WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Makassar

Pada abad ke-16, di Semenanjung Sulawesi Se-latan terdapat dua kerajaan, yaitu Gowa dan Tallo.  Kedua kerajaan ini sangat erat hubungannya. Ke-mudian, kedua kerajaan ini bersatu menjadi Kera-jaan Gowa-Tallo. Setelah bersatu kedua kerajaan itu  lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar.
Makassar merupakan salah satu kota di Gowa.  Perkembangan agama Islam di Kerajaan Makassar  sejalan dengan perkembangan perdagangan di Pe-labuhan Makassar yang banyak dikunjungi peda-gang dari Demak, Bugis, dan Malaka.
Para pedagang menyebarkan agama Islam.  Agama Islam mulai masuk di kerajaan ini set-elah mubaligh atau ulama Dato’ri Bandang dari Minangkabau datang menyiarkan agama Islam  kepada masyarakat dan raja-raja Makassar. Pada tahun 1650, agama Islam secara resmi disebarkan  di Makassar. Proses islamisasi ini dijalankan secara  damai.
Perkembangan agama Islam lebih meluas lagi  setelah Raja Tallo, Karaeng Matoaya, yang merang-kap Mangkubumi Kerajaan Goa (bergelar Sultan  Abdullah) dan Raja Gowa yang bernama Daeng  Manrabia (bergelar Sultan Alaudin) memeluk  agama Islam pada tahun 1605. Kedua raja ini sangat giat menyebarkan agama Islam ke seluruh daerah kerajaannya. Oleh karena itu, Makassar menjadi pusat kerajaan Islam pertama di Sulawesi.
Raja atau Sultan Alaudin wafat pada tahun 1639. Ia digantikan putranya yang bernama Sul-tan Muhammad Said(1639-1653). Di bawah pe-merintahannya, banyak kemajuan yang dicapai. Pelabuhan Somba Opu dibangun sehingga semakin ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari dalam dan luar negeri.Kekuasaan Kerajaan Makassar berkembang terus sampai Pulau Solor di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Puncak kejayaan Makassar ter-jadi pa-da masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang mempunyai sikap sama dengan ayahnya yaitu sa-ngat benci terhadap kekerasan Belanda. Oleh ka-rena itu, ia berusaha untuk mengusir Belanda dari Makassar. Sikap tegas, gigih, serta tidak mau berkompromi dengan Belanda, membuat Sultan Hassanuddin dijuluki oleh Belanda sebagai “Ayam Jantan dari Timur” (de haan van oosten).
Tahun 1660, Aru Palakamemberontak dan ber-khianat kepada Kerajaan Makassar dengan memin-ta bantuan Belanda. Persekutuan Aru Palaka dengan Belanda semakin kuat, sehingga mampu menekan Kerajaan Makassar. Tekanan-tekanan yang terus dilancarkan oleh pihak pemberontak atas hasutan Belanda, akhirnya memaksa Sultan Hassanuddin menandatangani suatu perjanjian, yang disebut Perjanjian Bongaya(1667). Isi Perjanjian Bongaya tersebut, yaitu:
-          VOC memperoleh hak monopoli dagang di Makassar;
-          Belanda mendirikan benteng di Makassar;
-          Makassar harus melepaskan daerah jajahan-nya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Ma-kassar;
-          Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone;
-          Semua kapal Makassar harus mendapat izin dari Belanda untuk dapat bebas berlayar;
-          Makassar harus membayar 250.000 ringgit serta menyerahkan 1.000 budak kepada VOC.

Setelah diadakan Perjanjian Bongaya, Sultan Hasanuddin mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengusir Belanda dari Makassar. Usahanya gagal dan Makassar akhirnya di-kuasai Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar