WELCOME TO MY BLOG, DON'T FORGET TO LEAVE A COMMENT _ Selamat datang di blog saya, jangan lupa tinggalkan komentar... THANK YOU :)

Selasa, 03 Desember 2013

Kerajaan Ho-Ling

Pada pertengahan abad VII (sekitar tahun 650 M) muncul Kerajaan Ho-Ling. Kerajaan Ho-Ling diperkirakan terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini dinamakan juga Kalingga. Keterangan tentang Ke-rajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina.
a. Berita Cina
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan catatan I-Tsing.
2. Catatan dari zaman Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618M - 906M) memberikan keterangan tentang Ho-Ling sebagai berikut.
􀂐 Ho-Ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah timurnya terletak Pulau Bali dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatra.
􀂐 Ibu kota Ho-Ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
􀂐 Raja tinggal di suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
􀂐 Penduduk Kerajaan Ho-Ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa.
􀂐 Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah
oleh Ratu Sima (Simo). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Masa pemerintahannya Kerajaan Ho-Ling sangat aman dan tenteram.
3. Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Budha Hinayana. Di Ho-Ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Budha. Ia bekerja sama dengan pendeta Jawa yang bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana dalam agama Budha Mahayana. Dari berita ini, para ahli berpendapat bahwa Ho-ling sangat penting sebagai salah satu pusat agama Budha Hinayana.
b. Prasasti
Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa
Dakwu daerah Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia
dengan dewa-dewa Hindu.
yout-gr� � l g �� 0� xt-autospace:none'>3. Prasasti Tugu

Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu berisi puisi yang dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Prasasti Tugu merupakan prasasti yang memuat tulisan terpanjang. Purnawarman dilambangkan sebagai seorang yang gagah berani dan sakti mandraguna. Ia memerintahkan rakyatnya untuk menggali saluran raksasa sepanjang 6112 tombak (11 km). Saluran itu diberi nama Gomati. Pekerjaan penggalian dilakukan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai diadakan selamatan. Dalam selamatan itu, Raja Purnawarman memberikan hadiah 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Prasasti Tugu juga menyebutkan penggalian sungai yang dinamai Candrabaga.
4. Prasasti Pasir Awi
Prasasti ini sering disebut juga Prasasti Batu Keriting karena ditulis dengan huruf ikal. Prasasti ini belum dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi terletak di muara Sungai Cianten.
5. Prasasti Cidanghiang
Prasasti ini disebut Prasasti Lebak. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947 di Kampung Lebak, di tepi Sungai Cidanghiang, Banten. Prasasti Cidanghiang bertuliskan huruf Pallawa.
6. Prasasti Kebon Jambu
Prasasti Kebon Jambu ditemukan di Gunung Kapur Cikaniki, Bogor. Prasasti ini juga disebut Prasasti Pasir Koleangkak. Pada prasasti ini dijumpai nama negara dan kalau dibaca berbunyi tarumayam. Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli menyimpulkan bahwa kehidupan keagamaan kerajaan Tarumanegara mayoritas beragama Hindu. Ada juga yang beragama Budha dan agama asli. Sedangkan mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bertani. Hal ini diungkapkan secara jelas dalam prasasti Tugu. Selain itu, ada pelayaran dan perdagangan. Selain prasasti, ditemukan juga arca-arca sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, seperti:
􀂐 Arca Rajasari diperkirakan berasal dari daerah Jakarta.
􀂐 Arca Wishnu Cibuaya I, sekalipun berasal dari abad ke-7 M, tetapi arca ini dapat dijadikan pelengkap dari Prasasti Purnawarman.
􀂐 Arca Wishnu Cibuaya II ditemukan di Desa Cibuaya.


Bagaimana kerajaan Tarumanegara ini dapat berakhir? Tidak ada alasan yang pasti. Kemungkinan besar kerajaan Tarumanegara runtuh akibat serangan kerajaan Sriwijaya. Hal ini terjadi setelah berakhirnya pemerintahan Purnawarman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar