WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Janggala dan Kediri

Menurut Prasasti Wurara, buku Negarakertagama, dan buku Calonarang (yang ditulis pada zaman Majapahit), Raja Airlangga memerintahkan Mpu Bhara-da membagi Kerajaan Mataram menjadi:
􀂡 Kerajaan Janggala dengan ibu kota Kahuripan, terletak di sebelah utara Sungai Brantas.
􀂡 Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha, terletak di sebelah selatan Sungai Brantas. Airlangga kemudian menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Pada tahun 1049, Airlangga wafat. Ia dimakamkan di Candi Belahan. Kerajaan Kediri diperintah oleh Sri Samarawijaya (anak Dharmawangsa). Sedangkan Kerajaan Janggala diperintah oleh Mapanji Garasakan (putera kedua Airlangga). Setelah Airlangga wafat, terjadi perang saudara antara Janggala dan Kediri. Perang ini berlangsung sampai tahun 1052. Kurang lebih setengah abad
lamanya tidak ada berita dari kedua kerajaan ini. Raja pertama yang masuk dalam catatan sejarah adalah Sri Jayawarsa Digjaya Sastraphrabu. Ia menyebut dirinya sebagai titisan Wisnu, seperti Airlangga. Dalam sumber sejarah, tokoh ini tidak banyak diceritakan. Sebagai penggantinya adalah Kameswara (1115-1130 M) yang bergelar Sri Maharaja Rake Sirikan Sri Kameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwaniwaryyawirya Parakrama Digjayo-tunggadewa. Pada masa ini, muncul karya sastra yang sampai sekarang masih dikenal oleh masya-rakat sebagai cerita panji yang disebut Smaradhahana karangan Mpu Dharmaja, yang intinya mengi-sahkan tentang kisah cinta Kameswara (Kamajaya) dengan Dewi Ratih (Candra Kirana). Pengganti Kameswara adalah Jayabhaya (1130-1160 M) yang bergelar Sri Maharaja Sri Dharmeswara Madhusudana Wataranindita Sulirtsingha Parakrama Digjoyotunggadewa. Dia dikenal juga sebagai peramal yang jitu. Karya sastra yang dihasilkan pada pemerintahan Jayabhaya adalah kitab Bharatayuda oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Jayabhaya digantikan oleh Sarweswara (1160- 1170 M). Sarweswara kemudian digantikan oleh Aryyeswara, Gandra, dan Srungga. Yang tercatat sebagai raja terakhir dari Kerajaan Kediri adalah Kertajaya (1200-1222 M) yang akhirnya dengan ter-paksa harus menyerahkan kerajaannya kepada Si-ngasari (Ken Arok).
� > / �� 0� eningkatkan kemakmuran negerinya. Pada masa pemerintahannya, kitab Mahabharata berhasil disadur ke dalam bahasa Jawa Kuno. Kemajuan Kerajaan Mataram waktu itu tergantung kepada pelayaran dan perdagangan. Yang menjadi saingan berat Kerajaan Mataram waktu itu adalah Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur laut India-Indonesia-Cina. Letak Sriwijaya memang sangat strategis yakni dekat dengan per-airan Selat Malaka. Perdagangan Mataram waktu itu tergantung kepada sikap Kerajaan Sriwijaya. Dharmawangsa mempunyai keinginan melakukan

ekspansi wilayah ke luar Jawa. Pada tahun 990, Dharmawangsa menyerang Sriwijaya dengan mengirimkan tentara ke Sumatra dan Semenanjung Malaka. Penyerangan ini tidak berhasil. Pada tahun 1017, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Raja Wurawari adalah bawahan
Kerajaan Mataram. Diduga Raja Wurawuri menyerang Dharmawangsa atas dorongan Kerajaan Sriwijaya. Waktu itu, Dharmawangsa sedang melaksanakan perkawinan antara puterinya dengan Airlangga. Akibat penyerangan tersebut, seluruh keluarga Dharmawangsa terbunuh. Peristiwa ini disebut Pralaya. Hanya Airlangga yang berhasil meloloskan diri dari Pralaya ini. Menurut Prasasti Pucangan disebutkan bahwa Airlangga dapat meloloskan diri dari serangan Raja Wurawari, kemudian masuk ke dalam hutan bersama hambanya yang bernama Narottama. Waktu itu Airlangga menyingkir ke hutan Wonogiri. Di tempat pelarian itu, Airlangga bertemu dengan para pertapa dan penyembah dewa. Selama dia hidup di antara para brahmana, ia mendapat pelajaran tentang agama, filsafat, dan seluk-beluk pemerintahan.
c. Pemerintahan Airlangga
Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama Dharmatunggadewa. Mula-mula wilayah kekuasaan Airlangga hanya merupakan daerah yang kecil, karena wilayah yang besar pada masa Dharmawangsa terpecah-pecah setelah peristiwa Pralaya. Masa pemerin-tahan Airlangga sebagian besar digunakan untuk menundukkan kembali raja bawahannya. Pada tahun 1029, Airlangga menyerang Wuratan dan berhasil mengalahkan rajanya yang bernama Bhismaprabawa. Tahun 1030 Airlangga berhasil mengalahkan Raja Wijaya dari Kerajaan Wengker yang merupakan musuh terkuat. Airlangga berhasil mengalahkan Raja Wurawari pada tahun 1032. Pada tahun 1035, Raja Wengker memberontak kembali, tetapi berhasil dikalahkan. Pada tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan seluruh daerah kekuasaan Mataram. Ibu kota kerajaan yang pada awalnya terletak di Waton Mas, pada tahun 1037 dipindahkan ke Kahuripan. Narottama, seorang pengikut yang setia kemudian diangkat menjadi Rakyan Kanuruhan. Airlangga kemudian membangun pertapaan di Gunung Pucangan. Untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya, Airlangga membuat pelabuhan di ujung Galuh di muara Sungai Brantas dan Bendungan Waringin Sapta. Bendungan ini berguna untuk mengairi sawah-sawah penduduk. Sawah-sawah rakyat yang hancur akibat banjir dibangun kembali.


Pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan Kambang dan Ujung Galuh ramai dikunjungi kapal-kapal asing dari berbagai bangsa, misalnya dari India, Burma, Campa, dan Kamboja. Kedatangan orang-orang dari mancanegara tersebut dapat menambah penghasilan masyarakat sekitar dan memperluas cakrawala pergaulan mereka. Bidang kesusastraan juga mendapat perhatian. Salah satu karya sastra pada masa pemerintahan Airlangga ialah Kitab Arjunawiwaha gubahan Mpu Kanwa. Dalam kitab itu diceritakan mengenai usaha Arjuna mencari senjata sakti yang dapat memenangkan Pandawa dalam Perang Mahabarata. Kerajaan Mataram yang telah dipersatukan Airlangga akhirnya dibagi dua untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua anak laki-lakinya. Namun anaknya yang sulung, yaitu Sanggrama Wijayatunggadewi tidak mau menjadi raja. Ia memilih menjadi pertapa dan disebut Dewi Kilisuci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar