WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Mataram Kuno

Pada abad ke-8 di pedalaman Jawa Tengah ber-diri kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram Kuno diperintah wangsa Syailendra dan wangsa Sanjaya.
a. Asal-usul wangsa Syailendra
Mengenai asal-usul Wangsa Syailendra dapat kita lihat dari prasasti berbahasa Melayu Kuno di
Desa Sojomerto, Pekalongan, Jawa Tengah. Disebutkan bahwa pada abad VIII ada seorang raja bernama Dapunta Syailendra. Ayahnya bernama Santanu, dan ibunya bernama Bharawati. Sedangkan istri Dapunta bernama Sampula. Kata Syailendra dapat diartikan sebagai “Raja Gunung”. Menurut beberapa ahli sejarah, misalnya, R. Ng. Purbatjaraka, Dapunta Syailendra disamakan dengan Dapunta Hyang, yang tersebut dalam Prasasti Kedukan Bukit di Sumatra. Jika hal itu benar, Dapunta Syailendra adalah pendiri Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah dan Sriwijaya. Ia adalah orang asli Indonesia. Ada berbagai macam pandangan mengenai asal-usul Wangsa Syailendra, antara lain sebagai berikut.
􀂐 R.C. Majumdar dan Nila Kuntasastri menyatakan bahwa Wangsa Syailendra berasal dari India Selatan.
􀂐 J.L. Moens mengatakan bahwa Syailendra berasal dari India lalu pindah ke Nusantara yang
mula-mula berkuasa di Palembang dan sekitar tahun 683 pindah ke Jawa.
􀂐 Coedes mengatakan bahwa Syailendra berasal dari Kamboja/Funan yang sekitar tahun 620 M runtuh lalu pindah ke Pulau Jawa dan mendirikan Wangsa Syailendra pada abad ke-8 M.
􀂐 J.G de Casparis mengatakan bahwa Syailendra berasal dari Funan dan setelah runtuh pindah ke Palembang dan mendesak kekuasaan Sanjaya yang asli orang Indonesia. Dengan demikian, terdapat dua dinasti dalam Kerajaan Mataram Kuno, yaitu dinasti Syailendra beragama Budha dan dinasti Sanjaya beragama Hindu-Siwa.
b. Bukti munculnya kerajaan Mataram
Sumber-sumber yang menyebutkan keberadaan kerajaan Mataram adalah Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Karang Tengah, Prasasti Argapura, dan Prasasti Balitung (Mantyasih).
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal ditemukan di Desa Canggal (sebelah barat Magelang, Jawa Tengah). Prasasti Canggal berangka tahun 732 Masehi. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti ini dibuat atas perintah Raja Sanjaya. Prasasti ini merupakan bagian dari bangunan lingga yoni yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu. Keterangan yang diperoleh dari prasasti canggal antara lain sebagai berikut.
􀂐 Di Jawa Tengah sudah ada kerajaan yang bernama Mataram dan raja-rajanya menganut agama Hindu.
􀂐 Raja Sanjaya mendirikan sebuah Lingga di Desa Kunjarakunya.
2. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Prasasti Kalasan menginformasikan terdesaknya
Dinasti Sanjaya ke utara oleh kedatangan Dinasti Syailendra.
3. Prasasti Karang Tengah
Prasasti ini berangka tahun 824 Masehi. Prasasti mengisahkan tentang Samarottungga dan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.
4. Prasasti Argapura
Prasasti ini berangka tahun 863 Masehi. Prasasti menginformasikan pemerintahan Kayuwangi
(Dyah Lokapala) dari Dinasti Sanjaya.
5. Prasasti Mantyasih/Kedu
Prasasti Kedu dikeluarkan oleh Raja Balitung. Dari prasasti itu dapat diketahui daftar raja-raja
Ma-taram, yaitu: Sang Ratu Sanjaya (Raka i Mataram), Sri Maharaja Raka i Panangkaran, Sri Maharaja Raka I Panunggalan, Sri Maharaja Raka i Warak, Sri Maharaja Raka i Garung, Sri Maharaja Raka i Pikatan, Sri Maharaja Raka i Kayuwangi, Sri Maharaja Raka i Watuhumalang,
dan Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung.
c. Pemerintahan Raja Sanjaya
Sebelum Sanjaya menjadi raja, Kerajaan Mataram dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sanna. Kerajaannya kaya akan padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa disebut Jawadwipa. Pada saat Sanna berkuasa, kerajaan belum bernama Mataram. Hanya disebutkan bahwa Sanna adalah raja yang bijak, berasal dari keturunan bangsawan, penuh kasih, suasana pemerintahannya diliputi oleh suasana damai dan tenteram. Menurut cerita Parahyangan, Sanna adalah anak dari Rahyangta Mandiminah yang dapat dikalahkan oleh Purbasora dari Galuh hingga menyingkir ke Bukit Merapi. Sanna dan Purbasora sesungguhnya adalah saudara satu ibu. Sanjaya adalah anak Sannaha (saudara perempuan Sanna). Sanjaya dinobatkan menjadi raja pada tahun 717 Masehi. Dia juga merupakan Raja Mataram I dan pendiri Wangsa Sanjaya dari Kera-jaan Mataram Kuno. Pada masa pemerintahan Sanjaya, Mataram mengalami masa kemakmuran dan ketenteraman. Ia juga berusaha menaklukkan raja-raja yang melepaskan diri semasa Raja Sanna. Untuk itulah Sanjaya melakukan ekspedisi ke berbagai daerah. Dalam cerita Parahyangan dikatakan ekspedisi itu sampai di Cina.
d. Pemerintahan Raka i Panangkaran
Berdasarkan peninggalan-peninggalan yang ada, pada mulanya Dinasti Sanjaya memerintah di Jawa Tengah bagian Selatan. Namun, pada masa pemerintahan Raka i Panangkaran, muncul Wangsa Syailendra yang memeluk agama Budha. Wangsa ini menggeser kedudukan Wangsa Sanjaya. Wang-sa Sanjaya kemudian memindahkan pusat kekua-saannya di Jawa bagian utara. Masuknya Wangsa Syailendra ke Jawa berarti dimulai pula penyebaran agama Budha di Jawa. Bahkan, Raja Panangkaran sendiri meninggalkan agama Siwa dan beralih pada agama Budha Mahayana. Raja Panangkaran mendirikan Candi Plaosan Lor. Demi menghormati leluhurnya, sang raja membangun Candi Borobudur. Setelah Raja Panangkaran menganut agama Budha, banyak pendeta Budha Mahayana minta izin untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara. Sebagaimana tertulis dalam Prasasti Kalasan, Raja Panangkaran kemudian menghadi-ahkan Desa Kalasan kepada para pendeta Budha. Untuk memperdalam ilmu kebudayaan, Raja Pa-nangkaran juga memanggil guru dari India Utara (Sri Lanka). Raja-raja dari Wangsa Syailendra yang pernah berkuasa di Jawa Tengah, antara lain Raja Bhanu, Wishnu (Sri Darmatungga), Indra (Daranindra), Sama-ratungga dan Balaputra. Seperti Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra pun banyak mendirikan candi. Misalnya, pendirian Candi Sewu oleh Raja Indra yang dicatat dalam Prasasti Kelurak (Prambanan) dengan angka tahun 782, dengan huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta. Pengganti Raja Indra adalah Samaratungga. Ia mendirikan Candi Ngawen di sebelah barat Muntilan. Raja Samaratungga juga menyelesaikan pembangunan Candi Borobudur sekitar tahun 824 M, yang dulu juga pernah direncanakan oleh Raka I Panangkaran. Wangsa Syailendra mencapai puncak kejayaan pada masa Samaratungga.
e. Pemerintahan Wangsa Sanjaya dan Syailendra
Pada masa pemerintahan Raka i Pikatan (dari Wangsa Sanjaya) dan Pramodhawardhani (dari Wangsa Syailendra) terjadi penyatuan pemerintahan dan kekuasaan. Penyatuan terjadi melalui perkawinan antara keduanya. Pramodawardhani adalah anak Samaratungga dan saudara lain ibu dari Balaputradewa. Meskipun mereka bersatu dalam bentuk perkawinan, keduanya tetap bertahan pada agamanya masing-masing. Hal ini terbukti dengan adanya candi yang dibangun oleh keduanya. Pikatan membangun Candi Loro Jonggrang di Prambanan pada tahun 856. Sedangkan, Pramodawardhani menyelesaikan pembangunan Candi Borobudur yang mulai dirintis pembangunannya sejak Raka I Panangkaran dan Samaratungga. Setelah Samaratungga wafat, Balaputra menyerang Pikatan. Benteng pertahanan terakhirnya adalah Bukit Ratu Baka. Karena semakin terdesak, akhirnya Balaputra melarikan diri ke Sriwijaya daerah asal ibunya.
f. Pemerintahan Kayuwangi dan pengganti-penggantinya
Sejak masa pemerintahan Raja Pikatan, Kerajaan Mataram mulai menunjukkan kemunduran,
karena pengeluaran biaya yang besar untuk membangunan candi dan adanya pemberontakan dari Pu Kumbhayoni. Pemberontakan ini dapat diatasi oleh Raka i Kayuwangi (pengganti Pikatan). Namun beban yang harus dipikul Raka i Kayuwangi sangat berat. Di samping mengatasi pemberontakan, ia juga harus mengeluarkan banyak biaya untuk perawatan candi yang sudah didirikan. Menurut Prasasti Kedu, pengganti Kayuwangi adalah Raka i Watuhumalang. Tetapi menurut Prasasti Munggu Antan, Raka i Kayuwangi digantikan oleh Raka i Gurunwangi dan Raka i Limur Dyah De-wandra.
g. Pemerintahan Balitung
Pada sebuah prasasti yang berangka tahun 896 disebutkan bahwa Raka i Watuhumalang bergelar Aji yang berarti raja bawahan. Dengan demikian, kalau Balitung sebagai keturunan Raka i Watuhumalang menjadi Raja Mataram, sebenarnya tidak sah. Untuk memperkuat kedudukannya, maka Ba-litung membuat silsilah Wangsa Sanjaya dan menempatkan dirinya sebagai keturunan Sanjaya. Pada saat berkuasa, Raka i Balitung bergelar Sri Iswara Kesawotsawatungga yang lebih dikenal sebagai Raka i Watukara Dyah Balitung Sri Dharmodaya Masambhu. Pada masa pemerintahan Balitung, Mataram mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaannya membentang dari Bagelan di Jawa Tengah sampai Malang di Jawa Timur.
h. Penguasa Mataram setelah Balitung
Pengganti Balitung adalah Daksa, yang memerintah mulai tahun 910-919 Masehi. Pengganti

Daksa adalah Tulodong. Yang terakhir memerintah Mataram adalah Wawa. Ia dinobatkan menjadi raja tahun 924 M. Pada saat inilah di Jawa Tengah terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi yang memporak- porandakan daerah Jawa Tengah. Dalam situasi yang kurang menguntungkan akibat bencana alam tersebut, Mpu Sindhok sebagai Mahamantri i Hino dari pemerintahan Wawa memindahkan pemerintahan Mataram dari Jawa Tengah ke daerah Jawa Timur dan mendirikan wangsa baru yaitu Wangsa Isyana.

1 komentar: