanegara menjadi raja Singasari dengan gelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, Kertanegara dibantu oleh tiga orang mahamantri, yaitu Rakyan I Hino, Rakyan I Nalu, dan Rakyan I Sirikan. Mereka bertugas menerus-kan segala perintah raja kepada para menteri pe-laksana. Kertanegara adalah raja terbesar dari Kerajaan Singasari. Dalam bidang politik, ia mempunyai gagasan untuk memperluas cakrawala mandala. Pada awal pemerintahannya (tahun 1270), Kerta-negara berhasil menumpas pemberontakan Kalana Bhaya. Pada tahun 1275, raja mengirim Ekspedisi Pamalayu ke Sumatra untuk menaklukkan Kerajaan Melayu. Pada tahun 1280, ia berhasil membinasakan durjana bernama Mahisa Rangkah. Pada tahun 1284, Kertanegara berhasil menaklukkan Bali. Pada masa pemerintahannya, Kertanegara berhasil memperluas kekuasaan sampai ke luar Jawa dan Melayu. Kertanegara berusaha memperluas kekuasaannya karena didorong oleh ancaman Kaisar Kubhilai Khan di Cina.

Pada tahun 1280 dan 1281, datang utusan Kubhilai Khan yang menuntut agar Kertanegara mengakui kedaulatan Kubhilai Khan di Cina. Kertanegara diminta mengirimkan seorang pangeran untuk menyerahkan upeti kepada Kubhilai Khan. Tuntutan tersebut ditolak oleh Kertanegara dengan tegas. Akibatnya Kubhilai Khan tersinggung dan marah, serta mengancam akan menghancurkan Kerajaan Singasari. Kertanegara siap menghadapi ancaman Kubhilai Khan. Ketika utusan Kubhilai Khan yang bernama Meng-Chi datang ke Singasari pada tahun 1289, utusan ini ditolak dan dilukai. Hal ini menyebabkan kemarahan Kubhilai Khan. Maka, dikirimlah armada Mongol dari Cina ke Pulau Jawa untuk menaklukkan Kertanegara. Untuk membendung tentara Mongol, Kertanegara mengirimkan pasukannya ke luar Jawa. Dengan pengiriman pasukan secara besar-besaran ini, maka kekuatan Singasari menjadi lemah. Kesempatan ini bagi Jayakatwang merupakan peluang untuk menghancurkan Kertanegara. Pada tahun 1292, Jayakatwang menyerang Kertanegara. Serangan Jayakatwang ini datang dari dua arah yaitu dari utara dan dari arah selatan. Karena pasukan Kertanegara di dalam kerajaan hanya sedikit, maka dengan mudah Jayakatwang dapat membunuh Kertanegara. Dalam perebutan kekuasaan tersebut, pihak Jayakatwang menang. Dengan kemenangan ini, maka Jayakatwang mengangkat dirinya sebagai raja. Ia mengalihkan pusat pemerintahan ke Daha, Kediri. Kertanegara adalah penganut agama Tantrayana. Tantrayana merupakan campuran antara agama Siwa, Wisnu, dan Budha. Ketiga tokoh dalam ketiga aliran tersebut dianggap satu dan tak terpisahkan. Oleh karena itu, pada waktu masih hidup, Kertanegara diberi gelar Wisnu dan setelah meninggal diberi gelar Siwa dan Budha.

Setelah meninggal, Kertanegara dikubur di Candi Singasari dalam tiga bentuk arca, Bhairawa, Aksobhya, dan Ardhanari. Kertanegara juga dikubur di Candi Jawi yang merupakan perpaduan
an-tara Candi Hindu dan Budha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar