WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Mataram Islam

Sutawijaya memperoleh hak dan mahkota Kerajaan Pajang dari Pangeran Benawa. Atas permintaan Sutawijaya, semua alat upacara kerajaan dan pusaka Majapahit dipindahkan dari Pajang ke Mataram (tahun 1586). Sutawijaya menjadi Raja Mataram pertama bergelar Panembahan Senopati Ingalaga Sayidina Panatagama (1586-1601). Gelar itu menunjukkan bahwa selain sebagai seorang raja, Panembahan Senopati sekaligus adalah panglima perang dan pemimpin agama. Panembahan Senopati bercitacita ingin mempersatukan Pulau Jawa di bawah Mataram, sehingga ia memerlukan penasihat. Oleh ka-rena itu, Juru Martani (pamannya) diangkat sebagai penasihat.

Dalam usaha mencapai cita-citanya, Senopati segera melakukan ekspedisi ke Jawa Timur yakni ke Surabaya (1586), Madiun, Ponorogo, Pasuruan (1587), Panarukan, dan Blambangan yang masih menganut agama Hindu. Daerah-daerah itu berhasil ditaklukkan. Akan tetapi, setelah ditinggalkan mereka kemudian melepaskan diri lagi. Jawa Barat dan Jawa Tengah pun tidak luput dari pandangannya. Pada tahun 1595, Cirebon dan Galuh ditundukkan. Demikian juga Pati dan Demak, yang pada saat itu mencoba untuk memberontak. Namun, Banten belum berhasil ditaklukkan. Dengan keberhasilan yang telah diraih, berarti Panembahan Senopati sudah meletakkan dasar yang kokoh dan kuat untuk mempersatukan
seluruh Ja-wa dengan Kebudayaan Islam Jawa sebagai kelan-jutan dari kesatuan Majapahit yang berbudaya Hindu Jawa.

Pada mulanya Panembahan Senopati mengalami kesulitan dalam memerintah rakyat di pesisir utara Jawa. Hal ini disebabkan rakyat semula biasa berdagang, sedangkan Panembahan Senopati berpola pedalaman yang mementingkan pertanian. Akibatnya, perdagangan mengalami kemunduran. Selanjutnya, Panembahan Senopati meningkatkan bidang pertanian sehingga kian maju dan rakyat menjadi makmur sehingga Mataram dikenal sebagai “lumbung padi”.

Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Ia dimakamkan di Kota Gede. Mas Jolang (putera Panembahan Senopati) menggantikannya sebagai sultan. Mas Jolang juga melakukan banyak peperangan. Di zaman Senopati peperangan dilakukan untuk menaklukkan daerah-daerah. Pada zaman Mas Jolang, peperangan dilakukan untuk menumpas daerah-daerah yang bermaksud melepaskan diri dengan cara memberontak. Mas Jolang berperang menumpas dan menaklukkan Demak, Ponorogo, dan Surabaya (1612). Namun, ketika Surabaya belum berhasil ditundukkan, Mas Jolang wafat (1613). Ia dimakamkan di Kota Gede. Ia dikenal dengan sebutan Panembahan Seda KrapyakPengganti Mas Jolang ialah Mas Rangsang, yang terkenal dengan sebutan Sultan Agung. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Agung membagi Mataram menjadi beberapa wilayah yaitu:
􀂐 Wilayah Kraton
Wilayah ini adalah pusat pemerintahan. Wilayah kraton disebut juga Kutanagara atau Kutagara.
􀂐 Wilayah sekitar Kraton
Wilayah sekitar kraton disebut Negara Agung.Yang termasuk wilayah sekitar kraton adalah
Kedu, Bagelan, dan Pajang.
􀂐 Wilayah di luar Negara Agung
Wilayah di luar Negara Agung disebut Pasisiran. Wilayahnya meliputi daerah pantai.
􀂐 Wilayah di luar Mataram
Wilayah di luar Mataram disebut Mancanegara. Sultan Agung bercita-cita dan berusaha mempersatukan seluruh Nusantara. Wilayah Nusantara yang sudah berhasil ditaklukkan antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, sebagian Jawa Barat ter masuk Banten. Sedangkan Batavia belum berhasil ditaklukkan.

Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung mengerahkan ribuan prajurit untuk menyerang VOC
di Batavia. Akan tetapi, kedua serangan itu gagal. Oleh karena itu, Mataram harus selalu waspada terhadap rongrongan VOC. Kegagalan kedua serangan tersebut antara lain disebabkan:
􀂐 jarak Batavia dan pusat kekuatan Mataram di Jawa Tengah terlalu jauh;
􀂐 kurangnya makanan;
􀂐 serangan penyakit menular yang menimpa para prajurit.

Sultan Agung, sebagai seorang muslim, tidak lupa memperhatikan bidang keagamaan. Tradisi
Grebekan Maulud dan perayaan Sekatenan diadakan setiap tahun. Grebekan Maulud dan Sekatenan adalah upacara memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Setiap Jumat, Sultan Agung sholat bersama dengan rakyatnya di Masjid Agung di lingkungan keraton. Demikian pula pada hari-hari raya Islam, Sultan Agung merayakannya bersama dengan rakyat. Kedisiplinan, kejujuran, ketertiban, tanggung jawab dan keadilan sangat dijunjung tinggi dan selalu diwujudkan oleh Sultan Agung dalam setiap kesempatan. Sikap-sikap tersebut juga diterapkan kepada para pembesar kerajaan dan lingkungan keluarganya. Misalnya, pada suatu ketika Prabu Anom, (putra mahkota) berbuat sesuatu yang kurang terpuji. Sultan Agung sangat malu dan selama 40 hari ia tidak melakukan sholat di masjid. Para pembesar dan rakyat Mataram sangat sedih. Setelah putra mahkota meminta maaf dan menyadari kesalahannya, barulah Sultan Agung kembali tampil di muka umum.

Pada tahun 1633, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa yang merupakan perpaduan antara kalender Saka dan kalender Hijriyah. Beliau menetapkan tanggal 1 Muharam 1043 H menjadi tanggal 1 Muharam (Suro) tahun 1555 tahun Jawa. Tahun 1633 bertepatan dengan tahun 1043 H dan tahun 1555 Saka. Perhatian Sultan Agung terhadap perkembangan sastra sangat besar. Ia sendiri bahkan merupakan seorang sastrawan. Di dalam bidang sastra, Sultan Agung mengarang kitab Serat Sastra Gending yang berisi ajaran filsafat Jawa.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Ia dimakamkan di Imogiri. Sepeninggal Sultan Agung,
Mataram mengalami kemunduran karena raja-raja penggantinya lemah dalam menghadapi Belanda. Sultan Agung digantikan oleh putranya yang bergelar

Amangkurat I.
Amangkurat I memerintah Mataram dari ta-hun 1645-1677 M. Ketika ia menduduki tahta Kerajaan Mataram, Belanda mulai masuk ke daerah Kerajaan Mataram. Amangkurat I bersekutu dengan Belanda. Bahkan Belanda diperbolehkan men-dirikan benteng di Kerajaan Mataram. Tindakan Belanda semakin sewenang-wenang. Pada masa pemerintahan Amangkurat I muncul pemberontakan yang dipimpin oleh Trunajaya dari Madura. Ibukota Mataram bahkan hampir dikuasai Trunajaya. Akhirnya pemberontakan Trunajaya dapat dipatahkan karena persenjataan Trunajaya kalah dari pasukan Belanda. Dalam sebuah pertempuran di ibukota Kerajaan Mataram, Amangkurat Iterluka. Ia dilarikan ke Tegalwangi oleh putranya.

Amangkurat I akhirnya meninggal di Tegalwangi. Amangkurat I digantikan oleh Amangkurat II.
Amangkurat II memerintah Mataram dari tahun 1677-1703 M. Di bawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram semakin sempit. Satu per satu daerah-daerah kekuasaan Mataram jatuh ke tangan Belanda. Mataram hanya menjadi negara kecil di bawah kekuasaan Belanda. Sebagian besar daerah-daerah kekuasaan Mataram diambil alih Belanda. Amangkurat II kemudian mendirikan ibukota baru di Kartasura. Ia meninggal pada tahun 1703 M.

Setelah Amangkurat II, Kerajaan Mataram semakin redup. Terjadi kemelut di dalam kerajaan.
Pada tahun 1755 diadakanlah suatu perjanjian. Per-janjian itu dikenal dengan nama Perjanjian GiantiIsi Perjanjian Gianti adalah Mataram dipecah men-jadi 2, yaitu:
􀂐 Daerah Surakarta diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788).
􀂐 Daerah Kesultanan Yogyakarta diperintah oleh Mangkubumi, bergelar Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).

Kemelut di bekas Kerajaan Mataram ternyata terus berlanjut. Sewaktu terjadi perlawanan dari
Mas Said, Belanda mengadakan Perjanjian Salatiga pada tahun 1757. Mas Said dinobatkan sebagai raja dengan gelar Pangeran Adipati Arya MangkunegaraWilayahnya diberi nama daerah Mangkunegara.

Pada tahun 1813 M, sebagian daerah Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati. Dengan demikian, Kerajaan Mataram akhirnya dibagi-bagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil, yaitu:
􀂐 Kerajaan Yogyakarta;
􀂐 Kesuhunan Surakarta;
􀂐 Kerajaan Pakualam;
􀂐 Kerajaan Mangkunegara.
Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram yang besar dan megah pada zaman Sultan
Agung menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar