WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Mataran di Jawa Timur

Setelah mengalami kehancuran, ibu kota Mataram dipindahkan oleh Mpu Sindhok dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929. Ibu kota Mataram dipindah ke Watu Galuh dekat Kota Jombang di tepi Sungai Brantas. Karena keberhasilan memindahkan kerajaan tersebut, Mpu Sindhok menyebut dirinya sebagai pendiri wangsa baru. Wangsa itu adalah Wangsa Isyana. Wangsa Isyana menggantikan Wangsa Syailendra di Jawa Tengah. Meskipun mendirikan wangsa baru, Mpu Sindok tetap menggunakan nama Mataram.
a. Pemerintahan Mpu Sindhok (929-947)
Mpu Sindhok adalah raja pertama dari Wangsa Isyana. Setelah menjadi raja, Mpu Sindhok bergelar Sri Isyana Wikramadharmatunggadewa (929-947).
Mpu Sindhok memerintah bersama-sama dengan permaisurinya yang bernama Sri Wardhani Pu Kbi. Mpu Sindhok beragama Hindu Siwa, tetapi selama pemerintahannya tersusun kitab suci agama Budha Mahayana berjudul Sang Hyang Kamahayanikan. Ini membuktikan bahwa baginda mempunyai toleransi besar terhadap sesama umat beragama. Baginda juga banyak membantu dan mendorong pembangunan tempat-tempat suci dengan membebaskan pajak tanah. Mpu Sindhok digantikan oleh Isyanatunggawijaya (putrinya) yang menikah dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahir anak laki-laki bernama Sri Makutawangsawardhana. Baginda mempunyai seorang putri cantik bernama Mahendradatta (Gunapridharmapatni) yang menikah dengan Udayana yang menjadi raja di Bali. Dari pasangan ini lahirlah Airlangga. Sri Makutawangsawardhana juga mempunyai putra, bernama Dharmawangsa yang kemudian
mewarisi tahta kerajaan.
b. Pemerintahan Dharmawangsa
Dharmawangsa bergelar Dharmawangsa Teguh Anantawikramadharmatunggadewa (991-1017). Dharmawangsa adalah raja besar yang selalu berusaha untuk meningkatkan kemakmuran negerinya. Pada masa pemerintahannya, kitab Mahabharata berhasil disadur ke dalam bahasa Jawa Kuno. Kemajuan Kerajaan Mataram waktu itu tergantung kepada pelayaran dan perdagangan. Yang menjadi saingan berat Kerajaan Mataram waktu itu adalah Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur laut India-Indonesia-Cina. Letak Sriwijaya memang sangat strategis yakni dekat dengan per-airan Selat Malaka. Perdagangan Mataram waktu itu tergantung kepada sikap Kerajaan Sriwijaya. Dharmawangsa mempunyai keinginan melakukan
ekspansi wilayah ke luar Jawa. Pada tahun 990, Dharmawangsa menyerang Sriwijaya dengan mengirimkan tentara ke Sumatra dan Semenanjung Malaka. Penyerangan ini tidak berhasil. Pada tahun 1017, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Raja Wurawari adalah bawahan
Kerajaan Mataram. Diduga Raja Wurawuri menyerang Dharmawangsa atas dorongan Kerajaan Sriwijaya. Waktu itu, Dharmawangsa sedang melaksanakan perkawinan antara puterinya dengan Airlangga. Akibat penyerangan tersebut, seluruh keluarga Dharmawangsa terbunuh. Peristiwa ini disebut Pralaya. Hanya Airlangga yang berhasil meloloskan diri dari Pralaya ini. Menurut Prasasti Pucangan disebutkan bahwa Airlangga dapat meloloskan diri dari serangan Raja Wurawari, kemudian masuk ke dalam hutan bersama hambanya yang bernama Narottama. Waktu itu Airlangga menyingkir ke hutan Wonogiri. Di tempat pelarian itu, Airlangga bertemu dengan para pertapa dan penyembah dewa. Selama dia hidup di antara para brahmana, ia mendapat pelajaran tentang agama, filsafat, dan seluk-beluk pemerintahan.
c. Pemerintahan Airlangga
Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Lakeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikrama Dharmatunggadewa. Mula-mula wilayah kekuasaan Airlangga hanya merupakan daerah yang kecil, karena wilayah yang besar pada masa Dharmawangsa terpecah-pecah setelah peristiwa Pralaya. Masa pemerin-tahan Airlangga sebagian besar digunakan untuk menundukkan kembali raja bawahannya. Pada tahun 1029, Airlangga menyerang Wuratan dan berhasil mengalahkan rajanya yang bernama Bhismaprabawa. Tahun 1030 Airlangga berhasil mengalahkan Raja Wijaya dari Kerajaan Wengker yang merupakan musuh terkuat. Airlangga berhasil mengalahkan Raja Wurawari pada tahun 1032. Pada tahun 1035, Raja Wengker memberontak kembali, tetapi berhasil dikalahkan. Pada tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan seluruh daerah kekuasaan Mataram. Ibu kota kerajaan yang pada awalnya terletak di Waton Mas, pada tahun 1037 dipindahkan ke Kahuripan. Narottama, seorang pengikut yang setia kemudian diangkat menjadi Rakyan Kanuruhan. Airlangga kemudian membangun pertapaan di Gunung Pucangan. Untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya, Airlangga membuat pelabuhan di ujung Galuh di muara Sungai Brantas dan Bendungan Waringin Sapta. Bendungan ini berguna untuk mengairi sawah-sawah penduduk. Sawah-sawah rakyat yang hancur akibat banjir dibangun kembali.

Pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan Kambang dan Ujung Galuh ramai dikunjungi kapal-kapal asing dari berbagai bangsa, misalnya dari India, Burma, Campa, dan Kamboja. Kedatangan orang-orang dari mancanegara tersebut dapat menambah penghasilan masyarakat sekitar dan memperluas cakrawala pergaulan mereka. Bidang kesusastraan juga mendapat perhatian. Salah satu karya sastra pada masa pemerintahan Airlangga ialah Kitab Arjunawiwaha gubahan Mpu Kanwa. Dalam kitab itu diceritakan mengenai usaha Arjuna mencari senjata sakti yang dapat memenangkan Pandawa dalam Perang Mahabarata. Kerajaan Mataram yang telah dipersatukan Airlangga akhirnya dibagi dua untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua anak laki-lakinya. Namun anaknya yang sulung, yaitu Sanggrama Wijayatunggadewi tidak mau menjadi raja. Ia memilih menjadi pertapa dan disebut Dewi Kilisuci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar