Kira-kira pada abad ke-5
Masehi, di daerah Jawa Barat terdapat kerajaan bernama Tarumanegara. Raja yang
memerintah bernama Purnawarman. Nama Tarumanegara berasal dari kata tarum
yang artinya nila. Kata tarum itu sendiri juga digunakan untuk
nama sungai yang ada di Jawa Barat yaitu Sungai Citarum. Kemungkinan
besar pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara berlokasi di wilayah Bekasi atau
Bogor. Keterangan tentang Kerajaan Tarumanegara didapat dari berita Cina dan
prasasti-prasasti peninggalan Tarumanegara.
a. Berita Cina
Berita Cina yang menyebut
Tarumanegara berasal dari masa pemerintahan Dinasti Tang dan
Dinasti Sung, serta catatan seorang
tokoh bernama Fahien.
1. Catatan Dinasti Sung
dan Dinasti Tang
Berita dari Cina yang
berasal dari Dinasti Sung menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535
ada utusan datang dari Tolomo yang terletak di
sebelah selatan. Pada tahun 666 dan 667, ada berita dari dinasti Tang
yang mengatakan bahwa ada utusan yang datang dari Tolomo,
yang letaknya di tenggara. Kemungkinan besar yang dimaksud dengan
Tolomo adalah Tarumanegara.
2) Catatan Fa Hien
Fa Hien adalah seorang Cina yang
beragama Budha. Ia memberitakan bahwa masyarakat Ye Po Ti hidup
dari pertanian. Penduduknya sudah ada yang beragama Hindu. Menurut para ahli
sejarah, Ye Po ti adalah Jawadwipa atau Pulau Jawa (= Jawa Barat).
Setelah Fa Hien tinggal di Pulau Jawa selama lima bulan barulah ia melanjutkan
perjalanannya ke Cina.
b. Prasasti
Salah satu peninggalan
dari masa Kerajaan Tarumanegara adalah beberapa prasasti. Prasasti-prasasti tersebut
ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti-prasasti yang
menyatakan keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut.
1. Prasasti Ciaruteun
Prasasti ini sebelumnya
dikenal dengan nama Prasasti Ciampea, terletak di pinggir Sungai Ciaruteun. Pada
Prasasti Ciaruteun terdapat lukisan laba-laba dan telapak kaki yang dipahatkan
di atas hurufnya. Pada Prasasti Ciaruteun juga terdapat syair yang berbunyi: “Ini
bekas dua kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia
Purnawarman, raja negeri Taruma, yang gagah berani di dunia.”
2. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti ini sering
disebut Prasasti Telapak Kaki Gajah. Prasasti ini terletak di Kampung Muara
Hilir, Cibungbulang. Pada
prasasti ini ada dua tapak kaki gajah. Telapak kaki gajah ini disamakan dengan telapak gajah Airawata (gajah
kendaraan Dewa Wisnu). Terjemahan prasasti
tersebut, an-tara lain berbunyi:
“Di sini nampak sepasang telapak kaki
… yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma, yang agung dan ... kejayaan.”
3. Prasasti Tugu
Prasasti ini ditemukan di Desa Tugu,
Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti Tugu berisi puisi yang dipahatkan pada sebuah
batu bulat panjang secara melingkar. Prasasti Tugu merupakan prasasti yang
memuat tulisan terpanjang. Purnawarman dilambangkan sebagai seorang yang gagah
berani dan sakti mandraguna. Ia memerintahkan rakyatnya untuk menggali
saluran raksasa sepanjang 6112 tombak (11 km). Saluran itu diberi nama Gomati.
Pekerjaan penggalian dilakukan dalam waktu 21 hari. Setelah selesai
diadakan selamatan. Dalam selamatan itu, Raja Purnawarman memberikan hadiah
1000 ekor sapi kepada para brahmana. Prasasti Tugu juga menyebutkan penggalian
sungai yang dinamai Candrabaga.
4. Prasasti Pasir Awi
Prasasti ini sering disebut juga Prasasti
Batu Keriting karena ditulis dengan huruf ikal. Prasasti ini belum
dapat dibaca. Prasasti Pasir Awi terletak di muara Sungai Cianten.
5. Prasasti Cidanghiang
Prasasti ini disebut Prasasti
Lebak. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947 di Kampung Lebak, di tepi
Sungai Cidanghiang, Banten. Prasasti Cidanghiang bertuliskan huruf Pallawa.
6. Prasasti Kebon Jambu
Prasasti Kebon Jambu ditemukan di
Gunung Kapur Cikaniki, Bogor. Prasasti ini juga disebut Prasasti Pasir Koleangkak.
Pada prasasti ini dijumpai nama negara dan kalau dibaca berbunyi tarumayam.
Prasasti ini berisi sanjungan kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja
Purnawarman. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, para ahli menyimpulkan
bahwa kehidupan keagamaan kerajaan Tarumanegara mayoritas beragama Hindu. Ada
juga yang beragama Budha dan agama asli. Sedangkan mata pencaharian utama
masyarakatnya adalah bertani. Hal ini diungkapkan secara jelas dalam prasasti Tugu.
Selain itu, ada pelayaran dan perdagangan. Selain prasasti, ditemukan juga
arca-arca sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, seperti:
Arca Rajasari diperkirakan
berasal dari daerah Jakarta.
Arca Wishnu Cibuaya I,
sekalipun berasal dari abad ke-7 M, tetapi arca ini dapat dijadikan pelengkap dari
Prasasti Purnawarman.
Arca Wishnu Cibuaya II
ditemukan di Desa Cibuaya.
Bagaimana kerajaan Tarumanegara ini
dapat berakhir? Tidak ada alasan yang pasti. Kemungkinan besar kerajaan Tarumanegara
runtuh akibat serangan kerajaan Sriwijaya. Hal ini terjadi setelah berakhirnya
pemerintahan Purnawarman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar