Pada abad ke-8 di
pedalaman Jawa Tengah ber-diri kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram Kuno
diperintah wangsa Syailendra dan wangsa Sanjaya.
a. Asal-usul wangsa
Syailendra
Mengenai asal-usul Wangsa
Syailendra dapat kita lihat dari prasasti berbahasa Melayu Kuno di
Desa Sojomerto, Pekalongan,
Jawa Tengah. Disebutkan bahwa pada abad VIII ada seorang raja bernama Dapunta
Syailendra. Ayahnya bernama Santanu, dan ibunya bernama Bharawati.
Sedangkan istri Dapunta bernama Sampula. Kata Syailendra dapat diartikan
sebagai “Raja Gunung”. Menurut beberapa ahli sejarah, misalnya, R.
Ng. Purbatjaraka, Dapunta Syailendra disamakan dengan Dapunta
Hyang, yang tersebut dalam Prasasti Kedukan Bukit di Sumatra. Jika hal
itu benar, Dapunta Syailendra adalah pendiri Dinasti Syailendra yang memerintah
di Jawa Tengah dan Sriwijaya. Ia adalah orang asli Indonesia. Ada berbagai macam
pandangan mengenai asal-usul Wangsa Syailendra, antara lain sebagai berikut.
R.C.
Majumdar dan Nila Kuntasastri menyatakan bahwa Wangsa
Syailendra berasal dari India Selatan.
J.L.
Moens mengatakan bahwa Syailendra berasal dari India lalu pindah ke
Nusantara yang
mula-mula berkuasa di
Palembang dan sekitar tahun 683 pindah ke Jawa.
Coedes mengatakan
bahwa Syailendra berasal dari Kamboja/Funan yang sekitar tahun 620 M runtuh
lalu pindah ke Pulau Jawa dan mendirikan Wangsa Syailendra pada abad ke-8 M.
J.G de
Casparis mengatakan bahwa Syailendra berasal dari Funan dan setelah
runtuh pindah ke Palembang dan mendesak kekuasaan Sanjaya yang asli orang
Indonesia. Dengan demikian, terdapat dua dinasti dalam Kerajaan Mataram Kuno,
yaitu dinasti Syailendra beragama Budha dan dinasti Sanjaya beragama Hindu-Siwa.
b. Bukti munculnya
kerajaan Mataram
Sumber-sumber yang
menyebutkan keberadaan kerajaan Mataram adalah Prasasti Canggal, Prasasti
Kalasan, Prasasti Karang Tengah, Prasasti Argapura, dan Prasasti Balitung
(Mantyasih).
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal ditemukan
di Desa Canggal (sebelah barat Magelang, Jawa Tengah). Prasasti Canggal
berangka tahun 732 Masehi. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan
menggunakan bahasa Sansekerta. Prasasti ini dibuat atas perintah Raja
Sanjaya. Prasasti ini merupakan bagian dari bangunan lingga yoni yang
merupakan tempat pemujaan umat Hindu. Keterangan yang diperoleh dari prasasti
canggal antara lain sebagai berikut.
Di Jawa Tengah
sudah ada kerajaan yang bernama Mataram dan raja-rajanya menganut agama Hindu.
Raja Sanjaya
mendirikan sebuah Lingga di Desa Kunjarakunya.
2. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan berangka
tahun 778 Masehi. Prasasti Kalasan menginformasikan terdesaknya
Dinasti Sanjaya ke utara
oleh kedatangan Dinasti Syailendra.
3. Prasasti Karang Tengah
Prasasti ini berangka
tahun 824 Masehi. Prasasti mengisahkan tentang Samarottungga dan Pramodawardhani
dari Dinasti Syailendra.
4. Prasasti Argapura
Prasasti ini berangka
tahun 863 Masehi. Prasasti menginformasikan pemerintahan Kayuwangi
(Dyah Lokapala) dari
Dinasti Sanjaya.
5. Prasasti Mantyasih/Kedu
Prasasti Kedu dikeluarkan oleh Raja
Balitung. Dari prasasti itu dapat diketahui daftar raja-raja
Ma-taram, yaitu: Sang
Ratu Sanjaya (Raka i Mataram), Sri Maharaja Raka i Panangkaran, Sri Maharaja
Raka I Panunggalan, Sri Maharaja Raka i Warak, Sri Maharaja Raka i Garung, Sri
Maharaja Raka i Pikatan, Sri Maharaja Raka i Kayuwangi, Sri Maharaja Raka i
Watuhumalang,
dan Sri Maharaja
Watukura Dyah Balitung.
c. Pemerintahan Raja
Sanjaya
Sebelum Sanjaya menjadi
raja, Kerajaan Mataram dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sanna.
Kerajaannya kaya akan padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa disebut Jawadwipa.
Pada saat Sanna berkuasa, kerajaan belum bernama Mataram. Hanya disebutkan
bahwa Sanna adalah raja yang bijak, berasal dari keturunan bangsawan, penuh
kasih, suasana pemerintahannya diliputi oleh suasana damai dan tenteram.
Menurut cerita Parahyangan, Sanna adalah anak dari Rahyangta Mandiminah yang
dapat dikalahkan oleh Purbasora dari Galuh hingga menyingkir ke Bukit
Merapi. Sanna dan Purbasora sesungguhnya adalah saudara satu ibu. Sanjaya
adalah anak Sannaha (saudara perempuan Sanna). Sanjaya dinobatkan
menjadi raja pada tahun 717 Masehi. Dia juga merupakan Raja Mataram I dan
pendiri Wangsa Sanjaya dari Kera-jaan Mataram Kuno. Pada masa pemerintahan
Sanjaya, Mataram mengalami masa kemakmuran dan ketenteraman. Ia juga berusaha
menaklukkan raja-raja yang melepaskan diri semasa Raja Sanna. Untuk itulah Sanjaya
melakukan ekspedisi ke berbagai daerah. Dalam cerita Parahyangan dikatakan
ekspedisi itu sampai di Cina.
d. Pemerintahan Raka i
Panangkaran
Berdasarkan
peninggalan-peninggalan yang ada, pada mulanya Dinasti Sanjaya memerintah
di Jawa Tengah bagian Selatan. Namun, pada masa pemerintahan Raka i
Panangkaran, muncul Wangsa Syailendra yang memeluk agama Budha. Wangsa
ini menggeser kedudukan Wangsa Sanjaya. Wang-sa Sanjaya kemudian memindahkan
pusat kekua-saannya di Jawa bagian utara. Masuknya Wangsa Syailendra ke Jawa
berarti dimulai pula penyebaran agama Budha di Jawa. Bahkan, Raja Panangkaran
sendiri meninggalkan agama Siwa dan beralih pada agama Budha Mahayana. Raja
Panangkaran mendirikan Candi Plaosan Lor. Demi menghormati leluhurnya, sang
raja membangun Candi Borobudur. Setelah Raja Panangkaran menganut agama Budha,
banyak pendeta Budha Mahayana minta izin untuk mendirikan sebuah bangunan suci
bagi Dewi Tara. Sebagaimana tertulis dalam Prasasti Kalasan, Raja Panangkaran
kemudian menghadi-ahkan Desa Kalasan kepada para pendeta Budha. Untuk memperdalam
ilmu kebudayaan, Raja Pa-nangkaran juga memanggil guru dari India Utara (Sri
Lanka). Raja-raja dari Wangsa Syailendra yang pernah berkuasa di Jawa Tengah,
antara lain Raja Bhanu, Wishnu (Sri Darmatungga),
Indra (Daranindra), Sama-ratungga dan Balaputra.
Seperti Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra pun banyak mendirikan candi.
Misalnya, pendirian Candi Sewu oleh Raja Indra yang dicatat dalam Prasasti
Kelurak (Prambanan) dengan angka tahun 782, dengan huruf Pranagari dan bahasa
Sansekerta. Pengganti Raja Indra adalah Samaratungga. Ia mendirikan Candi
Ngawen di sebelah barat Muntilan. Raja Samaratungga juga menyelesaikan
pembangunan Candi Borobudur sekitar tahun 824 M, yang dulu juga pernah
direncanakan oleh Raka I Panangkaran. Wangsa Syailendra mencapai puncak kejayaan
pada masa Samaratungga.
e. Pemerintahan Wangsa
Sanjaya dan Syailendra
Pada masa pemerintahan Raka
i Pikatan (dari Wangsa Sanjaya) dan Pramodhawardhani (dari
Wangsa Syailendra) terjadi penyatuan pemerintahan dan kekuasaan. Penyatuan
terjadi melalui perkawinan antara keduanya. Pramodawardhani adalah anak
Samaratungga dan saudara lain ibu dari Balaputradewa. Meskipun
mereka bersatu dalam bentuk perkawinan, keduanya tetap bertahan pada agamanya masing-masing.
Hal ini terbukti dengan adanya candi yang dibangun oleh keduanya. Pikatan membangun
Candi Loro Jonggrang di Prambanan pada tahun 856. Sedangkan, Pramodawardhani
menyelesaikan pembangunan Candi Borobudur yang mulai dirintis pembangunannya
sejak Raka I Panangkaran dan Samaratungga. Setelah Samaratungga wafat,
Balaputra menyerang Pikatan. Benteng pertahanan terakhirnya adalah Bukit Ratu
Baka. Karena semakin terdesak, akhirnya Balaputra melarikan diri ke Sriwijaya
daerah asal ibunya.
f. Pemerintahan
Kayuwangi dan pengganti-penggantinya
Sejak masa pemerintahan
Raja Pikatan, Kerajaan Mataram mulai menunjukkan kemunduran,
karena pengeluaran biaya
yang besar untuk membangunan candi dan adanya pemberontakan dari Pu
Kumbhayoni. Pemberontakan ini dapat diatasi oleh Raka i
Kayuwangi (pengganti Pikatan). Namun beban yang harus dipikul Raka i
Kayuwangi sangat berat. Di samping mengatasi pemberontakan, ia juga harus
mengeluarkan banyak biaya untuk perawatan candi yang sudah didirikan. Menurut
Prasasti Kedu, pengganti Kayuwangi adalah Raka i Watuhumalang.
Tetapi menurut Prasasti Munggu Antan, Raka i Kayuwangi digantikan oleh Raka
i Gurunwangi dan Raka i Limur Dyah De-wandra.
g. Pemerintahan Balitung
Pada sebuah prasasti yang
berangka tahun 896 disebutkan bahwa Raka i Watuhumalang bergelar Aji yang
berarti raja bawahan. Dengan demikian, kalau Balitung sebagai
keturunan Raka i Watuhumalang menjadi Raja Mataram, sebenarnya tidak sah. Untuk
memperkuat kedudukannya, maka Ba-litung membuat silsilah Wangsa Sanjaya dan
menempatkan dirinya sebagai keturunan Sanjaya. Pada saat berkuasa, Raka i
Balitung bergelar Sri Iswara Kesawotsawatungga yang lebih dikenal
sebagai Raka i Watukara Dyah Balitung Sri Dharmodaya Masambhu.
Pada masa pemerintahan Balitung, Mataram mencapai puncak kejayaan. Wilayah
kekuasaannya membentang dari Bagelan di Jawa Tengah sampai Malang di Jawa
Timur.
h. Penguasa Mataram
setelah Balitung
Pengganti Balitung adalah Daksa,
yang memerintah mulai tahun 910-919 Masehi. Pengganti
Daksa adalah Tulodong.
Yang terakhir memerintah Mataram adalah Wawa. Ia
dinobatkan menjadi raja tahun 924 M. Pada saat inilah di Jawa Tengah terjadi bencana
meletusnya Gunung Merapi yang memporak- porandakan daerah Jawa Tengah. Dalam
situasi yang kurang menguntungkan akibat bencana alam tersebut, Mpu Sindhok
sebagai Mahamantri i Hino dari pemerintahan Wawa memindahkan pemerintahan
Mataram dari Jawa Tengah ke daerah Jawa Timur dan mendirikan wangsa baru yaitu Wangsa
Isyana.
jelek
BalasHapus