WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Banten

Kerajaan Banten terletak di wilayah Ban-ten di ujung barat Pulau Jawa. Pada tahun 1526,  Fata-hillah(Sunan Gunung Jati) berhasil merebut  Sunda Kelapa dan daerah Banten. Kemudian, ia  mengem-bangkan daerah tersebut sebagai pusat  perda-gangan dan agama Islam. Kerajaan Banten  menjadi negara yang merdeka setelah melepaskan  diri dari Kerajaan Demak.
Raja Banten pertama adalah Sultan Hasanuddin  (1552-1570), putra tertua Fatahillah. Pada masa pe-merintahannya, Kerajaan Banten mengalami kema-juan pesat. Pelabuhan Banten banyak dikun-jungi  pedagang-pedagang asing seperti Gujarat, Cina,  Turki, Burma, Keling, dan Persia. Para peda-gang  yang ada di Banten membentuk perkam-pungan  menurut daerah asal, misalnya, kampung Pacinan  dan kampung Keling. Pedagang pribumi juga mem-bentuk kampung-kampung, misalnya Kampung  Jawa, Kampung Banda, dan Kampung Melayu. Untuk menciptakan kehidupan politik dan ekonomi yang baik, Sultan Hasanuddin mengadakan  perkawinan antarwilayah di Indonesia. Sultan Ha-sanuddin menikah dengan putri Raja Indrapura.  Kemudian, ia diberi hadiah daerah Selebar yang  kaya akan lada. Dengan demikian, ekspor lada dari  Kerajaan Banten meningkat.
Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat. Ia  digantikan oleh Panembahan Yusuf(1570-1580).  Panembahan Yusuf mampu merebut Kerajaan Pa-jajaran Hindu Pakuan yang berpusat di Bogor pada  tahun 1579. Para pendukung Kerajaan Pajajaran menying-kir ke daerah Banten Selatan. Kelompok ini dikenal  sebagai suku Badui. Suku Badui menolak pengaruh  dari luar dan mempertahankan tradisi dan keper-cayaan mereka yang disebut Pasundan Kawitan(Pa-sundan yang pertama). Pengganti Panembahan Yusuf adalah Maulana  Muhammaddan bergelar Kanjeng Ratu Banten.  Pada saat itu, ia masih kanak-kanak. Yang kemudian  menjadi walinya adalah Mangkubumi (Perdana  Menteri) Ranamanggala.
Pada masa pemerintahan Kanjeng Ratu Ban-ten,  armada dagang Belanda mulai memasuki wilayah  Nusantara. Armada dagang Belanda yang dipimpin  Cornelis de Houtman berhasil berlabuh di Banten
pada 22 Juni 1596. Sepeninggal Maulana Muhammad, kekuasaan  Banten dipegang oleh Sultan Ageng Tirtayasa, yang  sangat anti Belanda. Ia menjalin hubungan dengan  Sultan Siboridari Ternate, Sultan Turki, dan Raja  Inggris untuk bersama-sama melawan Belanda.  Para ulama dan orang-orang dari Makassar di ba-wah pimpinan Syeikh Yusuf mendukung usaha  Sultan Ageng Tirtayasa.
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa wafat, pemerin-tahannya diteruskan oleh Abdulnasar Abdulkahar yang dikenal dengan nama Sultan Haji(1682-1687).  Abdulnasar Abdulkahar memperoleh kedudukan  sebagai raja karena mendapat dukungan dari Be-landa, tetapi ia harus mengadakan perjanjian den-gan Belanda. Perjanjian ini dikenal dengan nama  Perjanjian Banteny ang isinya antara lain:
-       Belanda mengakui Sultan Hajisebagai Raja  Banten;
-       Banten tidak boleh berdagang di Maluku;
-       Hanya Belanda yang boleh mengekspor lada  dan memasukkan barang ke wilayah Banten;
-       Banten harus melepaskan tuntutannya di Cire-bon.

Pada masa pemerintahan Abdulnasar Abdul-kahar dan sesudahnya, Kerajaan Banten menga-lami kemunduran. Kemunduran tersebut antara  lain disebabkan oleh perang saudara dan perebut-an  kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar