Pada pertengahan abad VII
(sekitar tahun 650 M) muncul Kerajaan Ho-Ling. Kerajaan Ho-Ling diperkirakan terletak
di Jawa Tengah. Kerajaan ini dinamakan juga Kalingga. Keterangan tentang Ke-rajaan
Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina.
a. Berita Cina
Berita keberadaan Ho-ling
juga dapat diperoleh dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan
catatan I-Tsing.
2. Catatan dari zaman
Dinasti Tang
Cerita Cina pada zaman
Dinasti Tang (618M - 906M) memberikan keterangan tentang Ho-Ling sebagai
berikut.
Ho-Ling atau disebut
Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah timurnya terletak Pulau Bali dan di
sebelah barat terletak Pulau Sumatra.
Ibu kota Ho-Ling
dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Raja tinggal di
suatu bangunan besar bertingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat
dari gading.
Penduduk
Kerajaan Ho-Ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa.
Daerah Ho-ling
menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah.
Catatan dari berita Cina
ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah
oleh Ratu Sima (Simo).
Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Masa pemerintahannya Kerajaan
Ho-Ling sangat aman dan tenteram.
3. Catatan I-Tsing
Catatan I-Tsing (tahun
664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu
pusat pengetahuan agama Budha Hinayana. Di Ho-Ling ada pendeta Cina bernama Hwining,
yang menerjemahkan salah satu kitab agama Budha. Ia bekerja sama dengan pendeta
Jawa yang bernama Janabadra. Kitab terjemahan itu antara lain
memuat cerita tentang Nirwana, tetapi cerita ini berbeda dengan cerita Nirwana
dalam agama Budha Mahayana. Dari berita ini, para ahli berpendapat bahwa Ho-ling
sangat penting sebagai salah satu pusat agama Budha Hinayana.
b. Prasasti
Prasasti peninggalan
Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa
Dakwu daerah Grobogan,
Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf
Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang
bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan
Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi,
kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan
hubungan manusia
dengan dewa-dewa Hindu.
yout-gr� �
l g �� 0� xt-autospace:none'>3. Prasasti Tugu
Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu,
Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu berisi puisi yang dipahatkan pada sebuah
batu bulat panjang secara melingkar. Prasasti Tugu merupakan prasasti yang
memuat tulisan terpanjang. Purnawarman dilambangkan sebagai seorang yang gagah
berani dan sakti mandraguna. Ia memerintahkan rakyatnya untuk menggali
saluran raksasa sepanjang 6112 tombak (11 km). Saluran itu diberi nama Gomati.
Pekerjaan penggalian dilakukan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai
diadakan selamatan. Dalam selamatan itu, Raja Purnawarman memberikan hadiah
1000 ekor sapi kepada para brahmana. Prasasti Tugu juga menyebutkan penggalian
sungai yang dinamai Candrabaga.
4. Prasasti Pasir Awi
Prasasti ini sering disebut juga Prasasti
Batu Keriting karena ditulis dengan huruf ikal. Prasasti ini belum
dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi terletak di muara Sungai Cianten.
5. Prasasti Cidanghiang
Prasasti ini disebut Prasasti
Lebak. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947 di Kampung Lebak, di tepi
Sungai Cidanghiang, Banten. Prasasti Cidanghiang bertuliskan huruf Pallawa.
6. Prasasti Kebon Jambu
Prasasti Kebon Jambu ditemukan di
Gunung Kapur Cikaniki, Bogor. Prasasti ini juga disebut Prasasti Pasir Koleangkak.
Pada prasasti ini dijumpai nama negara dan kalau dibaca berbunyi tarumayam.
Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja
Purnawarman. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli menyimpulkan
bahwa kehidupan keagamaan kerajaan Tarumanegara mayoritas beragama Hindu. Ada
juga yang beragama Budha dan agama asli. Sedangkan mata pencaharian utama
masyarakatnya adalah bertani. Hal ini diungkapkan secara jelas dalam prasasti Tugu.
Selain itu, ada pelayaran dan perdagangan. Selain prasasti, ditemukan juga
arca-arca sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, seperti:
Arca Rajasari diperkirakan
berasal dari daerah Jakarta.
Arca Wishnu Cibuaya I,
sekalipun berasal dari abad ke-7 M, tetapi arca ini dapat dijadikan pelengkap dari
Prasasti Purnawarman.
Arca Wishnu Cibuaya II
ditemukan di Desa Cibuaya.
Bagaimana kerajaan Tarumanegara ini
dapat berakhir? Tidak ada alasan yang pasti. Kemungkinan besar kerajaan Tarumanegara
runtuh akibat serangan kerajaan Sriwijaya. Hal ini terjadi setelah berakhirnya
pemerintahan Purnawarman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar